Wirama Malini (Untaian Bunga)

Wirama Malini (Untaian Bunga)

 

Rahina ya sakatamba mawa tang desa ramya,

Lumaku tan sira kalih sampunawit manambah,

Mamawa ta sira langkap astra sdanghara raja,

Anakebi riyayodhya coka moneng manahnya.

Katekanira lumakwi canti sangasta seni,

Padhahi haji ya ginwal manggalaning lumakwa,

Kumeduti tengenan mar bahu sang ramabhadra,

Marahakena alahning catru tatan pacesa.

Artinya :

Besok paginya teranglah dunia ini mempesonakan,

Berangkatlah kedua putra mahkota itu setelah permisi dan menyembah,

Dia membawa gandewa ,senjata pelebur dunia,

Para dayang di keratin ayodhya sedih rindu persaanya.

Setelah tiba saatnya akan berangkat ,para pendeta berdoa,

Gong keraton di tabuh sebagai pertanda dia akan berangkat,

Tersa kedutan di tangan kanan sang rama bagaikan lunglai,

Menandakan kalahnya para musuh itu yang tanpa sisa.

SINOPSIS CERITA

           Sang Rama adalah Putra Prabhu Dasarastha dari Sang Permaisuri Dewi Kaucalya. Sang Rama diberikan pelajaran tentang panah memanah oleh Bhagawan Wasista beserta para adik adiknya. Semua pelajaran pemberian sang pendeta sudah dikuasai semua oleh Sang Rama. Sang Wicwamitra mendengar kesaktian sang rama. Karena hal itu dirusaklah Padepokan Mahapendeta oleh para raksasa yang tingkah lakunya brutal untuk memancing Sang Rama keluar. Sri Baginda Prabhu Dasaratha pun di hadap oleh Sang Mahapendeta ,untuk meminta perlindungan kepada Sri Baginda. Guna memusnahkan para raksasa yang membuat  bencana ,maka dikrimlah putra beliau Sang Rama untuk menjaga padepokan Sang Mahapendeta. Sang Laksmana yang berjiwa utama mulia ikut  merasakan suka duka bersama sang rama ,sehingga sang laksmana ikut pergi menuju padepokan untuk menghadapi para raksasa . Besok pagi teranglah dunia mempesona dan berngkatlah kedua putra mahkota dengan membawa gandewa ,atau disebut senjata pelebur dunia. Berangkatnya kedua putra mahkota  yaitu Sang Rama dan Sang Laksmana membuat para dayang di Kraton Ayodya sedih rindu. Setelah tiba saatnya akan berangkat ,Sang Mahapendeta berdoa ,Gong Kerton ditabuh sebagai pertanda Sang Rama akan berangakat . Terasa kedutan ditangan kanan Sang Rama bagaikan lunglai menandakan kalahnya para musuh yang akan dihadapi .

GAMELAN DIGUL” Dibalik Sosok Seorang Pejuang “

Gamelan Digul

DI BALIK SOSOK SEORANG PEJUANG

            Gamelan di jawa tengah selalu terkait dengan ansambel-ansambel kraton yang dihiasi serba indah ,dan kaya dengan bunyi- bunyian yang merdu serta nyaring. Gamelan Digul dengan instrumentnya yang terbuat dari besi  dan wadahnya terbuat dari potongan kayu kasar ,jauh kurang mengesankan ketimbang ansambel desa yang paling sederhana. Namun demikian ,kisah tentangnya ,sebagaimana dituturkan dalam buku ini ,menggugah hati dan menantang kita untuk mencari jawaban. Bagaimana orang, laki-laki dan perempuan ,bisa bertahan hidup dan terkadang malah berkembang dibawah kondisi yang biadab, tertindas, dan terhina. Gamelan Digul telah menjadi metonim untuk perlawanan Indonesia terhadap kekuasaan kolonial belanda, dan akhirnya juga dukungan Australia pada kemerdekaan Indonesia. Pontjopangrawit, pembuat gamelan ini tidak hanya mewakili barisan kaum nasionalis antikolonial yangh nama-namanya hilang dari sejarah, tetapi juga seorang ahli musik kraton jawa yang besar dari masa lalu. Pontjopangrawit adalah orang yang mengawali hidupnya dengan sederhana, tidak berpendidikan ,dan yang sejak muda hidup di kota Surakarta di daerah kerajaan jawa tengah dan memperlihatkan bakatnya yang istimewa dalam memainkan instrument-instrument gamelan. Pada umur 12 tahun Pontjopangrawit sudah menjadi musisi kraton . kedekatannya dengan kraton yang diikuti dengan pengangkatannya sebagai punggawa kraton, membuka jalan baginya untuk bearada ditengah-tengah para ahli karawitan terbaik di zamannya. Kelihatanmya ia akan menempuh kehidupanya dengan tenang dan jabatan yang terjamin sebagai musisi keraton ,mengajar, tampil pada perhelakan–perhelakan kraton yang tak terbilang banyaknya ,dalam suatu irama hidup yang bisa bermanfaat ,menyengkan  dan aman tentram.

Tapi Pontjopangrawit berpandangan keras anti-kolonial dan menjalin hubungan dengan kaum komunis yang juga nasionalis kental. Ia hadir pada peristiwa peristiwa dan ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dianggap anti-Belanda, sehingga pada tahun 1926 ia ditangkap dan ditahan.pada tahun 1927, bersama 2.100 tapol lainnya, ia diangkut dengan kapal menuju Digul atas di Papua Barat Tengah, suatu koloni pengasingan yang baru dibuka. Disana ia tinggal selama lima tahun membuat gamelan dari periuk-periuk makan ,besi tua, potongan–potongan kayu dan kulit binatang, serta memimpin berbagai pergelaran genre yang menakjubkan ,termasuk wayang kulit, wayang orang ,ketoprak, dan acara-acra untuk menyambut tapol-tapol pendatang baru . Akhirnya pada tahun 1932 Pantjopangrawit dibebaskan dan dikirim kembali kampung halamnnya dijawa.

Gamelan buatannya tetap ada di digul, sampai saat diangkut dengan kapal pada 1943, ketika balantera jepang melanggar wilayah kekuasaan belanda di Papua Barat . Rupa- rupanya Pontjopangrawit tidak pernah mengetahui, apa yang terjadi dengan gamelannya itu. Gamelan itu ada di Australia, sekarang dilestarikan dan di museumkan, menjadi suatu monument bagi pembuat nya ,para tapol Digul atas dan perjuangan kemerdekaan kaum nasionalis Indonesia di abad ke 20.

Sosok ini diselubungi kebisuan .tidak seperti halnya tapol Indonesia lainnya, misalnya Pramoedya Ananta Toer, Sutan Syahir ,Potjopangrawit tidak menulis sepatah kata pun baik sebelum, selama dan sesudah masa pengasingannya. (dengan begitu kita hanya bisa mereka-reka tentang kehidupan kejiwaanya selama ia di Digul atas: Mengapa ia mengambil langkah untuk membuat gamelan sebagai pilihan utama?apa yang terpikir olehnya?sebagai langkah perlawanan ,atau langkah akomodatif dengan belanda yang menahannya,??bagaimana sifat hiburan yang terkandung ?pelarian?nostalgia? atau biasa saja ,sekadar waktu yang melera?/bagaimana kita,sesudah berjarak dengan waktu , etos dan ruang dari kejadian –kejadian yang diungkap kembali ,??

Kehidupan Pontjopangrawit yang diam itu dengan sangat mengejutkan ditegaskan oleh kegelapan sekitar kematiannya. Pontjopangrawit diduga telah di tahan pada tahun 1965 berkaitan dengan organisasi komunis dalam pergolakan hebat, ketika pemerintah soekarno ditumbangkan dan di gantikan dengan pemerintahan militer dibawah pimpinan jendral Suharto. Ia tempatkan Pontjopangrawit dalam kemungkinan telah di bunuh di penjara, tidak lama sesudah ia ditangkap dan bahwa makamnya telah ‘’di Pugar’’ dan tanggal saat kematiannya diterakan berbeda, untuk menutupi kenyataan yang memalukan ; bahwa seorang pahlawan revolusi telah di bunuh oleh kup militer tahun 1965.

