REJANG
Posted Under: Tak Berkategori
Dalam lontar Usana Bali disebutkan bahwa rejang adalah symbol Widyadari yang turun ke dunia menuntun Ida Bhatara pada waktu melasti atau tedun kepeselang. Oleh karena itu penarinya harus ditarikan oleh para daha-daha atau gadis-gadis yang belum kawin. Khususnya rejang renteng mempunyai tanda yang khas yaitu menuntun benang, dimana jempana linggih Ida Bhatara dituntun dengan benang yang panjang dan diikat pada pinggang setiap penari.
Menurut Usana Bali, diceritakan bahwa ketika Bhatara Indra berhasil menewaskan raja Bali Aga yang bernama Mayadenawa dalam peperangan, maka para Dewa berkumpul semuanya di Manukraya menghadap Bhatara Indra. Pada waktu itu Bhatara Indra mendirikan 4 buah Kahyangan yang berada di Kedisan, Tihingan, Manukraya, dan Keluhuran. Setelah selesai para Dewa mengadakan keramaian di Manukraya yaitu para Widyadari menari Rejang, para Widyadara menari Baris, para Gendawa menjadi tukang tabuh, tukang suling, rebab, selonding, dan lain sebagainya. Oleh karena itulah semenjak itu jika ada odalan atau karya-karya di pura-pura harus mengadakan ilen-ilen rejang, baris gede, dan pendet.
Jenis-jenis tari Rejang antara lain :
- Rejang Renteng
- Rejang Lilit
- Rejang Dewa
- Rejang Onying
- Rejang Bengkol
- Rejang Oyod Padi
- Rejang Ngrepong
- Rejang Alus
- Rejang Kuningan
- Rejang Nyangnyingan
- Rejang Luk Penyalin
- Rejang Glibag Ganjil
Dari beberapa tarian rejang diatas yang dapat diuraikan berdasarkan literatur adalah sebagai berikut :
- Rejang Renteng
Tari Rejang Renteng adalah salah satu jenis tari rejang yang ditarikan oleh sekelompok penari-penari wanita. Para penari bergerak secara beriring-iringan dan seragam. Keunikan dari tarian ini adalah penarinya diikat dalam satu untaian (rentang) dengan seutas benang berwarna putih.
- Rejang Dewa
Tari Rejang Dewa adalah salah satu tarian yang dibawakan oleh sekelompok penari wanita. Di beberapa tempat tarian ini hanya boleh dilakukan oleh para remaja. Setiap penari menari dengan membawa semacam boneka dari janur (dewa-dewi) yang diikatkan di sekitar pinggang penari. Versi lain tari Rejang Dewa adalaj dibawakan oleh sekelompok penari putri yang berbusana putih kuning, dan setiap orang memakai selendang dang megenakan hiasan kepala yang terbuat dari janur dihias dengan bunga berwarna-warni. Pada akhir tariannya, para penari bergerak melingkar sambil masing-masing memegang selendang penari yang di depannya.
- Rejang Onying
Tarian Rejang Onying ini gerakannya paling jelas dibandingkan dengan rejang yang lainnya. Dalam banyak hal gerak-gerak tari rejang onying menyerupai gerak tari Baris yang keras dan patah-patah. Para penarinya pada umunya dari kelompok wanita dewasa, dan di beberapa tempat tarian ini dibawakan oleh para pemangku, Keunikan tarian ini terlihat pada pemakaian keris terhunus oleh setiap penarinya. Pada akhir tarian para penari menikamkan keris ke dada masing-masing (ngurek).
- Rejang Kuningan
Rejang Kuningan adalah sebuah tarian rejang yang ditarikan hanya pada hari raya Kuningan dari masyarakat Hindu Bali. Tarian yang menggambarkan turunnya para Widyadari ini hanya bisa ditarikan oleh para remaja yang masih gadis. Para penari mengenakan busana adat ke pura dengan hiasan kepala terbuat dari janur atau daun enau muda yang dihias dengan bunga berwarna-warni. Tarian ini sudah muncul sejak abad XI dan hingga kini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat desa Duda dan Akah, Karangasem. Jika di Desa Duda tari rejang Kunigan diiringi dengan gamelan Gong Kebyar, di Desa Akah tari rejang Kuningan diiringi dengan gamelan Gambang.
Di desa Tenganan terdapat tarian Rejang yang pementasannya dikaitkan terutama dengan upacara “Aci Kas”. Tarian ini dibawakan oleh para remaja (deha) dengan mengenakan pakaian khas rejang yang terdiri dari kain Gringsing (Tenganan) dan bunga-bunga emas. Pengiring tarian ini adalah gamelan Selonding.
Di desa Batuan Sukawati dan sekitarnya, tari rejang juga di kenal sebagai tari Sutri. Tarian ini biasanya dilakukan menjelang waktu persembahyangan, ketika Pendeta atau Pemangku menghaturkan sesaji. Di desa Batuan, tarian Rejang dianggap mempunyai suatu kekuatan yang dapat melindungi warga masyarakat setempat dari marabahaya. Oleh karena itu, tradisi ngerejang masih tetap dipertahankan oleh warga setempat. Pada bulan-bulan tertentu, di Jaba Pura Desa Batuan dipentaskan tari Rejang yang dibawakan oleh kaum wanita dari Banjar-banjar di Lingkungan Desa Adat Batuan secara bergiliran. Kadangkala penarinya hanya memakai busana sederhana, dan pada hari-hari tertentu mereka berpakaian adat Bali madya.