Seniman tabuh ilu

Di sebuah pedesaan jauh dengan lingkungan perkotaan,di tempat itu lahir seorang seniman tabuh ilu,yang artinya khusus dengan gending lelambatan klasik,beliau lahir dari seorang petani yang mempunyai tiga orang sodara laki-laki.Beliau itu bernama;I Made Tuwel,lahir,wates 31 desember 1942.

Aktifitas beliau di masa kecil adalah sama seperti usia anak-anak pada umumnya,menghabiskan waktunya di dalam permainan tradisional seperti;main laying-layang,permainan mepelekuncang,permainan mecarik-carikan dan juga permainan meoros-orosan dan masih banyak permainan trasional yang beliau lakukan di masa keilnya.

Di dalam lingkungan beliau di masa kecilnya adalah lingkungan keluarga yang bias di bilang kurang mampu,ini dapat di lihat beliau hanya bisa tamat sekolah dasar yang waktu itu yang di sebut dengan sekolah rakyat(SR),kalau di lihat dari umur beliau waktu tamat sekolah rakyat adalah berumur 17 tahun,dan dalam beberapa tahun setelah tamat dari sekolah rakyat beliau di tunjuk sebagai kelian dusun banjar wates,dan beliau mulai menginjak masa remaja.

Di dalam menggeluti bidang seni karawitan beliau memulainya pada usia remaja.Disini beliau mulai ikut berkabung dengan sekaa gong dari banjar Bau yang pertama kali di ajarkan oleh Bpk Rijek yang mempunyai gamelan gong kebyar waktu itu,seiringnya dengan berjalannya waktu beliau mempersunting gadis belia yang bernama Ni Nyoman jongotan dan memiliki enam orang anak.

Bergabungnya beliau dalam sekaa gong di banjar Bau sampai beliau berumur kepala tiga atau sekitarumur tiga puluh sampai empat puluh,instrument yang beliau pegang sewaktu itu adalah;instrument pemade sangsih maupun polos dalam tehnik pukulan,instrument terompong,instrument gong,instrument kempur,instrument jegog,instrument jublag,kecuali instrument kendang yang beliau tidak begitu paham.Dalam kegiatan berorganisasi dalam sekaa tersebut beliau selalu taat pada peraturan yang telah di sepakati oleh pemilik maupun anggota sekaa,yang intinya selalu patuh pada peraturan.

Seiring berjalannya waktu kerukunan antara anggota sekaa dan pemilik gong kebyar mulai memudar,kesepakatan demi kesepakatan dilanggar oleh anggota dan juga pemilik gamelan gong kebyar,diantaranya yang di ingat oleh beliau adalah ketika suatu saat waktu beliau minta tolong untuk/mohon bantuan dalam hal keperluan ada acara yang harus ada gamelan/tetabuhan gong di dalam suatu pura beliau,akan tetapi dari pihak pemilik tidak menyambut dengan baik dan yang ada adalah sebaliknya instrument dibawa ke tempat yang di perlukan tetapi pemilik dan beberapa sekaa pergi tanpa sebab,sehingga mulai dari kejadian tersebut beliau mulai berhenti bergabung dengan sekaa gong yang ada di banjar Bau.

Kisah beliau mempelajari gong kebyar bergabung dengan sekaa gong tersebut di benarkan juga oleh pengelingsir kerandan yang bernama I Nyoman loka yang umurnya lebih tua daripada beliau sendiri ,dan juga bergabungnya disana didalam sekaa gong tersebut tidak sendiri,ada sepuluh orang yang ikut hingga kini beliau yang masih hidup ada juga yang transmigrasi mencari sumber penghidupan,pernyataan beliau juga di benarkan oleh pemangku banjar beliau sewaktu beliau masih menjabat sebagai kepala dusun,beliau mengatakan berdasarkan dari cerita orang tuanya sendiri,pemangku banjar tersebut bernama;Jro Mangku Nyoman Berata yang sampai saat ini masih menjabat sebagai pemangku banjar.

Di dalam usia yang sudah kepala lima,beliau merencanakan pembelian gong kebyar krandan kami,yang sudah bisa terlaksana yaitu pada tahun 1991,pendukung pembelian angklung kebyar di banjar wates,pembentukan berbagai macam organisasi di adat kami,dan masih banyak kegiatan positif dan usul positif yang beliau usulkan dan kerjakan.Usia boleh tua tpi pemikiran harus tetap lebih maju,tidak sedikit macam pelajaran seni yang beliau pelajar seperti halnya mengajarkan karawitan vocal,yaitu;sekar rare,sekar alit,sekar madya,sekar ageng.

