ORNAMEN PEPATRAN

ORNAMEN PEPATRAN

Matakuliah: Ornamen I

Oleh: I Gusti Ngurah Agung jaya CK.,SSn.,M.Si

Institut Seni Indonesia (ISI-Denpasar),

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD),

Jurusan Kriya Seni

2013

Ornamen pepatran adalah ornamen yang ide/konsep di ambil dari tamanan yang merambat, seperti: tanaman labu, pare, timun, dan tanaman merambat liar, yang biasanya numpang pada pohon-pohon besar sebagai pagar rumah. Tanaman ini oleh senimannya dirubah/dideformasi/distilir menjadi sebuah karya seni berupa pengulangan, baik secara melingkar/lurus dikenal dengan nama pepatran. Tujuan pepatran ini adalah untuk menghias rumah pribadi/adat/tempat suci yang khusus berkembang di Bali. Pepatran ini menghiasi bagian-bagian yang lebar dan memanjang, baik berupa segi empat, segi empat panjang, baik tempatnya ditengah, dipinggir/bidang bidang yang lebar, juga sebagai pelengkapdari ornament kekarangan. Makna yang terkandung pada pepatran adalah memberikan perlindungan kepada kehidupan manusia dari rasa takut, panas, haus dan yang lainnya. Sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia yang tinggal dilingkungan bangunan yang dihiasi oleh pepatran. diBerikut ini akan ditampilkan pepatra yang diterapkan pada bangunan rumah pribadi/adat dan tempat suci.

 

bandicam 2013-10-14 08-02-58-142

 

1. Oranmen Patra  Samblung, adalah  ide/konsep dari tanaman merambat seperti pohon samblung, yang mana terdiri dari daun, bunga dan buah, yang distilir menjadi motif patra samblung.

P23-11-10_08-40

P04-07-10_10-23[2] P18-09-13_07-48

patra samblung  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998

IMG00341

 

2. Ornamen Patra Ulanda, adalah ornamen berasal dari Eropa (Belanda dengan bentuk ornamen yang naturalis), kemudian distilir menjadi bentuk ornamen patra ulanda, dengan ciri berdaun lebar, berbunga mekar,bunga kuncup, buah dan tangan-tangan rambat sebagai alat untuk berpegangan pada dahan pohon yang lain.

 P17-04-11_08-44[3]IMGA0890 IMGA0893IMGA0892Copy (3) of P28-07-10_17-02 - Copy

3. Ornamen Patra Punggel, adalah gabungan dari beberapa keketusan yang terdiri dari batu poh, jengger siap, kuping guling, patra wayah, ampas nangka/tunas muda, dan distilir menjadi motif patra punggel.

bandicam 2013-10-14 10-36-33-330P04-07-10_10-51[1]IMG00180 IMGA0124 IMGA0174 IMGA0887 ORNAMEN PATRA PUNGGEL PADA DINDING CANDI KURUNG PURA DALEM GEDE PELIATAN GIANYAR22-10-11_08-11 P17-04-11_08-46[2] P22-07-10_15-22[1] - Copy

4. Ornamen Patra Cina, adalah ide/konsep dari tanaman bunga mawar yang berduri, ornamen ini bentuknya naturalis yang dibawa oleh bangsa Cina dalam pengembaraannya ke Bali, lukisan dan pahatannya masih tersimpat di Puri Karangasem, kemudian distilir menjadi bentuk patra cina.

IMGA0049 IMGA0143 P04-07-10_10-27[1] patra cina  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 PATRA CINA PENATIH DPS 16-04-13_11-33

5. Ornamen Patra Sari, adalah ide/konsep dari patra punggel yang terdiri dari punggel yang kecil dan besar dikombinasikan menjadi bentuk bunga, kemudian distilir menjadi motif patra Sari.

IMGA0056 P16-07-10_08-15 P24-03-13_10-17[1] PATRA SARI  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998   17-04-11_09-03[4] patra sari  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998

 

6. Ornamen Patra Banci, adalah ide/konsep dari beberapa gabungan patra, kemudian distilir menjadi motif patra banci.

IMGA0029 IMGA0240 - Copy

P17-04-11_08-45

 

7. Ornamen Tatah Kulit, adalah ornamen yang diambil dari patra punggel dan lainnya, kemudian distilir menjadi bentuk ornamen tatah kulit.

P05-03-13_07-48[1] P05-03-13_07-49 P05-03-13_07-50

8. Ornamen patra Prancis, adalah ornamen yang berasal dari prancis yang menampilkan bentuk natural dengan geometris, kemudian distilir menjadi bentuk ornamen patra prancis, dengan ciri banyaknya bentuk-bentuk giometris pada setiap bentuk patra yang akan di pranciskan.

IMGA0225 - Copy IMGA0900 P11-06-13_12-19 P11-06-13_12-20[1] P28-07-10_17-27[2]IMGA0883

Harapannya … bagi yang berminat belajar ornamen pepatran, contoh sudah ditampilkan, tinggal dikembangkan, dikreasikan, sehingga mampu menciptakan ornamen pepatran yang baru, sehingga oranmen pepatran tetap berkembang, ajeg dan lestari, astungkara….

