OGOH-OGOH WARINGIN SUNGSANG
Posted Under: Tak Berkategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Caka. Bagi masyarakat Bali Nyepi identik dengan hari dimana kita tidak keluar rumah seharian, Sehari setelah Ngerupuk dengan ogoh-ogoh buta kalanya, dimana malam harinya sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, hari yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira”(introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi. Nyepi berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, “Sepi”, “Hening”,”Sunyi”,”Senyap”. Dimana jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud.Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.
Pelaksanaan Nyepi di Bali memang unik dan istimewa, konsep“mulat sarira” dengan “Catur Brata Penyepian” nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming, alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagaisatu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai aktivitas. Ada beberapa rangkaian upacara dalam hari raya nyepi yang diawali dari melasti kemudian upacara tawur kesanga atau pengerupukan yg dilaksanakan pada tilem kesanga. Keesokan harinya, pada pinanggal apisan sasih kadasa yang tepatnya hari raya nyepi dilaksanakan catur brata penyepian. Setelah hari raya nyepi dilangsungkan upacara ngembak geni dengan melaksanakan Dharma Santi.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hari raya nyepi di Bali.
2. Untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang bagaimana pelaksanaan pengerupukan di banjar tambak sari desa kapal
1.3 MANFAAT
1. Dapat memperkenalkan pelaksanaan hari raya nyepi yang ada di Bali kepada masyarakat.
2. Bisa meningkatkan keperdulian masyarakat tentang kegiatan pengerupukan yang ada di daerahnya masing – masing.
1.4 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana deskripsi tentang judul ogoh-ogoh yang di laksanakan dalam upacara pengerupukan?
2. Bagaimana penjelasan gamelan yang mengiringi ogoh-ogoh tersebut?
3. Bagaimana peran dan keterliban dalam kegiatan untuk menyambut pengerupukan?
4. Apa bukti keterlibatan anda dalam menyambut pengerupukan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JUDUL OGOH-OGOH
Dalam rangkain hari raya nyepi ada upacara pengerupukan dimana biasanya dirayakan dengan pembuatan ogoh-ogoh di setiap daerah. Demikian juga di daerah saya yang setiap tahunnya membuat ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya nyepi. Dan di tahun ini sekaha teruna Taruna Jaya di banjar saya tepatnya banjar Tambak Sari Kapal membuat ogoh-ogoh yang berjudul “WARINGIN SUNGSANG”.
SINOPSIS OGOH – OGOH WARINGIN SUNGSANG
Leak adalah ilmu kesaktian yang menjadikan manusia berubah wujud menjadi sesosok menyeramkan, salah satunya adalah Waringin Sungsang. Banyaknya ilmu pengeleakan di Bali menjadikan Waringin Sungsang sebagai energi leak yang maha sakti tingkat tinggi. Kesaktian ilmu pengeleakan Waringin Sungsang maha dasyat,ilmu tersebut bisa merubah wujud seseorang menjadi pohon beringin yang terbalik, kekar, besar menjulang tinggi dan berwarna gelap terbakar. Maka muncul ketertarikan berimajinasikan untuk mewujudkan Waringin Sungsang dalam visual bentuk ogoh-ogoh dengan kreativitas yang berpegangan teguh dengan spirit tradisi Bali.
2.2 GAMELAN YANG MENGIRINGI
Dalam pementasan ogoh – ogoh ini saya menggunakan gamelan baleganjur. di baleganjur ini saya menggunakan 4 tawa-tawa sebagai melodi, menggunakan 6 cakep ceng – ceng, 2 tungguh Gong, 1 tungguh Kempur, 2 buah Kendang, 1 tawa-tawa sebagai tempo dalam baleganjur, dan 1 tungguh bebende. Konsep iringan tabuh ogoh – ogoh ini yang pertama pengawit yaitu menggunakan motif kekebyaran untuk memunculkan suasana semangat pada saat memulai suatu tabuh. Dan yang kedua yaitu pengawak, seperti biasa dalam pengawak ini tempo tidak terlalu cepat karena tari-tarian ogoh-ogoh yang tidak begitu rumit yang dengan gerak-gerak yang sederana.Dan terakhir yaitu pada waktu keluarnya ogoh – ogoh, disini menggunakan tempo yang cepat dan juga berisi motif kekebyaranan atau batel untuk menimbulkan suasana yang murka, karena di ogoh – ogoh ini menceritakan tentang murkanya Dewi Danu. Disini saya menggarap tidak sendiri melainkan dibantu oleh tokoh – tokoh seni di banjar tambak sari, karena tanpa bantuannya kami STT TAruna Jaya belum tentu bisa menyelesaikan garapan baleganjur dan ogoh – ogoh ini.
2.3PERAN dan KETERLIBATAN dalam KEGIATAN UNTUK MENYAMBUT PENGERUPUKAN
Ada beberapa peran dan keterlibatan saya dalam kegiatan yang dilaksanakan selama pengerupukan, yaitu: saya sebagai salah satu pembuat garapan (gending) untuk mengiringi pementasan ogoh-ogoh tersebut. Dan tidak lupa juga saya meminta para tokoh – tokoh seni yang biasanya membuat gending dari tahun-tahun yang lalu untuk mengevaluasi dan memperbaiki lagu yang saya sudah buat tersebut karena, saya sebagai pemula belum terlalu bisa memahami bagaimana cara untuk membuat garapan dengan baik dan bisa sesuai dengan suasana cerita yang diangkat. Selain itu dalam balaganjur saya juga sebagai penabuh dan alat yang saya mainkan yaitu kendang. Saya juga ditugaskan sebagai seksi kesenian, yang ditugaskan mempersiapkan alat – alat dan hiasan – hiasan untuk gamelan dan panitia pengalian dana.
2.4 Bukti keterlibatan saya dalam bentuk foto menyambut pengerupukan
1.foto ogoh-ogoh waringin sungsang
2.iringan ogoh-ogoh waringin sungsang
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari beberapa paparan diatas dapat di simpulkan bahwa hari raya nyepi, ogoh-ogoh dan balaganjur pengiring ogoh-ogoh adalah budaya Bali yang harus di lestarikan. Supaya kedepanya kebudayaan yang ada di Bali tetap ajeng dan lestari. Serta masyarakat Bali harus melestarikan ogoh-ogoh dari bahan ramah lingkungan agar kedepanya tidak ada lagi ogoh-ogoh yang di buat menggunakan sterofoam agar pencemaran lingkungan akibat limbah sterofoam dapat di atasi. Peran seniman-seniman juga penting dalam proses pembuatan garapan balaganjur supaya kedepanya kedepanya balaganjur yang di ciptakan semakin menarik dan inovatif.
3.2 SARAN
Menurut penulis makalah masih jauh dari kata sempurna. Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap agar Bapak/Ibu dosen bisa membimbing penulis supaya makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi lebih sempurna, serta berguna bagi masyarakat yang membacanya