Musisi kraton Pontjopangrawit itu tentu merasa dirinya ibarat bidak tak berdaya di tengah permainan catur semesta yang keji. Karena kehidupannya yang sealalu tercemari oleh keterlibatan politik dimasa-masanya, yang menghantui sepanjang hidupnya dan bahkan mungkin akan membunuhnya. Semuanya ini diketahui terutama oleh kalangan ahli gamelan dan para pengagumnya sebagai guru dari Martopangrawit, seorang pengrawit besar lainnya lagi. Buku ini mengemukakan  satu pandangan lain  dari seorang Patriot yang mengagumkan.

Gamelan Digul saat di Australia, para penabuhnya dan pagelaran serta kaitanya dengan perkembangan sejarah hubungan antara Australia dan Indonesia. Agitasi politik dari sementara bekas tapol Digul atas dan para pemain Gamelan Digul yang diangkut ke Australia, memainkan peranan penting dalam mengubah pandangan umum Australia, yaitu dari mendukung rekolonisasi belanda atas Indonesia pasca Perang Dunia II , menjadi memuncak pada dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia yang jauh mendahului pendirian negara-negara sekutu lainnya. Pada saat-saat meningkatkannya rasa permusuhan dan kesalah pahaman antara Australia dan Indonesia. Dari  resensi buku ini memberikan gambaran tentang Gamelan Digul dibalik sosok seorang pejuang dan penggalan sejarah yang akrab yang menuju ke arah saling percaya dan rekonsiliasi antara dua pihak.

GAMBANG ” Cikal Bakal Karawitan Bali ”

Judul Buku : Gambang Cikal Bakal Karawitan Bali

Penulis         : I Wayan Sinti, MA

Penerbit       : TSPBOOKS

Edisi               : Pertama

Tebal buku  : 160 hal , 14 x 21 cm

 

Gambang Cikal Bakal Karawitan Bali

 

Gambang terdiri suku kata” gam” yang artinya bergerak(berjalan) dan”bang’’ artinya merah (menyiratkan warna darah). Secara umum, pupuh gambang yang ada teksnya mengisahkan cerita kepahlawanan Raden Panji yang berhasil mendapatkan kembali kekasihnya yang hilang dengan memerangi musuhnya. Dengan kata lain, peperangan yang sampai mengeluarakan ceceran darah. Apakah kata gambang terkait dengan apa yang telah tersurat di atas ?untuk memastikannya sudah tentu memerlukan penelitian yang lebih mendalam.

Kata gambang kalau dilihat dari artikulasinya g,k,ang, berarti kambang, ngambang, memang bila diamatai hubungan antara bilah dan pelawahnya, terkesan mengambang. Gambang adalah salah satu barungan gamelan yang tertua di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari pupuh(gendingnya) cukup banyak yang ditransfer ke dalam gamelan lainnya diantaranya gamelan slonding, gongluang, charuk/saron, palegongan, gong kebyar, dan sebagainya. Namun ,tidak ada satu pun gending dari barungan lain yang ditransfer ke dalam gamelan gambang. Hal ,lain, irama dasar seni suara vokal kidung dan macapat juga mendapat inspirasi dari irama gangsa gambang. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa ‘’gamelan gambang adalah cikal bakal karawitan Bali’’. Untuk menghidupkannya kembali diperlukan kesungguhan serta tekad yang kuat dengan dukungan moral maupun material dari semua pihak, khususnya pencinta seni budaya Bali. Sebelum langsung menggali  keterkaitan dengan gambang dan vocal kidung berturut-turut pada tahun 1978 dan 1982 pada Festival Gong Kebyar se-Bali, penulis bersama Pembina lainnya menciptakan satu komposisi baru dengan istilah Gegitaan, yaitu mengkaitkan vokal kidung dengan gamelan gong kebyar.