ORNAMEN KEKETUSAN

ORNAMEN KEKETUSAN

Matakuliah: Ornamen I

Oleh: I Gusti Ngurah Agung jaya CK.,SSn.,M.Si

Institut Seni Indonesia (ISI-Denpasar),

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD),

Jurusan Kriya Seni

2013

Ornamen Keketusan adalah sebuah hasil karya seni yang ide/konsep dasarnya diambil dari benda-benda alam, tumbuh-tumbuhan, dan juga binatang. Bentuk alam ini kemudian distilir/dideformasi/dirubah dalam bentuk ornament. Tujuan ornament keketusan diciptakan untuk mengisi bagian-bagian pepalihan (bagian-bagian yang berbentuk segi-empat panjang, seperti pundan berundak-undak), dari bangunan arsitektur tradisional Bali. Ornamen keketusan banyak ragamnya yang telah diterapkan pada bangunan tradisional Bali. Makna yang terkandung pada ornamen keketusan adalah sebagai pengikat sifat-sifat positif, baik itu berupa terpenuhinya sandang, pangan, papan, yang terpenting hidup rukun, damai sejahtera  baik dikehidupan sekarang ini dan akhirat. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan ditampilkan bentuk-bentuk ornamen keketusan.

bandicam 2013-10-11 10-24-30-311

1. Ornamen Keketusan Kakul-kakulan, adalah ide/konsep ornamen yang diambil dari ekor siput yang distilir menjadi sebuah keketusan motif kakul-kakulan.

 

P25-11-10_14-41 P17-04-11_08-41[1] - Copy (2) P17-04-11_08-41 - Copy (2) P11-10-10_09-29[1]

2. Ornamen Keketusan Genggong, adalah ide/konsep dari tanaman kapu-kapu yang distilir menjadi motif keketusan genggong.

P23-11-10_08-48

Copy (2) of P10-07-10_08-03[1] - Copy keketusan mas-masan,batu-batuan,  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998  genggong - Copy KEKETUSAN PURA PUSEH BAHA MENGWI P15-04-13_13-54 - Copy P17-04-11_08-43[2] - Copy (4) P18-09-13_07-50[1]

 

3.Ornamen Keketusan Api-apian, adalah ide/konsep dari api yang menyala, kemudian distilir menjadi sebuah motif keketusan api-apian.

 

Copy of P10-07-10_08-01 Copy of P10-07-10_08-02

4. Ornamen Keketusan Tali Ilut, adalah ide/konsep dari tali yang diputar, sehingga menjadi motif keketusan tali ilut.

 

Copy (3) of P10-07-10_07-55 - Copy IMGA0110 - Copy (3) keketusan kakulan, tali ilut, genggong  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy (3)

 

 

5.  Ornamen Keketusan Mas-Masan, adalah ide/konsep diambil dari bunga mawar yang disusun berirama dan distilir menjadi motif mas-masan.

IMGA0156 keketusan mas-masan, batu timun, mas-masan  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy keketusan mas-masan, huruf T, huruf L  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy (2) P17-04-11_08-41[1] - Copy (3) P17-04-11_08-42 - Copy (2)

6. Ornamen Keketusan Bias Membah, adalah ide/konsep dari deburan ombak dilaut menjadikan pasir laut membentuk sebuah irama, dan distilir menjadi motif bias membah.

 

Copy (2) of P10-07-10_08-03[1] IMG00350 - Copy (2) IMGA0181 - Copy P11-10-10_09-29[2]

 

7. Ornamen Keketusan Batu-Batuan, adalah ide/konsep dari batu-batu yang ada disungai dan kemudian distilir menjadi motif batu-batuan.

 

IMG00286 IMG00287 IMG00322 IMGA0250 keketusan mas-masan,batu-batuan,  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998  genggong - Copy (3)

 

8. Ornamen Keketusan Paku Pipit, adalah ide/konsep dari tanaman palm dan yang sejenisnya, kemudian distilir menjadi motif paku pipit.

 

Copy (2) of P10-07-10_08-06[1] IMGA0026 P04-07-10_10-23 - Copy P17-04-11_08-41[1] - Copy (4)

9. Ornamen Keketusan Huruf T, adalah ide/konsep dari huruf T yang dibulak balik, kemudian distilir menjadi motif huruf T.

 

IMG00311 keketusan mas-masan, huruf T, huruf L  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy (3) P17-04-11_08-41[2] - Copy (3) P17-04-11_08-43[1] - Copy (2)

10.  Ornamen Keketusan Kuta Mesir, adalah ide/konsep dari simbol swastika yang disusun dan distilir menjadi motif kuta mesir.

IMGA0889

P17-04-11_08-43[3] PATRA MESIR CANDI BENTAR PURA DESA ANGANTAKA P04-07-10_10-45[1] - Copy patra mesir, patra punggel  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy

11. Ornamen Keketusan Huruf L, adalah ide/konsep dari huruf L yang dibulak balik dan distilir menjadi motif huruf L.

 

16mei2013 pura puseh  batubulan gianyar P16-05-13_11-30 keketusan mas-masan, huruf T, huruf L  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998 - Copy P17-04-11_08-43[2] - Copy

12. Ornamen Keketusan Batun Timun, adalah ide/konsep dari biji mentimun yang kemudian disusun dan distilir menjadi motif batun timun.

keketusan mas-masan,batu-batuan,  MHSW SENI MURNI ANGKATAN 1998  genggong - Copy (2) P17-04-11_08-42 - Copy (3) P17-04-11_08-42[2] - Copy (2) P18-09-13_07-51 - Copy (3)

13. Ornamen Keketusan Gigi Barong/Daun Waru, adalah ide/konsep dari daun waru/ gigi barong yang disusun dan distilir menjadi motif daun waru/gigi barong.

Copy (3) of P10-07-10_08-03 - Copy IMG00336 IMG00346 - Copy (2) P04-07-10_10-51[2]

14. Ornamen Keketusan Kuping Guling, adalah ide/konsep dari telinga babi yang dibakar, dan distilir menjadi motif kuping guling.

