TARI TRADISI TEKOK JAGO

This post was written by raipurnayasa on Mei 2, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sekaa atau grup tari Baris Tekok Jago ini berdiri tahun 1927, bertempat di pura Dalem Gegelang atas prakarsa “sekaa majukut” kelompok tani pimpinan I Ngilis (almarhum).Pada mulanya, ada upacara Pitrayadnya (pelebon/ngaben) di jeroan gede banjar Gulinga, Tegal Darmasaba. Pada waktu pelaksanaan upacara tersebut, dipentaskan tari baris yang bernama “Ketekok Jago” dan Tembau, Kesiman. Kesenian tersebut ternyata mampu menarik perhatian masyarakat desa Tegal, Darmasaba, terutama masyarakat tani banjar Tengah. Hal itu disebabkan karena selain masyarakat tersebut dalam kegiatannya sehari-hari sebagai petani, juga mereka senang dengan kesenian tari dan tabuh. Maka setelah peristiwa pelebon di jeroan gede itu selesai, masyarakat banjar Tengah giat sekali mempelajari tari Baris Tekok Jago tersebut. Tentu saja dengan Karapan nantinya akan dapat dipergunakan untuk sarana dalam upacara “dewa yadnya” maupun dalam upacara pitrayadnya, terutama di desa mereka sendiri. Kemudian, pementasan mereka yang pertama yang disebut dengan istilah “nyisiang” (perdana) dilakukan di jaba (halaman) pura dalem Gegelang, bertepatan dengan upacara dewayadnya “ngenteg linggih”. Demikianlah asal mulanya, dan sampai sekarang kesenian tersebut tetap dilestarikan dan bahkan dikeramatkan.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakah awal mulanya dibentuk sekaa tari baris ketekok jago di desa tegal darmasaba?
  2. Apa fungsi baris ketekok jago di desa tegal darmasaba?
  3. Bagaimanakah kondisi baris ketekok jago di desa tegal darmasaba?

 

1.3 Tujuan

  1. Untuk mengetahui sejarah tari baris ketekok jago yang ada di desa tegal darmasaba.
  2. Untuk mengetahui keunikan yang dimiliki tari baris ketekok jago yang membedakan dengan seni tari lainnya.

1.4 Manfaat

  1. Memberikan wawasan seni tari tradisional yang ada di Bali sebagai upaya melestarikan budaya Bali
  2. Mengetahui asal usul dan sejarah tari Baris Ketekok Jago

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Pembahasan

2.1 Fungsi Tari Baris Tekok Jago di Tegal Darmasaba.

Sebagaimana halnya dengan tari Baris Tekok Jago di Tangguntiti maupun di banjar Begawan, maka fungsi tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini pun untuk kepentingan upacara Pitrayadnya dan bahkan juga untuk upacara Dewayadnya.

2.2 Kondisi Baris Tekok Jago di Tegal Darmasaba

Jumlah penari seluruhnya 20 (dua puluh) orang, semuanya laki-laki. Seperti halnya, di tempat lain, maka dari sejumlah penari tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yakni : sebagian menjadi angsa dan sebagiar besar lainnya menjadi burung gagak.

Gerakan gerakan yang dipergunakan berjumlah 12 (dua belas) macam, sebagai berikut :

  1. Gandang-gandang, yakni gerakan berjalan ke depan lambat-lambat, kaki kiri dan kanan maju bergantian. Tangan kanan memegang tombak, dipanggul di puncak kanan dan tangan kiri di pinggang.
  2. Kipekan, yakni gerakan kepala menoleh dengan sigap ke sudut kanan dan ke sudut kiri.
  3. Tanjek, yakni gerakan tanda berakhir dari suatu gerakan. Caranya dengan berhenti dengan salah satu kaki di depan. Tanjek ada dua macam, yaitu : tanjek kanan dan tanjek kiri.
  4. Agem, yakni sikap awal dalam keadaan siap. Agem dapat dibagi dua, masing-masing:
  • Agem dengan membawa tombak; sikap kaki sirang pada, tangan kanan memegang tombak, dipanggul di pundak kanan, dan tangan kiri di pinggang.
  • Agem dengan memegang selendang; kaki sirang pada, tangan memegang selendang.
  1. Gelatik nuut papah, yakni gerakan yang didahuli dengan angsel, sikap tangan memegang tombak yang dipanggul di pundak kanan, dengan gerakan tombak menghadap ke atas dan ke bawah saling bergantian, sedangkan tangan kiri di pinggang. Sikap ini disertai dengan gerakan kaki ke kanan maupun ke kiri dengan cara menyilangkan. Kemudian diikuti gerakan badan dimiringkan sesuai dengan arah kaki.
  2. Tanjek dua, yakni gerakan berjalan ke depan, sambil menghentakkan kaki sebanyak dua kali.
  3. Ulap-ulap, yakni gerakan lengan sambil memegang selendang. Semantara itu kepala menoleh ke kiri atau ke kanan, seakan-akan memperhatikan sesuatu.
  4. Nengkleng, yakni gerakan dengan satu kaki diangkat tinggi-tinggi setinggi lutut. Kaki kanan dan kiri digerakkan bergantian.
  5. Ngerajeg, yakni gerakan yang menunjukkan atau menandakan tarian akan selesai. Gerakan ini terdiri dari : kaki kiri diangkat setinggi lutut, badan agak merendah, tangan kiri di depan dada, tangan kanan tetap memegang tombak yang dipanggul di pun­dak kanan.
  6. Ngegol, yakni gerakan menggoyangkan pinggul ke diri dan kanan, disertai sikap badan agak merendah. Tombak dipegang dengan kedua tangan, diayun ke kiri dan ke kanan.
  7. Ngitir, yakni gerakan seperti ngegol namun diikuti dengan ge­rakan kaki yang digeser agak lambat ke kiri maupun ke kanan.
  8. Ngindang, yakni gerakan berjalan ke kiri dan ke kanan dengan posisi badan dimiringkan sesuai dengan arah kaki dan kedua tangan memegang selendang (jung selendang).
  9. Maaras-aras, yakni gerakan leher ke kiri dan ke kanan mulai dari lamban kemudian cepat. Gerakan ini dilakukan berpasangan (berhadap hadapan), tangan saling berpegangan.
  10. Angsel, yakni gerakan yang menandakan suatu perubahan dari gerakan satu kepada gerakan lain.