Sejarah Gambang       

Sejarah gambang diperkirakan sudah ada pada abad ke-11 masehi, pada masa pemerintahan Prabu Erlangga, Raja yang memerintah Bali dan Jawa timur dari tahun 1019-1042. Menjelang akhir pemerintahanya Prabu Erlangga membagi kerajaan menjadi 2, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kadiri. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Kadiri  lebih banyak mengisi panggung sejarah, sedangkan Kerajaan Jenggala kurang begitu dikenal. Salah seorang Raja Kadiri yang terkenal adalah Prabu Jayabaya. Pada masa pemerintahannya  seni budaya ,seperti seni sastra, seni bangunan ,dan seni  karawitan berkembang dengan pesat . Pada masa itu sudah dikenal  nama alat bunyi-bunyian, seperti seruling, gendang, dan gambang. Pengaruh Kerajaan Kadiri terhadap Bali begitu kuat, sampai-sampai nama kadiri diabadikan menjadi nama kota atau Pura.

 

Keberadaan Gamelan Gambang

Keberadaan gamelan gambang tersebar luas di seluruh  kabupaten dan kotamadya di Bali.  Sayang jenis kesenian ini  sangat kurang mendapat perhatian, baik dari kalangan pemerintah  maupun dari seniman karawitan dalam kurun waktu yang sangat lama sehingga kita sudah banyak kehilangan .

 

Notasi ,Saih atau Sih

Notasi adalah tanda pencatatan suatu lagu, yakni setiap musik di dunia memiliki notasinya masing –masing. Di Bali notasi yang tertua dipergunakan pada gamelan gambang/kidung yang disebut notasi dingdong. Namun, pada tahun  1959 menjelang dibukanya sekolah konservatori karawitan Indonesia jurusan Bali(Kokar Bali), para sesepuh kokar bali pada waktu itu menciptakan lagi notasi baru yang berpedoman  dengan gamelan panca nada, khususnya gong kebyar. adapun wujud notasi  tersebut  adalah sbb:

1.notasi gambang (dingdong) dibaca ding,dong(ageng) ,dang(ageng),deng  ,dung,dang(alit),dong(alit).

2 notasi kokar dibaca nding,ndong,ndeng,ndung,ndang.

 

 

 

 Gamelan Saron atau Charuk

Gamelan Saron atau Charuk adalah bentuk sederhana gamelan gambang ,juga sangat kurang mendapat perhatian awalnya, gamelan charuk hanya terdiri dari atas dua tunggahan gangsa  jongkok, seperti gangsa gambang  dan dua tunggah gambang masing-masing terdiri atas empat nada/bilah. Kemudian ada pengembangan, yaitu adanya penambahan instrument gangsa . Dalam permainan kedua gambang biasa digabung menjadi satu oktaf dengan susunan nada ,seperti berikut:

Susunan nada charuk :    7          1        5         6          1        2         3        4

Cara membaca             :dong   ding  dung   dang   ding   dong   dang   deng.

Gamelan charuk juga dimainkan dalam gamelan gong  luang karena gending- gendingnya kebanyakan diambil dari gending gamelan gambang .

 

Pupuh Gambang 

Pada umumnya .pupuh gambang yang disalin dalam lontar ataupun buku tulis dengan nilai not ¼  sesuai  dengan nilai not dalam musik barat  dan dimainkan sama oleh semua instrument, termasuk gambang. Dalam praktiknya hal itu hanya dilakukan pada bagian kawitan .  Kalau pada kawitan yang ada teksnya ,instrument gangsa dimainkan  dengan system staccato agar antara vocal dan teksnya bisa terkait (match).

Vokal (tembang ) Bali

Semua orang menyakini bahwa kehadiran seni  suara vokal lebih tua di bandingkan dengan seni  suara instrumental. Secara umum ,di Bali  seni  suara  vokal  diklasifikasikan menjadi  atas 4 golongan ,yaitu  gegendingan (lagu rakyat), macapat/sekar alit, kidung/sekar madya, dan kekawin/sekar ageng (wirama, sloka, sruti, palawakya, dan mantra).