16mei2013 pura puseh  batubulan gianyar P16-05-13_11-30 - Copy

16mei2013 pura puseh  batubulan gianyar P16-05-13_11-40[1] - Copy (2)

16mei2013 pura puseh batubulan gianyar P16-05-13_11-40 MAS-MAS PURA DALEM GEDE PELIATAN GIANYAR 22-10-11_08-19[2]

15. Ornamen Keketusan Mote-Motean, adalah ide/konsep dari pernak-pernik perhisan yang disusun dan distilir menjadi motif mote-motean. 

IMGA0110 - Copy IMGA0212 - Copy (2) IMGA0212 - Copy (3) IMGA0225

16. Ornamen KeketusanVentilasi, adalah ide/konsep dari lubang udara di atas pintu rumah, yang disusun secara teratur dan distilir menjadi motif ventilasi.

16mei2013 pura puseh  batubulan gianyar P16-05-13_11-40[1] - Copy 16mei2013 pura puseh batubulan gianyar P16-05-13_11-32[1] IMG00334 IMGA0101

17.  Ornamen Keketusan karya Mahasiswa interior angkatan 2013, FSRD ISI-dps; Dengan teknik sigar mangsi. Teknik sigar mangsi adalah membuat gradasi dari hitan ke putih atau dari putih ke hitam, dengan menggunakan bak(tinta yang dihasilkan dengan cara menggosok tinta berupa batangan) hasil gosokan ini kemudian dipakai untuk mempoles bidang gambar, dengan teknik ditumpuk satu persatu, makin gelap dan gelap atau sebaliknya dari terang kegelap. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.

 

IMG00301 IMG00302 IMG00303 IMG00304 IMG00306 IMG00309

Bagi yang berminat belajar dan mengasah ketrampilan dan kreativitas, dalam bentuk ornamen keketusan, contoh sudah ada, siapa tahu anda berhasil menemukan/menciptakan  ornamen keketusan yang baru, selamat mencoba…., semoga berhasil….., good luck….

 

MENGGAMBAR WAYANG 1-2

WAYANG 1-2
(HASIL PENELITIAN DIJADIKAN BUKU, BERTUJUAN
UNTUK MEMPERMUDAH BELAJAR MENGGAMBAR WAYANG BALI.
BAGI MAHASISWA FSRD ISI DPS DAN MASYARAKAT UMUM BAGI YANG BERMINAT)
Oleh : I Gusti Ngurah Agung Jaya CK, SSN. M.Si. NIP.196880516 199802 1 001
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN PS KRIYA PRODUK
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012
A. Sejarah Berkembangnya Seni Lukis Wayang di Bali
Bila kita amati perjalan sejarah seni lukis wayang Bali, maka akan diawali dengan asal mula manusia purba, dalam perjalanannya banyak ditemukan bukti-bukti peninggalan berupa keahlian nenek moyang kita melukis didinding-dingding goa. Di Bali peninggalan gambar lukisan digoa-goa belum ada diketemukan, tetapi gambar-gambar yang terdapat pada sebuah nekara dan relief dinding ada ditemukan seperti Di pura Nekara pejeng dan relief yeh pulu dan goa gajah. Adanya peninggalan ini membuktikan bahwa karya seni yang berkembang di Bali sudah ada sejak jaman dahulu dan masih berkembang sampai saat ini (Gung Tjidera, 1995: 11).
Melihat perkembanganya, sekarang seni lukis wayang Bali , diakui kebedaradanya sejak jaman pra-sejarah. Buktinya banyak ditemukan pada gedong kuno penuh hiasan (Nekara) yang berada dipejeng. Nekara berbentuk genderang yang bagian pinggirnya berhiasakan ragam hias yang berkembang saat itu (Neka Museum, 1986: 8).
Pada jaman raja-raja di Bali, Kerajaan yang terkenal pada saat itu adalah Pemerintahan Ugrasena (818 Icaka/ 896 Masehi). Hal ini dibuktikan pada prasasti “Prabhwayang” pada pemerintahan Raja Anak Wungssu (1045-1047) disebut “Aringgit” (Goris, 1954: 3).
Kedua Istilah itu berarti “Wayamg”, merupakan perkembangan lanjutan dari gambar dan relief yang berkembang sebelumnya. Dalam kitab Insulinda karangan Dr Setyabudi, wayang Bali diperkirakan sudah berkembang pada jaman Raja Sidodana (tahun 518-630 masehi). Hal ini disebutkan pula pada prasasti Bebetin dalam Buku Parasasti Bali satu oleh Dr Relof Goris, turunan prasasti Bebetin halaman 44-45 berbunyi seperti ini. “… Pande tembaga, pemukul, pegendeng, pabunying, papadaha, parbhangci, pertapukan, parbhwayang… turun di Panglapuran di Singamandawa, di bulan besakga caka pancami, rggas bwijaya manggala, di caka 818…”. Artinya sebagai berikut “ pande tembaga, pemukul gambelan, penyayi, pemukul bunyi-bunyian dari bambu, pemukul kendang, peniup seruling, penari topeng, dalang wayang… turun dipanglipuran di singamandawa, pada bulan 10, hari ke 5, patorang, hari pasar wijaya manggala, pada tahun 818 caka…” ( Callenfels, 1926: 12)..
Pada sat itulah diperkirakan seni lukis Bali telah ada. Kemungkinan sudah ada gambar wayang sebagai media sosial budaya dan sudah dikonsepkan dalam bentuk wayang kulit. Selain itu dalam babad Dalem di Desa Gelgel, Sri Dalem Semara Kepakisan, pernah pergi ke Majapahit dan pulang membawa hadiah dari Keraton Majapahit, berupa keris Bengawan Canggu, ikat pinggang Sebuh Jagat dan sekeropak wayang kulit(Musium Bali, 1989: 13). Pada Abad 14 Pemerintahan di Bali, pindah dari Samprangan ke Gegel, kesenian wayang semakin mendapat pembinaan dan mengalami perkembangan. Runtuhnya Keraton Gelgel ke tangan I Gusti Agung Maruthi dari Kekuasaan Dalem Dimade, membangkitkan semangat putra-putranya untuk merebut kembali Keraton Gelgel. Setelah kekuasaan di pegang oleh Dewa Agung Jambe, pusat pemerintahan di pindahkan ke Semarapura Klungkung. Pada masa itu pula kesenian mengalami puncak keemasan. Raja Dewa Agung Jambe memanggil I Gede Mersandi seorang warga desa Kamasan untuk melukis. Oleh karena indahnya hasil karya I Gede Mersandi, maka raja memberikan hadiah sebidang tanah dan tempat tinggal dan mendapat gelar I gede Modara pada tahun 1771(Kanta, 1978: 35). Hasil karya I Gede Mondara lebih dikenal dengan nama lukisan wayang gaya Kamasan. Gaya lukisan ini menyebar keseluruh Bali dan dikenal dengan nama lukisan Bali klasik. Pemerintah mengabadikan nama I Gede Modara di taman budaya Denpasar yaitu “Mahandra Mandara Giri Bhuana” yang artinya Modara terkenal di Bali dari dahulu, kini dan masa yang akan datang (Museum Bali, 1940: 2). Berkuasanya penjajah Belanda, hampir diseluruh Indonesia tak terkecuali Bali. Pada tahun 1908 adalah awal komunikasi Bali dengan daerah luar. Orang-orang Belanda yang begitu terkesan dengan keindahan dan keunikan ragam seni dan budaya Bali. Menjadikan Bali sebagai objek pariwisata. Pada tahun 1926, salah satu orang asing yang bernama Walter Spies yang menetap di Ubud, dan seorang pelukis Rodolf Bonnet ke Bali tahun 1928. Kedatangan kedua seniman asing ini memberikan nuansa seni barat yang sangat kental dengan bentuk anatomi plastisnya. Pada saat itu seni lukis wayang Ubud berbentuk dekoratif dengan sentuhan kedua seniman barat tersebut menjadi lukisan wayang Ubud lebih realis dan tetap dengan atribut wayang tetap dipakai sebagai kekuatan lokal ginius (Moerdowo, 1967: 8). Pada tahun 1936, kedua seniman barat tersebut bersama-sama Cokorda Gde Agung Sukawati, mendirikan “Pita Maha” sebagai wadah berkumpulnya seniman Ubud, dengan tujuan Mempromosikan , meningkatkan mutu dan membantu pemasaran hasil karya pelukis yang ada di Ubud (Neka, 1986: 9). Melihat perjalanan seni lukis wayang Bali sudah ada sejak dahulu dan sampai sekarang tetap bertahan dan lestarai, selain itu kegiatan adat istiadat keagamaan yang ada di Bali sebgaia alat untuk mempertahankan seni lukis wayang Bali. Selain itu seni lukisan wayag berkembang pula di daerah tabanan yang dikenal dengan lukisan gaya Kerambitan, begitu juga di Jembrana ternekal dengan kain pengider-ider yang bergambarkan wayang gaya Jembrana, di Buleleng terkenal dengan lukisan kaca yang bergaya Nagasepaha.Tema cerita diambil dari cerita pewayangan mahabharata, Ramayana dan cerita rakyat Bali, yang berhubungan dengan masyarakat Bali.