2.3 Tema

Tema tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini pun tidak berbeda dengan tema tema yang dibawakan oleh Baris Tekok Jago di daerah lainnya, yakni terjadinya perang antara “kebaikan melawan kejahatan”.

Tema semacam ini tentulan dimaksudkan agar kejahatan yang senantiasa menghadang dapat dikalahkan. Atau secara khusus agar para bhutakala yang ingin mengganggu perjaianan roh menuju kuburan dapat dikalahkan, atau setidak-tidaknya dapat “dibujuk” agar tidak mengganggu. Hai ini tampak jelas manakala para penari tersebut menghaturkan sesajen di perempatan atau pertigaan jalan yang dilalui pada waktu membawa mayat ke kuburan.

2.4 Tata Busana

Bhusana atau kostum yang dipergunakan pada waktu menari terdiri dari :

  1. Gelungan
  2. Celana panjang warna putih tetapi pada bagian bawahnya ada strip strip hitam putih (poleng).
  3. Baju lengan panjang : pada badan warna hitam putih kotak-kotak, lengan berwarna lurik (putih, kuning, hijau, dan hitam).
  4. Kain putih
  5. Saput, warna hitam putih (poleng)
  6. Saput, warna hitam putih (poleng)
  7. Badong; hiasan leher
  8. Awir; terdiri dari bermacam macam warna, berbentuk segi empat. Tepinya, dihiasi dengan rambu rambu merah dan kuning.

Selain kostum di atas, para penari membawa juga perlengkapan lainnya seperti : keris, dipasang atau diselipkan di punggung dan sebuah tombak. Tombak diberi warna strip strip hitam putih. Pada bagian atas diberi hiasan bulu merak.

 

2.5 Upacara / Upakara pementasan

Sebagaimana halnya dengan tradisi pada kegiatan tari Baris Tekok Jago lainnya, maka begitu pula halnya dengan tradisi Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba yang selalu membuatkan upacara dengan sarana sesajen pada waktu akan melakukan pementasan. Tujuannya sudah tento mohon keselamatan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Pada umumnya upacara tersebut dilakukan pada waktu menjelang pentas, kemudian pada waktu pentas dan terakhir ketika sudah selesai pentas. Seluruh jenis sesajen yang dipergunakan dapat dirangkum sebagai berikut :

  1. Daksina gede
  2. Peras ajengan
  3. Pangresikan / biaakaonan
  4. Nasi rongan
  5. Ulam / lauk pauk karangan
  6. Pajegan dengan ulam pajegan
  7. Segehan agung
  8. Ketipat / ketupat tampul

Selain sesajen untuk Baris itu sendiri, juga dibuatkan sesajen untuk keperluan alat-alat gambelan, yang lazim disebut “banten gong”. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut :

  1. Peras
  2. Daksina
  3. Sodan
  4. Segehan
  5. Ketipat kelanan
  6. Ketipat gong
  7. Tempat Pementasan

Tempat pementasan tari Baris ini disebut juga “kalangan” atau berbentuk arena. Dibuat bebas dan bersifat darurat. Tempat bermain ini biasanya di halaman pura dan juga di halaman kuburan. Apabila pentas di pura untuk suatu upacara Dewayadnya, maka kalangannya dibuat di “jaba” tengah, tanpa menggunakan “langse” atau hiasan lainnya secara khusus. Sedangkan apabila Baris tersebut pentas di kuburan, dalam suatu upacara Pitrayadnya, maka kalangan dibuat di dekat pembakaran mayat. Juga tanpa “langse” atau dekorasi khusus lainnya.

2.6 Iringan

Tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini mempergunakan seperangkat gambelan gong kebyar. Kalau di Tangguntiti, maupun di Begawan Pedungah, dipergunakan sebagian kecil dari gambelan gong kebyar, di banjar Tengah ini dipergunakan hampir seiuruh instrumen, kecuali gambelan terompong.