 

 

Hubungan Vokal dan instrumental

Hilangnya  keterkaitan seni suara vokal dengan gambang  sudah berlangsung  dalam waktu yang cukup lama. Para seniman tanpa mengurangi rasa hormat  kepada mantan para guru ,mereka kebanyakan  berjaya pada barungan gong kebyar, kecuali Guru I Wayan Lotring (Alm) banyak berkarya pada gamelan palegongan. Patut disyukuri bahwa  adanya rekaman tabuh gamelan Bali oleh Colin Mc Phee pada tahun 1928, termasuk antara lain kakawin, kidun , janger. Pada rekaman tersebut  kekawin diiringi gamelan gong kebyar, sedangkan kidung diiringi  dengan gamelan geguntangan. Hal tersebut  menyiratkan  bahwa  hubungan  antara seni  suara vokal dan gamelan khususnya  gambang sudah terpisah  dalam kurung waktu yang cukup lama sehingga keterkaitan vocal dengan instrumental kurang dperhatikan. Menurut penulis, kesenian gambang  adalah salah satu cikal bakal seni karawitan Bali. Seni suara vokal juga diangkat pada seni pertunjukan, seperti cak, arja, barong landung, janger,gambuh, legong, sendratari,  gegitaan, sandya gita, dolanan, dan genjek.

Kesimpulan yang bisa diambil dari  buku ini agar para seniman dan generasi muda dapat melestarikan kesenian klasik seperti gambang karena sesuai dengan kepercayaan masyarakat ,gamelan gambang berfungsi sesuai dengan konsep “ desa mawa cara” dan “desa kala patra”. karena kesenian gambang merupakan peninggalan paling berharga yang dimiliki Bali.

KOMENTAR VIDEO TRAVIS

VIDEO TRAVIS BARKER

        Travis Landon Barker (lahir 14 November 1975; umur 36 tahun) adalah pemain drum asal Amerika Serikat. Namanya terkenal setelah menjadi pemain drum untuk grup Pop-Punk Blink 182, tapi sekarang dia bermain untuk +44. Barker juga bermain untuk beberapa grup musik seperti Box Car Racer, The Transplants, Expensive Taste, The Suicide Machines, dan The Aquabats.

Di seluruh badan Travis dipenuhi tato. Pertama kali Travis membuat tato ketika berusia umur 17 tahun. Tato tersebut bertuliskan “BONES” yang tak lain adalah namanya waktu kecil.Setelah bubar dari band pertamanya, Feeble, Barker mulai bermain untuk The Aquabats pada tahun 1996 dan dikenal sebagai The Baron Von Tito. Ia merekam satu album dengan mereka, The Fury dari Aquabats!, Pada tahun 1997. Lalu dia mengundurkan diri dari Aquabats dan ia bergabung dengan band pop punk yaitu Blink-182 pada tahun 1998. Barker menjadi terkenal karena rambut mohawk dan kecenderungannya bertelanjang dada pada saat maen drum, dan mengungkapkan banyak tato. Barker telah sejak membuktikan dirinya sebagai drummer yang sangat sukses, memproduksi dan membuat “remix” drum dari berbagai genre musik seperti hip-hop, rock alternatif, pop dan country. Dia telah memperoleh penerimaan yang signifikan dalam komunitas hip-hop pada khususnya dan sering bekerjasama dengan musisi untuk menyusun “rock-remix” diwarnai lagu-lagu mereka.

Dalam rekaman ini banyak aspek yang mendukung, diantaranya adalah lighting, sound system, dan pengambilan gambar .

Hal yang perlu di komentari:

Lighting

Dalam video ini pencahayaannya sudah cukup bagus ,tetapi perlu adanya lampu yang  lebih jernih .karena wajah dari Travis tidak nampak jelas karena efek lampu yang kurang jernih atau pada penempatannya yang kurang bagus. Sedangkan pada lighting yang lain sudah bagus karena adanya banyak efek—efek cahaya yang bervariasi dan membuat pertunjukan menjadi lebih bagus .Nuansa cahaya yang berbeda beda membuat karakter music menjadi lebih menjiwai.