B. PROSES MENGGAMBAR WAYANG BALI
1. Pembuatan Kanvas (Nganjinin/Mubuhin. Kain blacu dengan ukuran yang telah ditentukan, kain dicuci
kemudian dijemur sampai setengah kering. Kain diremas dan dicelupkan ke dalam bubur (tepung beras
yang sudah matang) dijemur sampai kering. Tujuan semua ini adalah untuk menutupi pori-pori kain.
Selanjutnya kain tersebut di gosok (digerus) secara bertahap diatas lempengan papan dan digososk dengan
kerang(bulih- bulih) sampai rata dan halus.
2. Seketsa(Ngereka) adalah cara mengkomposisikan tokoh-tokoh wayang yang akan digambar, kemudian
membuat bentuk global wayang dan atribut wayang dipakai wayang, dan menebalkan seketsa wayang
dengan tinta hitam
3. Pewarnaan adalah memberikan warna secara keseluruhan. Adapun teknik pewarnaanya adalah dengan
memberikan warna yang bergradasi ( warna muda kewarna lebih tua/ dari terang kegelap) Tujuannya
untuk memberikan efek yang lebih tinggi terang dan makin kedalam semakin gelap. Hal ini dilakukan
disebuah objek wayang. Hal ini yang menyebabkan proses menggambar wayang menjadi lama. Setelah
itu dilanjutkan memberikan warna hitam pada masing-masing pinggir dari seluruh badan wayang,
untuk memberikan kesan volume pada semua badan wayang.
4. Nyawi adalah memberikan ketegasan pada masing-masing garis wayang dan ornamen yang digunakan
Secara keseluruhan, sehingga gambar wayang lebih mempertegas bentuk wayang secara keseluruhan.
Selanjutnya memberikan aksen terakhir yaitu pecahayaan pada beberapa permata yang ada pada ornamen
wayang untuk memberikan kesan hidup.

