GAMBANG ” Cikal Bakal Karawitan Bali ”
Posted Under: Tulisan
Judul Buku : Gambang Cikal Bakal Karawitan Bali
Penulis : I Wayan Sinti, MA
Penerbit : TSPBOOKS
Edisi : Pertama
Tebal buku : 160 hal , 14 x 21 cm
Gambang Cikal Bakal Karawitan Bali
Gambang terdiri suku kata” gam” yang artinya bergerak(berjalan) dan”bang’’ artinya merah (menyiratkan warna darah). Secara umum, pupuh gambang yang ada teksnya mengisahkan cerita kepahlawanan Raden Panji yang berhasil mendapatkan kembali kekasihnya yang hilang dengan memerangi musuhnya. Dengan kata lain, peperangan yang sampai mengeluarakan ceceran darah. Apakah kata gambang terkait dengan apa yang telah tersurat di atas ?untuk memastikannya sudah tentu memerlukan penelitian yang lebih mendalam.
Kata gambang kalau dilihat dari artikulasinya g,k,ang, berarti kambang, ngambang, memang bila diamatai hubungan antara bilah dan pelawahnya, terkesan mengambang. Gambang adalah salah satu barungan gamelan yang tertua di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari pupuh(gendingnya) cukup banyak yang ditransfer ke dalam gamelan lainnya diantaranya gamelan slonding, gongluang, charuk/saron, palegongan, gong kebyar, dan sebagainya. Namun ,tidak ada satu pun gending dari barungan lain yang ditransfer ke dalam gamelan gambang. Hal ,lain, irama dasar seni suara vokal kidung dan macapat juga mendapat inspirasi dari irama gangsa gambang. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa ‘’gamelan gambang adalah cikal bakal karawitan Bali’’. Untuk menghidupkannya kembali diperlukan kesungguhan serta tekad yang kuat dengan dukungan moral maupun material dari semua pihak, khususnya pencinta seni budaya Bali. Sebelum langsung menggali keterkaitan dengan gambang dan vocal kidung berturut-turut pada tahun 1978 dan 1982 pada Festival Gong Kebyar se-Bali, penulis bersama Pembina lainnya menciptakan satu komposisi baru dengan istilah Gegitaan, yaitu mengkaitkan vokal kidung dengan gamelan gong kebyar.
Sejarah Gambang
Sejarah gambang diperkirakan sudah ada pada abad ke-11 masehi, pada masa pemerintahan Prabu Erlangga, Raja yang memerintah Bali dan Jawa timur dari tahun 1019-1042. Menjelang akhir pemerintahanya Prabu Erlangga membagi kerajaan menjadi 2, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kadiri. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Kadiri lebih banyak mengisi panggung sejarah, sedangkan Kerajaan Jenggala kurang begitu dikenal. Salah seorang Raja Kadiri yang terkenal adalah Prabu Jayabaya. Pada masa pemerintahannya seni budaya ,seperti seni sastra, seni bangunan ,dan seni karawitan berkembang dengan pesat . Pada masa itu sudah dikenal nama alat bunyi-bunyian, seperti seruling, gendang, dan gambang. Pengaruh Kerajaan Kadiri terhadap Bali begitu kuat, sampai-sampai nama kadiri diabadikan menjadi nama kota atau Pura.
Keberadaan Gamelan Gambang
Keberadaan gamelan gambang tersebar luas di seluruh kabupaten dan kotamadya di Bali. Sayang jenis kesenian ini sangat kurang mendapat perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun dari seniman karawitan dalam kurun waktu yang sangat lama sehingga kita sudah banyak kehilangan .