Perbaikannya ,seharusnya cahaya lampu yang digunakan menyorot wajah travis  harus lebih berkualitas dan terang .karena wajah travis terlihat samar-samar(tidak jelas).

 

Sound system

Sama halnya dengan SOUND SYSTEM dalam video ini sering kali terdengar suara noise dan suara yang ingin ditonjolkan pun menjadi kurang jernih. Perbaikannya perlu adanya pengaturan sound system tersebut dan penyaringan suara yang masuk agar hasil rekaman menjadi jernih /bersih.

 

KAMERA VIDEO

Pada saat Pengambilan gambar ,gambar yang diambil kurang memuaskan .Kamera yang digunakan hanya 1 kamera saja ,sehingga pada saat travis naik ke atas atau memutar yang didapat hanya pengambilan gambar dari bawah saja. Jadi, pada saat travis melakukan antrakasi menjadi tidak kelihatan. Moment-moment yang ingin ditampilkan pun tidak sepenuhnya terlihat.

Perbaikannya pada pengambilan gambar juru kamera harus mengetahui jenis permainan dari travis .Dimana kamera yang dperlukan mungkin lebih banyak dan perlunya juga kamera gantung( yang berada diatas ) agar semuanya bisa terekam dengan jelas  dan pada saat kamera diperjauh dan diperdekat atau pada pengambilan gambar lainnya, agar apa yang ingin ditonjolkan/diperlihatkan kepada penonton terhadap hasil video menjadi memuaskan.

 

 

PERKEMBANGAN DAN SEJARAH SINGKAT DARI GAMELAN PALEGONGAN BINOH

GAMELAN PALEGONGAN

Br. Binoh Kaja, Denpasar Utara

              Banjar Binoh kaja atau sering juga disebut Desa Legong Keraton yang terletak Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Kegiatan upacara yadnya sering dilaksanakan di Banjar Binoh kaja ini. Untuk mendukung upacara yadnya tersebut biasanya difungsikanlah gamelan palegongan untuk mengiringi upacara yadnya. Gamelan palegongan ini digunakan untuk mengiringi upacara yadnya / piodalan yang ada di Binoh sebanyak 17 kali dalam 6 bulan yang pasti dilaksanakan dari dulu. Itu dikarenakan di Binoh terdapat 14 tempat suci/Pura dan persembahyangan secara rutin di Bale Banjar Binoh .Namun, sebelumnya Banjar Binoh Kaja ini belum memiliki gamelan palegongan yang ada hanya seperangkat gamelan gender wayang dan bebatelan yang difungsikan untuk mengiringi upacara yadnya yang ada di Binoh. Di Banjar Binoh Kaja juga terdapat kesenian gambuh dan gambang. Gamelan palegongan ada di Binoh diperkirakan sekitar tahun 1910-an. Gamelan palegongan berada di Binoh karna adanya faktor sejarah antara Puri Tain Siat dengan krama Binoh ,gamelan palegongan ini diperkirakan berasal dari pemecutan ,sebelum gamelan palegongan ini berada di Binoh , juga pernah berada di Padang Sumbu. Dan sampai sekarang kapan gamelan ini dibuat belum diketahui.

         Setelah adanya gamelan palegongan di Banjar Binoh maka di buatlah sekaa palegongan Binoh dengan tujuan untuk upacara yadnya/piodalan. Anggota sekaanya diambil dari setiap keluarga Pura/tempat suci masing-masing sebanyak 2 orang perwakilan. Karena prinsip dasar adanya gamelan palegongan bersama sekaa ini bertujuan untuk upacara yadnya ,karena di Binoh terdapat banyak Pura  yang setiap 6 bulan terdapat 17 kali piodalan .

           Perkembangan awal gamelan palegongan Binoh berlangsung sekitar 1915 sampai 1925. Pelatih yang didatangkan ke Binoh untuk pertama kalinya adalah Ida Bagus Bode dari Kaliungu dan disusul I Wayan Lotering dari Kuta. Penari Legong Kraton Binoh generasi pertama yang muncul saat itu adalah Ni Mintar (Men Pintu) dan Ni Sempok (Men Mudji). Para penabuh generasi pertama antara lain terdiri atas penabuh kendang Ruging dan Pan Sebut. Gender gede/rambat Wayan Rengga dan Nyoman Tunas, gender barangan Runeng dan Regeg. Dalam pementasan gamelan palegongan dengan bernada 5. Selain mengiringi tarian Legong Kraton, gamelan tersebut juga mengiringi tarian Gambuh. Lagu-lagu disesuaikan dengan nada 5 atau laras pelog dengan perangkat gamelan terdiri dari atas 1 tungguh terompong sebagai pembawa melodi, 2 gender gede, 2 gender barangan, 2 jublag, 2 jegog, 4 gangsa jongkok, 4 gangsa gantung, kempur, kemong, kajar, klenong, cenceng, gentorag, rebab, seperangkat suling, serta sepasang kendang (lanang wadon) yang fungsinya memimpin dinamika lagu.

Sekitar tahun 1967 perangkat gamelan klasik (palegongan) yang kini permanen berada di Banjar Binoh Kaja nyaris lenyap/dileburkan menjadi gong kebyar dikarenakan dampak akibat pengaruh gong kebyar yang luar biasa. Namun berkat peran dan saran seniman muda ketika itu I Wayan Sinti, M.A. Gamelan palegongan tersebut tetap dipertahankan menjadi gamelan palegongan. Di samping menggarap penataan tabuh/tari legong kraton, sekaa di Binoh yang dinakhodai Djesna Winada juga mulai meningkatkan kiprahnya dengan menata lagu pengambuhan yang sudah ada. Gambelan palegongan ini merupakan warisan seni budaya leluhur yang hingga kini tetap dilestarikan dengan kukuh.

         Gamelan Palegongan dan Legong keraton merupakan tarian yang paling popular dikalangan masyarakat Bali ,termasuk juga tarian Bali yang paling terkenal di Dunia Barat ,berbagai pakar musik klasik dan tari mengagumi kehalusan,keindahan,kelincahan gerak penari serta keindahan suara gamelan pengiringnya. Dimana pada tahun 1976 -1977 Dra.Gusti Agung Susilawati bersama dengan Ni Ketut Reneng(alm) dan Ni Ketut Arini Alit SST,terlibat dalam proyek penggalian tari legong yang di pusatkan di Banjar Binoh, dengan bantuan dana yang diberikan oleh Ricard Wallis  dari kebangsaan Amerika. Sebagai peñata tabuh pada waktu itu adalah Guru Besar I Wayan Lotring,I Gusti Putu Made Geria(alm),I Wayan Beratha,I Wayan Sinti, M.A,dan sesepuh klasik banjar Binoh Kaja I wayan Djiwa,I Wayan Brata,Nyoman Suandi,Made Sumadi,dan Djesna Winada. Sekitar 10 jenis tarian legong klasik ,tabuh petegak ,dan pejongkok yang berhasil di gali dan di rekontruksi yaitu :

  1. Sekar Gendot
  2. Liar Samas
  3. Jagul palegongan
  4. Tambur
  5. Angklung
  6. Gambang
  7. Kebyang
  8. Kebyot
  9. Sadagora
  10. Kembang Jenar
  11. Candra Kanta
  12. Simbar
  13. Tabuh telu palegongan
  14. Tabuh-tabuh pegambuhan serta,
  15. Tabuh bebarongan

(photo saat rekontruksi palegongan)

          Nama Sekaa Palegongan Binoh ini sengaja tidak perlu merubah nama sekaa yang sudah ada karena nama ini merupakan warisan leluhur “ Binoh” yang berarti binawa sehingga banjar binoh adalah banjar yang kabinawa, dan nama Binoh ini juga sudah di kenal di mancanegara .Di Binoh juga mempunyai istilah gamelan yang bagus adalah gamelan yang sering dipukul/dimainkan .