C. PROPORSI MENGGAMBAR WAYANG
1. Proporsi Rentet adalah bentuk wayang pendek-pendek yang diterapkan pada media daun lontar yang bisa
disebut parasi.
2. Proporsi Nyepek adalah bentuk wayang hampir sama dengan ukuran manusia, biasanya digambar pada
media kain kanvas.
3. Proportsi Lanjar yaitu bentuk wayang dibuat panjang-panjang sesuai dengan bidang yang lebar dan panjang,
seperti lanse, kober dan umbul-umbul.

D. TEKNIK MENGGAMBAR MUKA WAYANG
Contoh: D.

bandicam 2013-02-23 13-39-57-699

E. HIASAN PADA KEPALA WAYANG (GELUNGAN)
Ada 10 gelungan wayang, dimana masing-masing ada namanya sesuai dengan nama Wewaran di Bali
(dasawara: pandita, pati, suka, duka, sri, manuh, manusa, raja, dewa dan raksasa.

E.1. Gelungan Pandita/Ketu adalah gelungan yang digunakan pada tokoh resi Drona, Bisma dan Narada.
Contoh: E.1.

bandicam 2013-02-23 13-40-06-496

E.2. Gelungan Pati/Supit Urang adalah delungan seperti capit udang, yang digunakan pada tokoh kesatria Bima,
Arjuna, Nakula, Sahadewa dan Hanoman.
Contoh:E. 2.

bandicam 2013-02-23 13-40-14-367

E.3. Gelungan Suka/ Kekendon adalah delungan yang dipergunakan oleh tokoh wayang Aswatama, Wilmana,
Garuda dan yang lainnya.
Contoh: E.3.
bandicam 2013-02-23 13-40-20-873
E.4. gelungan Duka/ Pakis Rebah adalah gelungan yang digunakan oleh tokoh wayang Abimayu.
Contoh:E. 4.
bandicam 2013-02-23 13-40-25-175
E.5. Gelungan Sri/Papudakan /Candi Rebah adalah gelungan yang dipergunakan oleh tokoh wayang Salya,
Duryodana dan yang lainnya.
Contoh: E.5.
bandicam 2013-02-23 13-40-29-983
E.6. Gelungan Manuh/Kekeling yaitu gelungan yang dipergunakan oleh Darma wangsa/Yudistira.
Contoh: E.6.
bandicam 2013-02-23 13-40-35-871
E.7. Gelungan Manusa/ udeng-udeng yaitu gelungan yang dipergunakan oleh Panakawan, Bala-bala dan rakyat.
Contoh: E. 7.
bandicam 2013-02-23 13-40-40-456
E.8. Gelungan Raja/ Candi Kurung yaitu gelungan yang dipergunakan oleh tokoh wayang Karna, Betara Ciwa,
Dasarata dan yang lainnya. Contoh 8.

bandicam 2013-02-23 13-40-45-726

E.9.Gelungan Dewa/Candi Kusuma yaitu gelungan yang dipergunakan oleh tokoh wayang Dewa, Baladewa,
Kresna, Rahwana dan sebagainya.
Contoh: E. 9.
bandicam 2013-02-23 13-40-49-553
E.10. Gelungan Raksasa/ Bok Gambah yaitu gelungan yang dipergunakan oleh tokoh raksasa, cupak dan
lainnya. Contoh: E,10.
bandicam 2013-09-30 16-49-28-299
F. PROSES MENGGAMBAR BADAN WAYANG
Contoh F.
bandicam 2013-02-23 13-40-57-766
G. PROSES MENGGAMBAR KAKI WAYANG
Contoh G.

bandicam 2013-02-23 13-41-01-616

H. BENTUK KESELURUHAN WAYANGI
Contoh H.

bandicam 2013-02-23 13-41-07-055

I. BENTUK TOKOH WAYANG PADA WUKU
Wuku adalah hari baik buruk waktu, untuk melakukan kegiatan seperti hari kelahiran, bercocok tanam,
memelihara binatang, membuat senjata, membuat rumah dan lain sebagainya. Masing- masing wuku ada
Dewa yang mempengaruhinya. Tokoh dewa pada wuku ini berbentuk gambar wayang.

bandicam 2013-02-23 13-41-11-332 bandicam 2013-02-23 13-41-15-556 bandicam 2013-02-23 13-41-20-113 bandicam 2013-02-23 13-41-24-156 bandicam 2013-02-23 13-41-30-082 bandicam 2013-02-23 13-41-36-138 bandicam 2013-02-23 13-41-41-435 bandicam 2013-02-23 13-41-49-089 bandicam 2013-02-23 13-41-53-365 bandicam 2013-02-23 13-41-57-914 bandicam 2013-02-23 13-42-02-628 bandicam 2013-02-23 13-42-08-546 bandicam 2013-02-23 13-42-13-242 bandicam 2013-02-23 13-42-18-010 bandicam 2013-02-23 13-42-22-332 bandicam 2013-02-23 13-42-26-415 bandicam 2013-02-23 13-42-32-126 bandicam 2013-02-23 13-42-41-346 bandicam 2013-02-23 13-42-46-414 bandicam 2013-02-23 13-42-50-681 bandicam 2013-02-23 13-42-55-221 bandicam 2013-02-23 13-43-00-267 bandicam 2013-02-23 13-43-06-033 bandicam 2013-02-23 13-43-12-636 bandicam 2013-02-23 13-43-18-739 bandicam 2013-02-23 13-43-22-966 bandicam 2013-02-23 13-43-27-576 bandicam 2013-02-23 13-43-33-898 bandicam 2013-02-23 13-43-39-535 bandicam 2013-02-23 13-43-46-765 bandicam 2013-02-23 13-43-53-332 bandicam 2013-02-23 13-43-59-340 bandicam 2013-02-23 13-44-04-181 bandicam 2013-02-23 13-44-08-394 bandicam 2013-02-23 13-44-13-288 bandicam 2013-02-23 13-44-18-203 bandicam 2013-02-23 13-44-23-398 bandicam 2013-02-23 13-44-29-614 bandicam 2013-02-23 13-44-34-731 bandicam 2013-02-23 13-44-39-649 bandicam 2013-02-23 13-44-43-994 bandicam 2013-02-23 13-44-48-804 bandicam 2013-02-23 13-44-56-334 bandicam 2013-02-23 13-45-04-458 bandicam 2013-02-23 13-45-12-672 bandicam 2013-02-23 13-45-20-811 bandicam 2013-02-23 13-45-26-474 bandicam 2013-02-23 13-45-30-762