 

 

 

Adapun jenis jenis gambelan / instrumen yang dipakai adalah :

  1. Kendang 2 (dua) buah
  2. Suling
  3. Cengceng
  4. Giying / pengugal
  5. Pemade 4 (empat) buah
  6. Kantil 4 (empat) buah
  7. Jublag 2 (dua) buah
  8. Kajar
  9. Kenong
  10. Reong
  11. Jegogan 2 (dua) buah
  12. Kempur dan gong

Sedangkan lagu-lagu yang dipergunakan adalah :

  1. Lagu Omang
  2. Lagu Barong
  3. Lagu Kale
  4. Lagu Pengeset Jauh luh

2.7 Komposisi Tari

Komposisi atau “paileh” tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Para penari berderet tiga memanjang, dengan perlengkapan tombak yang dipanggul dipundak kanan, perlahan-lahan maju ke arena dengan gerak “gandang arep” terus ngangsel. Gerakan ini disertai dengan agem kanan dan agem kiri dan dilanjutkan dengan tanjek dua, nengkleng berganti ganti kaki kanan dan kiri. Kemudian kembali angsel dilanjutkan dengan gerakan gelatik nuut papah ke kanan dan ke kiri. Gerakan ini dilanjutkan dengan tanjek kanan, terus gandang arep.
  2. Posisi kedua, sama dengan posisi pertama.
  3. Posisi ketiga, semua penari menghadap ke samping kanan de­ngan badan agak membungkuk, diikuti dengan gerakan ngegol, tombak dipegang dengan kedua tangan merentang di depan lutut, diayun ke muka dan ke belakang. Kemudian tombak diletakkan di bawah, dilanjutkan dengan mengambil selendang (sebagai sayap) lalu mengibas-ngibaskannya dalam posisi “ngitir” mengelilingi para penari lainnya yang masih jongkok. Dilakukan berulang-ulang dengan gerakan maaras-arasan, berganti ganti.
  4. Posisi keempat, sama dengan posisi pertama. Gerakannya nengkleng ke kiri dan ke kanan, berganti ganti. Selanjutnya, barisan terdapat berbalik hadap, dengan teriakan “kuuk”, diikuti oleh yang lainnya secara serempak. Tombak diayun ke depan seperti pasukan berperang.

AUTOBIOGRAFI SENIMAN TARI BALI

Alm.I Made Punia adalah seorang seniman tari dari br. Langon, Kapal. Beliau lahir pada tahun 1948. Beliau mengawali karirnya sebagai pengiring sekaa topeng carang sari. Dari melihat- lihat rekannya menari. Munculah bakat alami beliu untuk bisa menari. Beliau akhirnya diajari menari oleh gurunya yaitu A.A Bagus Sudarma, setelah beliau bisa menari, beliau akhirnya diajak untuk ngayah-ngayah hampir diseluruh pura yang ada di bali. Beliau juga terkenal sebagai penari celuluk, beliau sering menari celuluk pada pergelaran drama gong serta calonarang. Beliau juga pernah masuk acara taksu di bali TV pada tahun 2004. Tetapi sayangnya beliau meninggal dunia pada tahun 2007 karena sakit lever yang dideritanya. Sampai saat ini, beliau tetap dikenang oleh masyarakat luas dan keluarga, dan peninggalan beliau berupa topeng, wayang dan gamelan tetap di lestarikan serta diupacarai setiap rahina tertentu.

 

 

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat diketahui mengenai keunikan tari tradisi Baris tekok jago yang telah dikaji, diantaranya ialah pengertian, asal-usul, tata gerak dan macam-macam busana tari tradisi Baris tekok jago dari daerah masing-masing. Serta diuraikan mengenai upaya-upaya melestarikan kesenian tari tradisional tersebut. Begitu pentingnya kesenian tradisional tari Baris Tunggal bagi generasi muda dan tidak hanya di Bali saja generasi muda melestarikannya melainkan juga kewajiban seluruh masyarakat Indonesia karena tari tradisi Baris tekok jago merupakan salah satu kekayaan budaya seni tari di Indonesia.  Sehingga, alangkah  baiknya apabila kita menjaga kekayaan bangsa Indonesia, dan menjunjunganya hingga ke kancah internasional sebagai wujud rasa cinta dan kebanggaan terhadap kesenian tradisioanal kita.

 

3.2 Kritik dan Saran

Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Adnyana Suantara. 2012.  http://blog.isi-dps.ac.id/adnyasuantara/deskripsi-singkat-tari-baris-tunggal (diakses  16 Oktober 2013)

Koentjaraningrat,1972  Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta  ian Rakyat.2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan .Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Prakempa : Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar : Percetakan Bali, 1986

Adi Boga. 2013. http://adiboga.blogspot.com/2013/02/artikel-tari-baris-tunggal.html

Gus Dedung Art, 2012. http://dedungart.blogspot.com/2012/02/tari-bali-tari-baris-tunggal.html

Ensiklopedia Indonesia

Tari Baris Katekok Jago

 
 

Comments are closed.