Tabuh-tabuh gending yang beliau ajarkan ke sekee pemula waktu kami baru mempunyai gong kebyar,diantaranya yaitu;tabuh telu,tabuh nem galangkangin,tabuh jungkeri,tabuh sengeger dan tabuh gegilakan yang sehingga kami bisa menampilkan sewaktu acara odalan di pura kami.

Seniman otodidak ini tidak saja mengajarkan tabuh gong kebyar,tapi beliau juga jago melatih gending-gending angklung kekelentangan yang di antaranya;tabuh angklung ngedas lemah,tabuh angklung merdu komala,merak kuning dan masih juga tabuh kekelentangan yang lain.

Seniman alam yang mahir di segala bidang karawitan vocal maupun instrument juga sangat jago memainkan gender wayang tetapi belum pernah mengajarkan gending-gending gender wayang,tetapi beliau sangat jago memainkannya.Permainan gender wayang yang pernah beliau seperti gending pemungkah sebelum pementasan wayang kulit di mulai di awali dengan tabuh gender wayang yang di sebut dengan gending pemungkah.

Tetapi sekarang keadaan beliau sudah tua,sekarang umur beliau sudah 75 tahun,penyakit rematik yang kadang-kadang kambuh,tetapi saya lihat beliau masih tetap semangat membangun yang namanya seni,saran-saran beliau tetap memajukan yang namanya seni,juga untuk kemajuan dusun kami selalu beliau sarankan,demikianlah keadaan seniman ini yang saya beri nama;SENIMAN TABUH ILU,karna dalam kurun beberapa tahun tabuh-tabuh lelambatan klasik yang peroleh semasa beliau bergabung dengan sekaa gong bpk Rijek beliau masih bisa tuangkan secara utuh tanpa mengurangi bagian lagu dari komposisi gending tersebut walaupun ada perbedaan gegedig atau tehnik pukulan yang berbeda namun itu tidak menjadikan masalah karna sedikitpun seniman tabuh ilu.

Demikianlah sekelumit biografi seniman alam yang saya berinama SENIMAN TABUH ILU karna daya ingat yang sangat tajam mengingat tabuh-tabuh klasik dan bisa menuangkannya ke dalam sekaa gong kebyar kami.

 

SEKIAN

Penulis;I Wayan Sudiartana.

Desember 17, 2013 · Posted in Tulisan  
    

SEJARAH KEBERADAAN GONG KEBYAR PEMAKSAN BANJAR WATES,DESA DATAH,KECAMATAN ABANG,KABUPATEN KARANGASEM

 

.

Pulau Bali adalah pulau seribu pura,yang tidak lepas dengan adanya upacara. Keberadaan masyarakat hindu di Bali sangat erat kaitannya dengan upacara yang disebut dengan : Panca Yadnya yang terdiri dari :

–         Dewa yadnya

–         Rsi yadnya

–         Pitra yadnya

–         Manusa yadnya

–         Butha yadnya

Keberadaan Panca yadnya ini harus di dukung dengan sarana dan prasarana yang  di sebut dengan Panca Lawa,yaitu :

–         Mebantenan

–         Weda / Mantra

–         Gamelan

–         Tarian

–         Kidung

Dari ke-5 sarana dan prasarana tersebut kami belum mempunyai salah satu dari keberadaan

Panca Lawa yaitu yang disebut dengan gamelan,sehingga kami mempunyai niat untuk mempunyai sarana Panca Lawa tersebut

 

 

KEBERADAAN GONG KEBYAR DI PEMAKSAN WATES

Keberadaan Panca Lawa di Bali seperti disebutkan diatas  sangat erat hubungannya dengan upacara keagamaan umat hindu di Bali dengan pentingnya hal tersebut dari beberapa bagian Panca Lawa tersebut hanya gamelan yang kami belum punya untuk mendukung kegiatan upacara yadnya yang kami laksanakan di pura pemaksan yaitu kami melangsungkan upacara ngenteg linggih yang kami laksanakan tahun 1989 tapi,sebelum upacara ngenteg linggih tersebut dilaksanakan menurut pengelingsir kami yang bernama I Nyoman Loka,I Wayan Tama yang pada waktu itu memimpin karma di pure pemaksansampai akhirnya dari Beliau mengusulkan bagaimana caranya biar kita mempunyai gambelan gong kebyar,dan juga Beliau mengatakan di dalam forum rapat : bilamana kita menyewa biaya sewa gamelan tersebut sangat mahal. Kemudian  kami sepakat sebelum upacara karya ngenteg linggih diadakan/yadnya diadakan, kami sepakat menyewa seperangkat gambelan baleganjur di Banjar Bau. Namun sebelum penyewaan tersebut dilakukan kami  mempelajari motif-motif pukulan gong reong dalam baleganjur melalui gambelan rindik dan dalam beberapa bulan kami sudah bisa memainkannya dan waktu upacara berlangsung di pura pemaksan kami ,kami sewa gambelan barungan baleganjur dan kami bisa menyesuaikan dengan adanya perubahan patet yaitu : dari patet selendro ke patet pelog. Meskipun didalam berlangsungnya upacara ngenteg linggih kami masih menyewa seperangkat gambelan gong kebyar beserta penabuhnya namun tidak halnya dengan gambelan baleganjur yang kami bias mainkan sendiri yang dibina oleh seniman alam yang bernama I Made Tuwel yang kebetulan juga Beliau sebagai keliang dinas Banjar Wates,sehingga akhir dari upacara ngenteg linggih kami yang kami laksanakan pada bulan agustus tahun 1989 berjalan dengan sempurna seperti yang kami cita-citakan bersama.

Dengan berakhirnya upacara ngenteg linggih kami pada bulan agustus tahun 1989,kami mengadakan rembug/rapat rutin bulanan yang jatuh pada hari;rabu manis(buda manis adalah hari khusus bagi umat hindu untuk menentukan hari yaitu buda sama dengan hari rabu dan manis adalah merupakan hitungan umat hindu juga yang di sebut dengan panca wara).

Dengan adanya rapat atau sangkepan yang diadakan di pura pemaksan,kami membahas bebara hal diantaranya yaitu;pengeluaran yang sangat minim di dalam pelaksanaan upacara ngenteg linggih yang telah dilaksanakan karna kami menyewa keberadaan gamelan baleganjur tersebut meskipun kami menyewa seperangkat gong kebyar beserta penabuhnya.Dengan adanya pertimbangan tersebut pemimpin yang mempunyai ide untuk membeli gamelan gong kebyar diantaranya;I nyoman Loka,I wayan Tama(almarhum),I made Tuwel(kelian dinas banjar wates waktu itu)semakin gencar mengusulkan pada acara rapat/sangkepan yang di gelar habis upacara ngenteg linggih tersebut.

Pada rapat/sangkepan yang di laksanakan setelah upacara tersebut kami belum mendapatkan kesepakatan di dalam pembelian gamelan tersebut.Anggota kerandan masih banyak yang belum setuju usul yang di ajukan beliau-beliau.Dengan adanya kesepakan belum kami capai,akhirnya kami mengadakan rembug lagi di acara rutin rapat di tiap bulannya hampir kurang lebih dari 1 tahun,banyak pro-kontra dari anggota pemaksan kami,tetapi menyurutkan niat para pemimpin/pengelingsir untuk memiliki gamelan.Waktu demi waktu berjalan,atas asung kertha wara nugraha Ida Sesuhunan di pura maksan akhirnya kami mendapat kesepakatan namun hanya seperangkat gamelan baleganjur,sehinga pada tanggal 16 september 1989 kelian dinas bersama pemangku dadya bedajanan yaitu I Nyoman Mangku Darma berangkat ke desa Belah Batuh gianyar untuk menanyakan harga gamelan baleganjur tersebut,kedua beliau berangkat kesana mempergunakan jasa ojek,yang mempunyai usaha gamelan tersebut bernama bapak Gableran yang sekarang sudah almarhum.sesampainya beliau di tempat penjualan gamelan kemudian di sambut hangat penuh kekeluargaan,beliau di suguhkan kopi asli bali yang hitam pekat dan jaje khas Bali,kemudian baru di mulai menanyakan berapa harga gamelan baleganjur,namun sebelum sempat menanyakan harga pembicaraan beliau di potong oleh bpk Gableran,bahwa kalau bapak punya seperangkat gamelan baleganjur saja nanti rugi;kata bpk Gableran.Karna kemudian hari sudah pasti bpk berniat mempunyai gong kebyar lengkap dan harganya pun sudah pasti akan naik,maka dari itu tolong pertimbangkan dengan matang,apalagi system pembayaran di sini bias di kredit dengan memakai uang muka atau deposit 2/3 dari total harga selebihnya seperti saya bilang bias di angsur perbulan;lanjut bpk Gableran menerangkan kepada beliau.

Berdasarkan keterangan dari keterangan pemilik usaha penjualan gong kebyar maka antara Jro Mangku dan I Made Tuwel berunding,lanjut beliau menyakan berapa harga satu barung lengkap gong kebyar motif pelawah lelengisan.Di dalam suasana hening bpk Gableran menghela napas dengan secara halus penuh kekeluargaan menyebutkan hanya Rp 9.000.000 perbarung,sehingga dari I Made towel sendiri memberanikan diri untuk menyanggupi aka nada pembelian gong kebyar lengkap berkat dari pengertian yang di berikan oleh pemilik usaha tersebut yaitu Bpk Gableran,kemudain mereka melihat-lihat barungan-barungan gong kebyar yang adea di dalam tempat usaha tersebut sehingga keinginan kelian dusun tersebut semakin menggebu-gebu untuk memiliki gamelan lengkap seperti yang di usulkan oleh pemilik usaha tersebut.Bukannya beliau di bohongi dengan adanya usul dari pengusaha tersebut,tapi beliau memikirkannya juga bahwa itu adalah bener adanya,karna keadaan akonomi global dan harga barang pasti akan melonjak naik,sungguh pemikiran yang sangat jenius/brilliant/smart.Waktu sudah menunjukkan jam 12;00,mereka sudah 2 jam lebih mengadakan tawar menawar harga waktu yang mengharuskan mereka pulang dengan harapan di dalam rembug mencapai kesepakatan lagi untuk pembelian gong kebyar lengkap.

Seiring dengan berjalannya waktu,hari buda manis tiba pemaksan kami mengadakan rembug untuk mencapai kesepakatan pembelian gong kebyar yang di usulkan oleh bpk Gableran,antara pesimis dan oftimis di dalam pemikiran para pengelingsir kami waktu itu,karena bisa di bayangkan waktu rembug untuk pembelian seperangkat baleganjur saja mereka susah mencapai kesepakatan apalagi akan merembugkan pembelian yang lebih besar yang sudah tentunya harganya lebih mahal.

Di dalam rapat pertama di lakasanakan,kejadian rembug tersebut bagaikan hari yang akan kiamat,seperti hujan angin,halilintar menggelegar,banjir bandang,banjir air,seperti itu keadaan waktu rapat setelah mendapatkan usul dari pemilik usaha gamelan gong kebyar yaitu bpk Gableran.Tetapi berkat kegigihan dari pada pengelingsir dan juga para pemuka masyarakat dengan tidak punya sikap pantang menyerah yang sudah barang tentunya akan sangat baik untuk di wariskan kepada keturunannya,sehingga rembug demi rembug di laksanakan atas kesabaran para pengelingsir kami dan juga pemuka masyarakat yang ikut mendukung adanya pembelian gamelan gong kebyar tersebut mencapai kesepakatan dengan urunan uang sebesar Rp 50.000 perorang.

Dengan adanya kesepakatan pembelian gong kebyar di dalam penggalian dana di samping juga urunan per kepala keluarga Rp 50.000 perorang juga diadakan system penggalian dana yang di klasifikasikan ada tiga macam cara yaitu

1.sistem urunan per kepala keluarga.

2.sistem dana gantung.

3.sistem yadnya suci.

Di sini akan di jelaskan arti daripada ketiga/definisi ke tiga dari penggalian dana di maksud yang murapakan ide/usul dari kelian dinas banjar wates yaitu made Tuwel,yang di maksud adalah;

1.Urunan perkepala keluarga adalah merupakan iuran wajib bagi anggota pemaksan yang ikut terdaftar di dalam buku catatan anggota kerandan wates/pemaksan wates yang bertempat tinggal di banjar wates di bawah kelian dinas I Made Tuwel.

2.Sistem dana gantung adalah suatu penggalian dana atau anggota kerandan yang ekonominya di anggap mampu harus menyubangkan dana mereka dengan tulus iklhas tidak mengharuskan berapa besar nominal yang harus mereka serahkan ke kelian krandan,tetapi besar jumlahnya di kembalikan lagi ke pendana gantung.

3.Sistem yadnya suci adalah suatu system penggalian dana hampir sama dengan dana gantung tetapi keberadaan yadnya suci ini tidak ada pengembalian kepada pihak yang mendana sucikan atau yadnya encep(dana yang tidak di kembalikan lagi ke pihak yang menyumbangkan dana/tidak ada pengembalian seperti keberadaan dana gantung.)

Dengan kesepakatan yang sudah disepakati oleh anggota kerandan untuk pembelian gong kebyar dengan berbagai macam strategi penggalian dana atas anjuran para pemuka masyarakat maka,pada bulan januari tahun 1991 kelian dinas bersama dengan kelian pemaksan yang baru di lantik I Ketut Swandra dan juga bersama anggota kerandan mendatangi lagi pengusaha gamelan gong kebyar di Belah Batuh dengan menggunakan jasa tukang ojek untuk menuju rumah bpk Gableran.

Di dalam keberangkatan menuju ke pengusaha gamelan memakan waktu di perjalanan kurang lebih 2,5 jam,dan sampailah beliau-beliau di desa Belah Batuh dan pengusaha tersebut sampai lupa dengan wajah kelian dinas wates yang sudah lama tidak datang mengenai pembelian gamelan gong kebyar tersebut,bpk Gableran sampai bilang lupa-lupa ingat karna terlalu lamanya jeda penawaran gong kebyar.Pada akhirnya kami di sambut hangat kembali penuh rasa kekeluargaan,kembali di suguhkan kopi bali pekat hitam yang khas bali,lalu mereka mulai menagih janji harga yang pernah di ucapkan oleh pemilik usaha tersebut.Namun apa daya,harga gamelan tersebut naik tidak seperti yang bpk Gableran bilang waktu dulu,yaitu Rp.9.000.000 perbarung menjadi Rp.12.800.000,sehingga beliau merasa terkejut dengan harga yang sangat drastis naiknya.

Perasaan bingung kembali menghantam beliau-beliau yang datang ke usaha bpk Gableran,karna adanya perubahan harga daripada pembelian gong kebyar tersebut,sehingga dari usul I Made Tuwel mengusulkan instrument yang tidak di ambil di dalam barungan gong kebyar tersebut,diantaranya pengurangan instrument yang tidak di ambil;sepasang kenyur/penyacah,bebende,satu ugal,sehingga kalkulasi harga menjadi Rp.10.800.000,karna belum ada penawaran dari pihak pembeli akhirya mengadakan tawar menawar akhirnya jadi harga gamelan tersebut menjadi Rp.10.600.000.

Kesepakatan yang sudah di capai oleh ke dua belah pihak menjadikan gamelan ini di kirim langsung oleh penjual pada tanggal 01 maret 1991,kemudian beberapa harinya lagi kami mengadakan upacara pemelaspas untuk instrument gong kebyar tersebut.setelah itu kami langsung mengadakan latihan yang langsung di bombing oleh kelian dinas wates,dalam jangka satu bulan kami sudah mendapatkan beberapa macam lagu klasik yang bias kami mainkan waktu ada upacara piodalan waktu itu.Sebelum itu juga kami langsung membentuk organisasi dalam sekehe gong kebyar yang namanya juga usul dari kelian dinas wates yaitu;sekaa gong kebyar Pala Kencana,dimana yang artinya adalahPala adalah hasil,Kencaca adalah emas,jadi Pala Kencana adalahhasil buah pemikiran yang sama seperti emas harganya yang semakin lama semakin naik harganya dan di buru oleh semua.Disini ada pesan dari pengelingsir kami;biar bagaimanapun keadaan kita,kita hrs tetap bersatu demi keutuhan warisan oleh pengelingsir kita;yaitu gong klebyar yang bernama sekaa gong Pala Kencana.

Demikianlah isi mengenai ‘’SEJARAH KEBERADAAN GONG KEBYAR BANJAR WATES,DESA DATAH,KECAMATAN ABANG,KABUPATEN KARANGASEM,semaga berguna di kemudian hari.

 

PENULIS;I WAYAN SUDIARTANA.

Desember 17, 2013 · Posted in Tulisan