 

J. Contoh penerapan warna pada salah satu tokoh wayang.

bandicam 2013-02-23 13-45-35-487 bandicam 2013-02-23 13-45-40-372 bandicam 2013-02-23 13-45-49-232 bandicam 2013-02-23 13-45-54-250 bandicam 2013-02-23 13-45-58-802

K. Contoh wayang yang di terapkan pada media kain bludru dan kain kanvas modern, Karya I Gusti Ngurah Agung Jaya CK

bandicam 2013-02-23 13-46-09-702  bandicam 2013-02-23 13-46-15-187

L. Contoh seketsa wayang  pada sebuah kain.

bandicam 2013-02-23 13-46-19-713 bandicam 2013-02-23 13-46-24-390 bandicam 2013-02-23 13-46-28-466 bandicam 2013-02-23 13-46-33-592 bandicam 2013-02-23 13-46-39-100 bandicam 2013-02-23 13-46-43-673 bandicam 2013-02-23 13-46-49-469 bandicam 2013-02-23 13-46-54-876 bandicam 2013-02-23 13-47-00-073 bandicam 2013-02-23 13-47-04-304 bandicam 2013-02-23 13-47-09-860 bandicam 2013-02-23 13-47-18-764 bandicam 2013-02-23 13-47-25-666 bandicam 2013-02-23 13-47-30-169 bandicam 2013-02-23 13-47-34-796 bandicam 2013-02-23 13-47-38-769 bandicam 2013-02-23 13-47-43-122 bandicam 2013-02-23 13-47-47-663 bandicam 2013-02-23 13-47-51-909 bandicam 2013-02-23 13-47-57-759 bandicam 2013-02-23 13-48-01-689 bandicam 2013-02-23 13-48-06-725 bandicam 2013-02-23 13-48-10-776 bandicam 2013-02-23 13-48-15-099 bandicam 2013-02-23 13-48-19-485 bandicam 2013-02-23 13-48-23-298 bandicam 2013-02-23 13-48-27-867 bandicam 2013-02-23 13-48-32-546 bandicam 2013-02-23 13-48-37-061 bandicam 2013-02-23 13-48-41-706 bandicam 2013-02-23 13-48-46-079 bandicam 2013-02-23 13-48-50-639 bandicam 2013-02-23 13-48-56-679

M.Contoh wayang Kamasan

bandicam 2013-02-23 13-49-01-737 bandicam 2013-02-23 13-49-09-723 bandicam 2013-02-23 13-49-13-999 bandicam 2013-02-23 13-49-17-749 bandicam 2013-02-23 13-49-21-378 bandicam 2013-02-23 13-49-24-937 bandicam 2013-02-23 13-49-29-582 bandicam 2013-02-23 13-49-33-450

N. Contoh karya Kolaburasi antara Dosen dan Mahasiswa ISI-dps pada tembok panggung terbuka, Koordinator Bapak Yasana.

bandicam 2013-02-23 13-49-38-295 bandicam 2013-02-23 13-49-42-241 bandicam 2013-02-23 13-49-45-812 bandicam 2013-02-23 13-49-50-100 bandicam 2013-02-23 13-49-54-074 bandicam 2013-02-23 13-49-57-609 bandicam 2013-02-23 13-50-01-700 bandicam 2013-02-23 13-50-05-799 bandicam 2013-02-23 13-50-09-688 bandicam 2013-02-23 13-50-16-298 bandicam 2013-02-23 13-50-21-832 bandicam 2013-02-23 13-50-26-970 bandicam 2013-02-23 13-50-31-272 bandicam 2013-02-23 13-50-34-904 bandicam 2013-02-23 13-50-38-701 bandicam 2013-02-23 13-50-42-633 bandicam 2013-02-23 13-50-47-554 bandicam 2013-02-23 13-50-57-988 bandicam 2013-02-23 13-51-02-433 bandicam 2013-02-23 13-51-06-874 bandicam 2013-02-23 13-51-11-657 bandicam 2013-02-23 13-51-18-335 bandicam 2013-02-23 13-51-25-832 bandicam 2013-02-23 13-51-29-680 bandicam 2013-02-23 13-51-33-505 bandicam 2013-02-23 13-51-37-902 bandicam 2013-02-23 13-51-41-990 - Copy bandicam 2013-02-23 13-51-41-990 bandicam 2013-02-23 15-58-03-489 - Copy bandicam 2013-02-23 15-58-03-489 bandicam 2013-02-23 15-58-13-166 - Copy - Copy bandicam 2013-02-23 15-58-13-166 - Copy bandicam 2013-02-23 15-58-13-166 bandicam 2013-02-23 15-58-17-053 bandicam 2013-02-23 15-58-20-750 bandicam 2013-02-23 15-58-24-745 bandicam 2013-02-23 15-58-28-883 bandicam 2013-02-23 15-58-32-701 bandicam 2013-02-23 15-58-36-274 bandicam 2013-02-23 15-58-40-264 bandicam 2013-02-23 15-58-44-677 bandicam 2013-02-23 15-58-47-852 bandicam 2013-02-23 15-58-52-679 bandicam 2013-02-23 15-58-56-145 bandicam 2013-02-23 15-58-59-533 bandicam 2013-02-23 15-59-03-092 bandicam 2013-02-23 16-01-14-286

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA
Callenfels, P.V. Van Stein. 1926. Epigraphie Balica I. V.B.E. Kolf & Co.
Goris, Roelof. 1954. Prasasti Bali I. Bandung: N.V. Masa Baru
Kanta, Made. 1978. Seni Lukis Wayang Kamasan. Denpasar: Sasana Budaya Bali.
Moerdowo, R.M. 1963. Seni Budaya Bali. Surabaya: Fajar Bakti.
Musium Bali. 1940. Katalog Museum Bali. Denpasar.
Stuteja Neka. 1986. Museum Neka Ubud. Gianyar.
Tjidera, Gung Wayan. 1995. Wujud Pisik dan Falsafah Lukisan Wayang Bali. Denpasar:UNUD
Tjidera, Gung Wayan. 2007. Lukisan Wayang Bali. Denpasar:UNUD.

 

 

ORNAMEN I DESAIN INTERIOR ISI-DPS

ORNAMEN I (GBPP ) th 2012

INTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

 

PROGRAM STUDI                 : Desain Interior

 

Matakuliah (MK)                     : Ornamen I

 

Kode MK                                 : SRD 0611                                JUMLAH SKS :   2

 

A. DISKRIPSI MATAKULIAH : Tujuan akhir mata kuliah ini agar mahasiswa mampu

mengerjakan dan menghasilkan gambar ornamen Bali

(Keketusan, Pepatran dan Kekarangan), sesuai dengan pahatan

aslinya pada bangunan Padmasana.

 

B. TUJUAN PENGAJARAN      : Mahasiswa mampu mengerjakan, menghasilkan gambar

ornamen Bali (Keketusan, Pepatran dan Kekarangan) sesuai

dengan pahatan aslinya pada bangunan Padmasana.

 

C. METODE PENGAJARAN

1) TATAP MUKA

2) DISKUSI/PEMBAHASAN KASUS

3) TUGAS/KASUS

 

D. METODE PENILAIAN

1) Ujian Tengah Semester(UTS) 70%

2) Ujian Akhir Semester (UAS)   70%

3) Tugas-Tugas Penilaian A = (80-100), B = (65-79), C = (55-60), D = (40-54), E = (0-39).

4) Kehadiran Perkuliahan Tatap muka minimal 75%

 

TIM PENGAMPU

1 ) Drs. I Nyoman Parnama Ricor

2) I Gusti Ngurah Agung Jaya CK., SSn., M.Si.

 

ACARA PERKULIAHAN/DISKUSI

PERTEMUAN

KE

TOPIK

BAHASAN

BAHAN/

REFERENSI

DOSEN PENGAMPU

I

Perkenalan, kontrak perkuliahan, tatatertib, jumlah tugas, membahas mengenai mengambar ornamen yang dikerjakan.

1,2,3,4,5,6,7,8

– Drs. I Nyoman

Parnama Ricor

-I Gusti Ngurah

Agung Jaya CK.,

SSn., M.Si.

II

Teori dan praktek ornamen Bali (Keketusan) yang diterapkan pada bangunan padmasana. Tugas satu (1) keketusan (kakul-kakulan, mas-masan dan batun timun, teknik pensil (gelap terang).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

III

Teori dan praktek ornamen Bali (Keketusan) yang diterapkan pada bangunan padmasana. Melanjutkan tugas satu (1) keketusan (kakul-kakulan, mas-masan dan batun timun, teknik pensil (gelap terang).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

IV

Teori dan praktek ornamen Bali (pepatran) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas dua (2) pepatran (patra samblung, patra olanda dan patra punggel).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

V

Teori dan praktek ornamen Bali (pepatran) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Melanjutkan tugas dua (2) pepatran (patra samblung, patra olanda dan patra punggel).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

VI

Teori dan praktek ornamen Bali (Kombinasi) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas tiga (3) pepatran kombinasi dengan tempat tirta.

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

VII

Teori dan praktek ornamen Bali (Kombinasi) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Melanjutkan tugas tiga (3) pepatran kombinasi dengan tempat tirta.

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

VIII

UJIAN TENGAH SEMESTER

IDEM

IX

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas empat (4) menggambar kekarangan (karang Goak).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

X

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas lima (5) menggambar kekarangan (karang tapel).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XI

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas enam(6) menggambar kekarangan (karang bentulu).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XII

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas tujuh (7) menggambar kekarangan (karang gajah).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XIII

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Melanjutkan tugas tujuh (7) menggambar kekarangan (karang gajah).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XIV

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Tugas delapan (8) menggambar kekarangan (karang boma).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XV

Teori dan praktek ornamen Bali (kekarangan) dengan  teknik sigar masing (dari terang kegelap/dari gelap keterang) menggambar ornamen. Melanjutkan tugas delapan (8) menggambar kekarangan (karang boma).

1,2,3,4,5,6,7,8

IDEM

XVI

UJIAN AKHIR SEMESTER

IDEM

 

G. BUKU REFERENSI

1. Gelebet, I Nyoman, dkk. 1981-1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar:

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

2. Mudia, I Ketut. 2003. Penggayaan Bentuk pada Relief  Padmasana (Jurnal Rupa).

Denpasar: STSI Denpasar.

4. Gelebet, I Nyoman, dkk. 1981-1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar:

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

5. Susanto Damid, dkk. 1984. Pengetahuan Ornamen. Jakarta: Departemen  dan

kebudayaan

6.Soehadji, M. 1980. Motif-Motif Klasik Tradisional. Yogyakarta: Balai Penelitian

Batik.

