NGELAWANG DI DESA ADAT KAPAL
Posted Under: Tak Berkategori
NGELAWANG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
ABSTRAK
Prosesi ngelawang di bali juga bisa di laksanakan pada hari kajeng kliwon, purnama, tilem dan rerahinan suci yang lainnya.tergantung pada adat dan istiadat masyarakat setempat dan harapan saya ngelawang bisa terus eksis di kalangan jaman moderent seperti sekarang ini dan tetap mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat
PENDAHULUAN
Di desa saya, desa Adat Kapal tradisi ngelawang biasanya di adakan mulai dari hari raya galungan sampai umanis galungan dan kemudian di lanjutkan lagi mulai penampahan kuningan sampai manis kuningan. Tradisi ini memang harus tetap di laksanakan karena menurut orang-orang tua yang sempat saya tanyakan mengatakan bahwa tradisi ngelawang bertujuan untuk melindungi masyarakat atau bisa di katakan panjak dari wabah-wabah penyakit dan gangguan-gangguam dari roh-roh jahat. Di desa saya sendiri ada lima petapakan yang biasanya ngelawang, masing-masing ada yang berwujud barong ket, barong bangkal, barong macan, dan ada pula yang berwujud barong landung. Petapakan ini di sungsung oleh masyarakat dari masing-masing banjar yang sudah di bagi oleh prajuru desa.
Biasanya pada jam tiga sore para panjak dari masing-masing banjar baik tua, muda, maupun anak-anak, sudah bersiap-siap ke pura mendak ida petapakan untuk ngelawang mengelilingi desa. Yang saya liat biasanya kebanyakan anak-anak yang ikut ngiring di masing-masing petapakan kecuali petapakan yang berwujud barong ket yang ikut ngiring biasanya orang-orang dewasa karena beliau berwujud cukup besar. Para petapakan yang ngelawang biasanya di iringi oleh gambelan. Petapakan barong ket biasanya memakai gambelan bebarongan yang instrumennya terdiri dari satu buah kendang barong, cenceng kopyak, tawe-tawe, gong, kemong, empat buah gangsa berlaras pelog lima nada yang memakai lima buah bilah dan duah buah jublag yang juga berlaras pelog lima nada, sedangkan kalau petapakan yang berwujud barong macan, barong bangkal dan barong landung biasanya memakai gambelan batel yang terdiri dari satu pasang kendang krumpungan, cenceng recek, tawe-tawe, kelnang, kemong dan kempur.
Setiap masyarakat yang tinggal di desa saya wajib mengaturkan canang sari setiap ada petapakan yang ngelawang di depan rumahnya. Di depan setiap rumah biasanya petapakan tersebut mesolah selama pemangku ngayab sesajen yang telah di haturkan dan di iringi oleh tetabuhan yang juga sudah menjadi ciri khas gending ngelawang di desa saya sendiri. Ada pula yang mengaturakan sesajen dengan upakara yang cukup besar yang biasa di sebut dengan istilah “nguntab”.Upakara ini di persembahkan sebagai rasa bersyukur karena doa-doanya telah di kabulkan. Ngelawang ini di lakukan sampai semua jalan-jalan yang ada rata di lewati, kecuali di depan rumah orang meninggal dan kalau tidak selesai di lakukan di hari raya galungan biasanya ngelawang di lanjutkan di umanis galungan dan di ulangi lagi pada penampahan kuningan sampai selesai.
Kemudian lima hari setelah kuningan di desa saya biasanya di adakan upacara besar yang di sebut wraspati pengrebegan. Di sini semua petapakan yang biasa ngelawang istilahnya berkumpul di pura dalem yang ada di desa adat tegal dan semua masyarakat desa juga berkumpul untuk melakukan persembahyangan bersama, setelah persembahyangan selesai semua petapakan kembali mengelilingi desa secara besamaan dan berkumpul kembali di pura dalem untuk di haturkan sesajen untuk persembahan terakhir hingga masing-masing petapakan kembali di sungsung ke pura tempat istana beliau masing-masing.
DATA INFORMAN
NAMA : I KETUT ARKA
ALAMAT : BANJAR TAMBAK SARI KAPAL
PEKERJAAN :KELIHAN PURA DALEM SALUNDING