Ogoh-Ogoh Banjar Babakan Sari

This post was written by gautama on April 12, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

 

Baruna Murti merupakan Judul ogoh-ogoh yang digunakan oleh Banjar Babakan Sari pada perayaan ngerupuk tahun saka 1940. Dewa Baruna atau Waruna adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Kata Baruna berasal dari kata var yang berarti membentang, atau menutup. Kata “var” tersebut kemudian dihubungkan dengan laut, sebab lautan membentang luas dan menutupi sebagian besar wilayah bumi. Menurut kepercayaan umat Hindu. Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengandarai makhluk yang disebut makara, setengah buaya setengah kambing (kadangkala makara disamakan dengan buaya, atau dapat pula digambarkan sebagai makhluk separuh kambing separuh ikan). Istri Dia bernama Baruni yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna juga disebut sebagai Dewa langit, Dewa Hujan, dan dewa yang menguasai hukum. Cerita ini mengisahkan tentang kemarahan Dewa Baruna terhadap Hyang Putranjaya dan Dewi Danu yang mencemari laut dengan bangkai ternak dan sampah. Akibat kemarahannya, Dewa penguasa laut itu menebar berbagai wabah dan penyakit yang menerpa masyarakat Bali termasuk hewan ternak. Hyang Putranjaya dan Dewi Danu pun saling tuding, hingga terjadi perang tanding. Saat itulah Hyang Pasupati turun untuk mendamaikan mereka dengan menyuruh meminta maaf kepada Dewa Baruna dengan melakukan yadnya untuk Nyomya berbagai butakala yang membangkitkan berbagai wabah dan penyakit. Pada garapan ini, ogoh-ogoh Baruna Murti ini diiringi oleh baleganjur bebarongan. Digunakan baleganjur bebarongan ini karena jumlah penabuh yang terbatas di Banjar Babakan Sari. Baleganjur ini menggunakan satu kendang bebarongan, empat reong yang bernada ndong, ndeng, ndung, ndang, yang dimainkan oleh 2 orang penabuh, satu gong, kemong, dan klenang, satu tawa-tawa, dan enam pasang ceng-ceng. Tabuh baleganjur bebarongan ini disesuaikan dengan alur cerita yang diceritakan. Dengan kemampuan penabuh yang tidak merata maka baleganjur ini menggunakan motif-motif sederhana dan tidak banyaknya motif kilitan ceng-ceng agar semua penabuh bisa mengikuti.

Comments are closed.

Next Post:
Previose Post: