SULING BALI

This post was written by reindradwipayana on Juli 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

SULING

Pengertian suling secara umum

Suling sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Musik adalah flute tradisional yang umumnya terbuat dari bambu. Secara fisik, suling yang terbuat dari bambu memiliki 6-7 lubang nada pada bagian batangnya dan lubang pemanis (song manis) pada bagian ujungnya. Sebagai salah satu instrument dalam barungan gamelan Bali, terdapat berbagai bentuk ukuran dari yang panjang, menengah dan pendek. Dilihat dari ukurannya tersebut, suling dapat dibedakan jenisnya dalam beberapa kelompok yaitu: Suling Pegambuhan, Suling Pegongan, Suling Pearjan, Suling Pejangeran dan Suling Pejogedan . Dari pengelompokan tersebut masing-masing mempunyai fungsi, baik sebagai instrumen pokok maupun sebagai pelengkap. Penggunaan suling sebagai instrumen pokok biasanya terdapat pada jenis barungan gamelan Gambuh, Pe-Arjan, Pejangeran dan Gong Suling.

 

Pengertian Suling menurut I Wayan Karta (Cover)

Suling merupakan salah satu alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Suling berasal dari kata “Su” yang berarti Baik dan “Ling” berarti Pikiran. Jadi Suling berarti pikiran yang baik. Suling merupakan alat musik yang bisa menghibur dewi kemakmuran. Pengertian itu terdapat dalam cerita “Sri Sedana” dimana dalam cerita tersebut diceritakan, singkatnya pada saat Dewi Sri ditinggalkan oleh Sang Hyang Sedana, beliau melubangi bambu untuk menghibur dirinya sendiri. Maka dari kutipan tersebut I Wayan Karta atau yang akrab dipanggil Cover, yaitu seorang seniman dan sekaligus pembuat suling menyatakan bahwa sudah jelas kalau suling itu terbuat dari bambu, khususnya suling bali.

Kemunculan suling pada gamelan kekebyaran

Dalam seni karawitan kekebyaran, hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan instrumen suling masuk sebagai bagian barungan gamelan tersebut. Munculnya gamelan gong kebyar sebagai salah satu bentuk ensambel baru dalam seni karawitan Bali pada abad XIX, tidak dijumpai adanya penggunaan suling dalam komposisi-komposisi kekebyaran yang diciptakan. Penyajian komposisi ”kebyar” yang dinamis, menghentak-hentak serta pola-pola melodi yang ritmis tidak memungkinkan bagi suling untuk dimainkan di dalamnya. Sebagai salah satu contoh, dalam komposisi ”Kebyar Ding”, yang diciptakan pada tahun 1920-an tidak terdengar tiupan suling. Ini dapat dijadikan salah satu indikator bahwa pada awal munculnya gamelan gong kebyar, suling masih berfungsi sebagai instrumen sekunder dan belum menjadi bagian yang penting dalam sebuah komposisi.

 

Fungsi suling dewasa ini

Dewasa ini, telah terjadi pergeseran atau perubahan fungsi beberapa instrumen yang terdapat dalam barungan gamelan gong kebyar. Salah satu perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya fungsi instrumen suling dalam barungan gamelan tersebut,dan pada beberapa barungan gamelan lainnya termasuk gamelan gong kebyar suling berfungsi sebagai instrumen ”pemanis” lagu dan memperpanjang suara gamelan, sehingga kedengarannya tidak terputus. Dalam fungsinya itu, suling hanya menjadi instrumen pelengkap dalam arti bisa dipergunakan ataupun tidak sama sekali. Sebagai salah satu tonggak penting perkembangan fungsi suling dalam komposisi kekebyaran, dapat disimak dari salah satu komposisi yaitu Tabuh Kreasi Baru Kosalia Arini, yang diciptakan oleh I Wayan Berata dalam Mredangga Uttsawa tahun 1969,dalam komposisi tersebut mulai diperkenalkan adanya penonjolan permainan suling tunggal. Terjadinya perkembangan fungsi suling tersebut merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik, suling yang pada awalnya memiliki fungsi sekunder yaitu instrumen pendukung, berkembang menjadi instrumen primer atau instrumen utama.

Sebagaimana terjadi dalam perkembangan komposisi tabuh kekebyaran saat ini, suling memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan komposisi kekebyaran, melodi yang dimainkan tidak hanya terpaku pada permainan laras pelog lima nada, namun sudah dikembangkan oleh para komposer sebagai jembatan penghubung hingga mampu menjangkau nada-nada atau melodi menjadi lebih luas melingkupi berbagai patet seperti tembung, sundaren bahkan mampu memainkan nada-nada selendro. Dari pengembangan fungsi tersebut komposisi tabuh kekebyaran yang tercipta pada dua dekade belakangan ini menjadi lebih inovatif dan kaya dengan nada atau melodi.Adanya pengembangan fungsi instrumen suling dalam komposisi kekebyaran terkadang menimbulkan fenomena yang lebih ekstrim, dalam sebuah karya komposisi instrumen ini muncul sebagai alat primer dan vital, tanpa kehadiran instrumen tersebut sebuah komposisi tidak akan dapat dimainkan sebagaimana mestinya.

 

Teknik permainan suling

Sebagai salah satu alat musik tradisional, suling tergolong alat musik tiup (aerophone) yang dalam permainan karawitan Bali dimainkan dengan teknik ngunjal angkihan yaitu suatu teknik permainan tiupan suling yang dilakukan secara terus menerus dan memainkan motif wewiletan yang merupakan pengembangan dari nada-nada pokok atau melodi sebuah kalimat lagu. Bunyi suling dihasilkan melalui sebuah teknik pernafasan dari proses pemompaan dari rongga perut, kemudian udara disalurkan melalui rongga mulut yang diatur pengeluaranya oleh perubahan bentuk bibir yang seterusnya udara masuk melalui sebuah lubang suling yang telah dibingkai oleh seutas tali rotan yang biasa disebut “siwer” kemudian masuk ke dalam rongga bambu (resonator), yang akhirnya suara atau bunyi dapat didengar melalui lubang-lubang nada, serta lubang pembuangan. Untuk menghasilkan warna-warna suara, baik suara tinggi sedang atau rendah, sangat tergantung pada tekanan udara yang disalurkan melalui lubang sumber suara pada suling, selain itu posisi mulut dan bibir memiliki peran untuk menghasilkan perbedaan dinamika atau warna suara. Dengan demikian teknik tiup yang dilakukan dengan baik dan benar akan berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang dihasilkan dengan baik pula.

Kalau dilihat secara umum suling tradasional Bali memiliki 3 bentuk yakni suling kecil (suling cenik), suling menengah (suling sedang), suling besar (suling gede). Memiliki 6 lubang nada tutupan serta satu lubang pemanis. Dalam permainan Gong kebyar tutupan (tetekep) suling yang umumnya digunakan adalah tetekep ndeng : ndeng, ndung, ndang, nding, ndong (laras pelog)

Adapun teknik tutupan dalam tetekep ndeng  :

  • Nada deng ( menutup semua lubang nada).
  • Nada dung ( membuka  lubang 5 dan 6 saja)
  • Nada dang ( membuka lubang 4,5,dan 6 saja)
  • Nada ding ( menutup  lubang 1 dan 3 saja yang lainnya dibuka)
  • Nada dong( membuka lubang 1 dan 4 saja yang lainnya ditutup)

Ket      : lubang 1 mulai dari lubang atas suling

Suling merupakan instrument melodis yang dalam komposisi lagu sebagai pemanis lagu. Teknik permainan bisa simetris dengan lagu atau memberikan ilustrasi gending baik mendahului maupun membelakangi melodi gending. Tetekep dan cara meniup akan berubah itu tergantung kebutuhan dari pada nada lagu yang dimainkan  sebagai melodi atau ilustrasi lagu serta ketika ada suling yang dipakai memiliki saih gamelan lain, sehingga harus menyesuaikan dengan nada gamelan dengan mengubah tetekep, sepeerti menggunakan tetekep nding, ndong, dan tetekep yang lainnya.

Cara membuat suling

 

Adapun beberapa langkah yang dilakukan untuk membuat sebuah suling:

–          Dimulai dari pemilihan bambu, bambu yang dipakai adalah bambu jajang.

–          Kemudian bambu direbus sampai matang kira-kira 8 jam dengan air yang dicampur dengan tanaman kantawali dan tembakau.

–          Setelah direbus, kemudian dibersihkan dengan air dan dikeringkan.

–          Setelah bambu kering dilanjutkan dengan pengasapan yang dilakukan di dapur selama kurang lebih 4 bulan agar kualitas bambu benar-benar bagus.

–          Kemudian setelah pengasapan, bambu dibersihkan dengan kain dan dihaluskan dengan amplas halus.

–          Barulah bambu siap untuk pembuatan suling

–          Membuat tempat siwer

–          Membuat lubang manis (song manis)

–          Membuat siwer

–          Menyetel nada sesuai dengan yang diinginkan

–          Membuat lubang nada

–          Dan yang terakhir menghias suling dengan plaster untuk memperindah tampilan suling

Comments are closed.

Previose Post: