GAMELAN DIGUL” Dibalik Sosok Seorang Pejuang “

This post was written by dennysaputra on Mei 7, 2012
Posted Under: Tulisan

Gamelan Digul

DI BALIK SOSOK SEORANG PEJUANG

            Gamelan di jawa tengah selalu terkait dengan ansambel-ansambel kraton yang dihiasi serba indah ,dan kaya dengan bunyi- bunyian yang merdu serta nyaring. Gamelan Digul dengan instrumentnya yang terbuat dari besi  dan wadahnya terbuat dari potongan kayu kasar ,jauh kurang mengesankan ketimbang ansambel desa yang paling sederhana. Namun demikian ,kisah tentangnya ,sebagaimana dituturkan dalam buku ini ,menggugah hati dan menantang kita untuk mencari jawaban. Bagaimana orang, laki-laki dan perempuan ,bisa bertahan hidup dan terkadang malah berkembang dibawah kondisi yang biadab, tertindas, dan terhina. Gamelan Digul telah menjadi metonim untuk perlawanan Indonesia terhadap kekuasaan kolonial belanda, dan akhirnya juga dukungan Australia pada kemerdekaan Indonesia. Pontjopangrawit, pembuat gamelan ini tidak hanya mewakili barisan kaum nasionalis antikolonial yangh nama-namanya hilang dari sejarah, tetapi juga seorang ahli musik kraton jawa yang besar dari masa lalu. Pontjopangrawit adalah orang yang mengawali hidupnya dengan sederhana, tidak berpendidikan ,dan yang sejak muda hidup di kota Surakarta di daerah kerajaan jawa tengah dan memperlihatkan bakatnya yang istimewa dalam memainkan instrument-instrument gamelan. Pada umur 12 tahun Pontjopangrawit sudah menjadi musisi kraton . kedekatannya dengan kraton yang diikuti dengan pengangkatannya sebagai punggawa kraton, membuka jalan baginya untuk bearada ditengah-tengah para ahli karawitan terbaik di zamannya. Kelihatanmya ia akan menempuh kehidupanya dengan tenang dan jabatan yang terjamin sebagai musisi keraton ,mengajar, tampil pada perhelakan–perhelakan kraton yang tak terbilang banyaknya ,dalam suatu irama hidup yang bisa bermanfaat ,menyengkan  dan aman tentram.

Tapi Pontjopangrawit berpandangan keras anti-kolonial dan menjalin hubungan dengan kaum komunis yang juga nasionalis kental. Ia hadir pada peristiwa peristiwa dan ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dianggap anti-Belanda, sehingga pada tahun 1926 ia ditangkap dan ditahan.pada tahun 1927, bersama 2.100 tapol lainnya, ia diangkut dengan kapal menuju Digul atas di Papua Barat Tengah, suatu koloni pengasingan yang baru dibuka. Disana ia tinggal selama lima tahun membuat gamelan dari periuk-periuk makan ,besi tua, potongan–potongan kayu dan kulit binatang, serta memimpin berbagai pergelaran genre yang menakjubkan ,termasuk wayang kulit, wayang orang ,ketoprak, dan acara-acra untuk menyambut tapol-tapol pendatang baru . Akhirnya pada tahun 1932 Pantjopangrawit dibebaskan dan dikirim kembali kampung halamnnya dijawa.

Gamelan buatannya tetap ada di digul, sampai saat diangkut dengan kapal pada 1943, ketika balantera jepang melanggar wilayah kekuasaan belanda di Papua Barat . Rupa- rupanya Pontjopangrawit tidak pernah mengetahui, apa yang terjadi dengan gamelannya itu. Gamelan itu ada di Australia, sekarang dilestarikan dan di museumkan, menjadi suatu monument bagi pembuat nya ,para tapol Digul atas dan perjuangan kemerdekaan kaum nasionalis Indonesia di abad ke 20.

Sosok ini diselubungi kebisuan .tidak seperti halnya tapol Indonesia lainnya, misalnya Pramoedya Ananta Toer, Sutan Syahir ,Potjopangrawit tidak menulis sepatah kata pun baik sebelum, selama dan sesudah masa pengasingannya. (dengan begitu kita hanya bisa mereka-reka tentang kehidupan kejiwaanya selama ia di Digul atas: Mengapa ia mengambil langkah untuk membuat gamelan sebagai pilihan utama?apa yang terpikir olehnya?sebagai langkah perlawanan ,atau langkah akomodatif dengan belanda yang menahannya,??bagaimana sifat hiburan yang terkandung ?pelarian?nostalgia? atau biasa saja ,sekadar waktu yang melera?/bagaimana kita,sesudah berjarak dengan waktu , etos dan ruang dari kejadian –kejadian yang diungkap kembali ,??

Kehidupan Pontjopangrawit yang diam itu dengan sangat mengejutkan ditegaskan oleh kegelapan sekitar kematiannya. Pontjopangrawit diduga telah di tahan pada tahun 1965 berkaitan dengan organisasi komunis dalam pergolakan hebat, ketika pemerintah soekarno ditumbangkan dan di gantikan dengan pemerintahan militer dibawah pimpinan jendral Suharto. Ia tempatkan Pontjopangrawit dalam kemungkinan telah di bunuh di penjara, tidak lama sesudah ia ditangkap dan bahwa makamnya telah ‘’di Pugar’’ dan tanggal saat kematiannya diterakan berbeda, untuk menutupi kenyataan yang memalukan ; bahwa seorang pahlawan revolusi telah di bunuh oleh kup militer tahun 1965.

Musisi kraton Pontjopangrawit itu tentu merasa dirinya ibarat bidak tak berdaya di tengah permainan catur semesta yang keji. Karena kehidupannya yang sealalu tercemari oleh keterlibatan politik dimasa-masanya, yang menghantui sepanjang hidupnya dan bahkan mungkin akan membunuhnya. Semuanya ini diketahui terutama oleh kalangan ahli gamelan dan para pengagumnya sebagai guru dari Martopangrawit, seorang pengrawit besar lainnya lagi. Buku ini mengemukakan  satu pandangan lain  dari seorang Patriot yang mengagumkan.

Gamelan Digul saat di Australia, para penabuhnya dan pagelaran serta kaitanya dengan perkembangan sejarah hubungan antara Australia dan Indonesia. Agitasi politik dari sementara bekas tapol Digul atas dan para pemain Gamelan Digul yang diangkut ke Australia, memainkan peranan penting dalam mengubah pandangan umum Australia, yaitu dari mendukung rekolonisasi belanda atas Indonesia pasca Perang Dunia II , menjadi memuncak pada dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia yang jauh mendahului pendirian negara-negara sekutu lainnya. Pada saat-saat meningkatkannya rasa permusuhan dan kesalah pahaman antara Australia dan Indonesia. Dari  resensi buku ini memberikan gambaran tentang Gamelan Digul dibalik sosok seorang pejuang dan penggalan sejarah yang akrab yang menuju ke arah saling percaya dan rekonsiliasi antara dua pihak.

Reader Comments

Trackbacks

  1. A片  on Agustus 19th, 2022 @ 4:28 am