7. Soepratno. 2007.Ornamen Ukiran Kayu Tradisional Jawa I. Semarang: Effhar.

8. Soepratno. 2007.Ornamen Ukiran Kayu Tradisional Jawa I. Semarang: Effhar.

 

 

 

 

Denpasar, 18 agustus 2012

TIM Dosen Pengampu

Kordinator

 

 

 

Drs. I Nyoman Parnama Ricor

NIP: 1958041119880310012

I Gusti Ngurah Agung jaya CK.,SSn.,M.Si

NIP: 196805161998021001

 

 

bandicam 2013-02-19 16-45-46-299 bandicam 2013-02-19 16-45-53-658 bandicam 2013-02-19 16-45-59-740 bandicam 2013-02-19 16-46-04-463 bandicam 2013-02-19 16-46-08-372 bandicam 2013-02-19 16-46-13-220 bandicam 2013-02-19 16-46-32-089 bandicam 2013-02-19 16-46-37-308 bandicam 2013-02-19 16-46-46-670 bandicam 2013-02-19 16-46-54-080 bandicam 2013-02-19 16-46-58-425 bandicam 2013-02-19 16-47-47-506 bandicam 2013-02-19 16-47-53-679 bandicam 2013-02-19 16-47-59-090 bandicam 2013-02-19 16-48-05-242 bandicam 2013-02-19 16-48-35-007 bandicam 2013-02-19 16-48-43-572 bandicam 2013-02-19 16-48-58-020 bandicam 2013-02-19 16-49-03-928 bandicam 2013-02-19 16-49-08-572 bandicam 2013-02-19 16-49-13-196 bandicam 2013-02-19 16-49-18-129 bandicam 2013-02-19 16-49-22-663 bandicam 2013-02-19 16-49-27-784 bandicam 2013-02-19 16-49-32-940 bandicam 2013-02-19 16-49-38-998 bandicam 2013-02-19 16-49-43-050 bandicam 2013-02-19 16-49-48-153 bandicam 2013-02-19 16-49-51-917 bandicam 2013-02-19 16-49-56-664 bandicam 2013-02-19 16-50-07-190 bandicam 2013-02-19 16-50-11-793 bandicam 2013-02-19 16-50-16-331 bandicam 2013-02-19 16-50-20-346 bandicam 2013-02-19 16-50-24-879 bandicam 2013-02-19 16-50-29-507 bandicam 2013-02-19 16-50-33-334 bandicam 2013-02-19 16-50-36-918 bandicam 2013-02-19 16-50-41-256 bandicam 2013-02-19 16-50-46-192 bandicam 2013-02-19 16-50-50-975 bandicam 2013-02-19 16-50-57-372 bandicam 2013-02-19 16-51-01-687

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PELESTARIAN BENTUK ORNAMEN PADA BANGUNAN BALE KULKUL DESA KUWUM PURA DALEM MENGWI.

ORNAMEN 3

PELESTARIAN BENTUK ORNAMEN PADA BANGUNAN BALE KULKUL DESA KUWUM PURA DALEM  MENGWI.

OLEH IGUSTI NGURAH AGUNG JAYA CK.,SSN.,M.SI

PS KRIYA SENI, FSRD, ISI DPS

04MARET2013

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Dilapangan karekter dari ornament yang diterapkan pada bangunan bale kulkul Pura Dalem, yang berada di desa kuwum mengwi bahwa: nilai-nilai senirupa sangat menonjol sekali, dilihat dari bentuk, proporsi, komposisi, keseimbangan, dan karakter seniman sangat menonjol. Bale kulkul di desa kuwum dibuat sekitar tahun 1970an, yang masih kokoh bertahan sampai sekarang. Namun ada beberapa bagian sudah mulai patah, retak, dan beberapa bagian bawah tempat dari ornamen karang gajah/asti sudah dikubur oleh beberapa limbah bangunan, karena meninggikan batas irigasi. Padahal bentuk karakteristik ornamen karang gajah sangat realistis dalam artian sudah menampilkan bentuk anatomi. Dari keseluruhan oranmen yang ditampilkan sangat kental bernuansa anatomi yang memperlihatkan lekukan tumbuh dan gaya dari masing-masing karakter yang ditampilkan. Untuk lebih jelasnya anda bisa lihat beberapa gambar foto yang diambil pada tanggal 01 maret 2013, sekitar jam 10 wita. Makin berkembangnya pengaruh global, bangunan bale kulkul pura dalem desa kuwum mengwi, bisa saja diganti dengan bale kulkul yang baru, sehingga nilai estetik dan istoris dari ornamen yang pernah ada di desa kuwum pura dalem mengwi akan hilang. Mudah-mudahan dengan adanya dokumentasi kecil ini bisa berguna bagi masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat kuwum pada kususnya.

P01-03-13_10-26

P01-03-13_10-18 P01-03-13_10-18[1] P01-03-13_10-19 P01-03-13_10-19[1] P01-03-13_10-19[2] P01-03-13_10-20 P01-03-13_10-20[1] P01-03-13_10-21 P01-03-13_10-21[1] P01-03-13_10-21[2] P01-03-13_10-22 - Copy P01-03-13_10-22 P01-03-13_10-23 P01-03-13_10-23[1] - Copy P01-03-13_10-23[1] P01-03-13_10-24 - Copy P01-03-13_10-24 P01-03-13_10-24[1] - Copy P01-03-13_10-24[1] P01-03-13_10-25 P01-03-13_10-25[1]  P01-03-13_10-26[1]

 

Top