Notasi ,Saih atau Sih
Notasi adalah tanda pencatatan suatu lagu, yakni setiap musik di dunia memiliki notasinya masing –masing. Di Bali notasi yang tertua dipergunakan pada gamelan gambang/kidung yang disebut notasi dingdong. Namun, pada tahun 1959 menjelang dibukanya sekolah konservatori karawitan Indonesia jurusan Bali(Kokar Bali), para sesepuh kokar bali pada waktu itu menciptakan lagi notasi baru yang berpedoman dengan gamelan panca nada, khususnya gong kebyar. adapun wujud notasi tersebut adalah sbb:
1.notasi gambang (dingdong) dibaca ding,dong(ageng) ,dang(ageng),deng ,dung,dang(alit),dong(alit).
2 notasi kokar dibaca nding,ndong,ndeng,ndung,ndang.
Gamelan Saron atau Charuk
Gamelan Saron atau Charuk adalah bentuk sederhana gamelan gambang ,juga sangat kurang mendapat perhatian awalnya, gamelan charuk hanya terdiri dari atas dua tunggahan gangsa jongkok, seperti gangsa gambang dan dua tunggah gambang masing-masing terdiri atas empat nada/bilah. Kemudian ada pengembangan, yaitu adanya penambahan instrument gangsa . Dalam permainan kedua gambang biasa digabung menjadi satu oktaf dengan susunan nada ,seperti berikut:
Susunan nada charuk : 7 1 5 6 1 2 3 4
Cara membaca :dong ding dung dang ding dong dang deng.
Gamelan charuk juga dimainkan dalam gamelan gong luang karena gending- gendingnya kebanyakan diambil dari gending gamelan gambang .
Pupuh Gambang
Pada umumnya .pupuh gambang yang disalin dalam lontar ataupun buku tulis dengan nilai not ¼ sesuai dengan nilai not dalam musik barat dan dimainkan sama oleh semua instrument, termasuk gambang. Dalam praktiknya hal itu hanya dilakukan pada bagian kawitan . Kalau pada kawitan yang ada teksnya ,instrument gangsa dimainkan dengan system staccato agar antara vocal dan teksnya bisa terkait (match).
Vokal (tembang ) Bali
Semua orang menyakini bahwa kehadiran seni suara vokal lebih tua di bandingkan dengan seni suara instrumental. Secara umum ,di Bali seni suara vokal diklasifikasikan menjadi atas 4 golongan ,yaitu gegendingan (lagu rakyat), macapat/sekar alit, kidung/sekar madya, dan kekawin/sekar ageng (wirama, sloka, sruti, palawakya, dan mantra).
Hubungan Vokal dan instrumental
Hilangnya keterkaitan seni suara vokal dengan gambang sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Para seniman tanpa mengurangi rasa hormat kepada mantan para guru ,mereka kebanyakan berjaya pada barungan gong kebyar, kecuali Guru I Wayan Lotring (Alm) banyak berkarya pada gamelan palegongan. Patut disyukuri bahwa adanya rekaman tabuh gamelan Bali oleh Colin Mc Phee pada tahun 1928, termasuk antara lain kakawin, kidun , janger. Pada rekaman tersebut kekawin diiringi gamelan gong kebyar, sedangkan kidung diiringi dengan gamelan geguntangan. Hal tersebut menyiratkan bahwa hubungan antara seni suara vokal dan gamelan khususnya gambang sudah terpisah dalam kurung waktu yang cukup lama sehingga keterkaitan vocal dengan instrumental kurang dperhatikan. Menurut penulis, kesenian gambang adalah salah satu cikal bakal seni karawitan Bali. Seni suara vokal juga diangkat pada seni pertunjukan, seperti cak, arja, barong landung, janger,gambuh, legong, sendratari, gegitaan, sandya gita, dolanan, dan genjek.
Kesimpulan yang bisa diambil dari buku ini agar para seniman dan generasi muda dapat melestarikan kesenian klasik seperti gambang karena sesuai dengan kepercayaan masyarakat ,gamelan gambang berfungsi sesuai dengan konsep “ desa mawa cara” dan “desa kala patra”. karena kesenian gambang merupakan peninggalan paling berharga yang dimiliki Bali.
Reader Comments