sejarah gamelan selonding dan pura dalem salunding desa adat kapal

This post was written by raipurnayasa on Maret 28, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Bali merupakan pulau dengan mayoritas penduduknya Agama Hindu.Agama Hindu yang telah menyatu dengan kebudayaan Bali membuat kebudayaan Bali yang kita jumpai sekarang ini tidak terlepas dari pengaruh Agama Hindu.Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran Agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui Adanya perbedaan (rwa bhineda), yang sering ditentukan oleh faktor ruang (desa), waktu (kala) dan kondisi riil di lapangan (patra). Budaya Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan), hubungan sesame manusia (pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan),yang tercermin dari Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Kemampuan menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut dapat mewujudkan kesejahteraan. Salah satu bentuk budaya Bali seperti seni tabuh, seni tari, seni patung dan lain sebagainya menjadikan pulau Bali sebagai pulau dengan berbagai kebudayaan unik dan menarik dengan ciri khas tersendiri.
Masyarakat Bali sekarang ini telah berusaha untuk menanamkan konsep ajeg Bali.Konsep ajeg Bali merupakan upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat Bali untuk mempertahankan keajegan Bali.Saat ini kebudayaan tradisional semakin terhimpit oleh kebudayaan global.Kebudayaan tradisional yang merupakan warisan nenek moyang dianggap sesuatu yang kuno.Hanya sebagian kecil masyarakat yang memperhatikan kelestarian kebudayaan tradisional.Fenomena seperti itu juga terlihat pada beberapa kebudayaan tradisional di Bali.Kebudayaan tradisional Bali juga mulai ditinggalkan oleh masyarakat.Pengaruh kebudayaan glogal menjadi salah satu penyebabnya.Masyarakat saat ini berpacu pada sesuatu yang modern.Sehingga bagi mereka hal yang tradisional dianggap ketinggalan jaman.Belakangan ini Perkembangan musik di Bali setiap tahun perkembangannya kian pesat.Pada era saat ini telah berbeda dengan musik yang ada di masa lalu.Saat ini mayoritas penikmat musik Bali lebih suka menikmati sajian musik modern dibandingkan sajian musik tradisi.
Pada hakikatnya musik tradisi adalah musik yang tumbuh dan berkembang di bali, tetapi pada saat ini musik-musik tersebut tidak terlalu menarik perhatian peminat musik tradisi. Gamelan pada saat ini telah mengalami banyak perkembangan dan sedikit modifikasi atau pertambahan alat musik modern.Gamelan yang akan saya bahas di sini yaitu keberadaan gambelan Selonding yang ada di Pura Dalem Salunding Desa Adat Kapal.Mengingat Gambelan ini termasuk kuno maka sangat sulit mencari data-data dan sejarah keberadaan Gambelan Selonding di Pura Dalem Salunding yang diwariskan oleh leluhur pada masa lalu.Oleh karena itulah kami berusaha mencari sejarah keberadaan gambelan Selonding ini yang masih banyak belum diketahui oleh generasi muda masa kini yang merupakan pewaris seni budaya Bali yang sangat luhur ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah gamelan selonding di Pura Dalem Salunding, Kapal?
1.2.2 Apa akibat gambelan selonding tidak dilestarikan?
1.2.3 Bagaimanakegunaan gamelan selonding dalam upacara keagamaan di Pura Dalem Salunding, Kapal?
1.3 Tujuan
Penulisan ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui sejarah budaya Bali dan dapat melestarikan.Tujuannya merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan serta tercapainya maksud dan makna tulisan kepada pembacanya. Tujuan penulisan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penulisan ini menjadi sebuah karya tulis yang bertujuan untuk melestarikan seni musik tradisional Bali, sekaligus sebagai media penyampaian dan penyaluran akanpentingnya melestarikan seni musik tradisional Bali. Selain itu hasil penulisan ini juga diharapkan mampu memperkaya khasanah masyarakat atau seniman-seniman Bali.
1.3.1 Tujuan Khusus
Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk mengungkap pengertian, perwujudan, dan makna Selondingdalam seni karawitan Bali yang disampaikan dalam media pertunjukan karawitan Bali.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui sejarah gambelan Selonding di Pura Dalem Salunding.
1.4.2 Dapat menghargai dan mencintai warisan budaya dari leluhur kita.
1.4.3 Menyelamatkan keberadaan benda peninggalan sejarah, sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akandatang.
1.4.4 Membantu dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan untuk obyek penelitian.
1.4.5 Meningkatkan kesadaran remaja Bali untuk mempelajari berbagai kebudayaan tradisional Bali, disamping kebudayaan-kebudayaan global yang sekarang ini berkembang pesat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan di Desa Adat Kapal, tepatnya di Pura Dalem Salunding.Gambelan ini termasuk kuno maka sangat sulit mencari data-data dan sejarah keberadaan Gambelan Selonding di Pura Dalem Salunding yang diwariskan oleh leluhur pada masa lalu.Oleh karena itulah kami berusaha mencari sejarah keberadaan gambelan Selonding ini yang masih banyak belum diketahui oleh generasi muda masa kini yang merupakan pewaris seni budaya Bali yang sangat luhur ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Gamelan Salonding
Sudah amat jelas tidak banyak yang tahu tentang keberadaan Gambelan Selonding di Pura Dalem Salunding. Menurut cerita Pemangku pura, Kelian Pura,serta Pengurus Pura Dalem Salunding yang diduga bahwa setelah kerajaan Bali dikalahkan oleh Majapahit yang dipimpin oleh Maha Patih Gajah Mada dan di Desa Kapal ditaruhlah seorang pemimpin (penguasa) dari Majapahit yang bernama Arya Dalancang sebagai penguasa mewakili kerajaan majapahit di wilayah Desa kapal.
Menurut lontar Arya Dalancang milik Ketut Sudarsana selengkapnya di tulis pada purana Pura Dalem Salunding.dalam tulisan lontar ini menguraikan tentang Gambelan Salunding,sebagai berikut:Pada tahun caka 1255 (tahun 1333 masehi) Patih Majapahit yang bernama Gajah Mada menyerang kerajaan Bali. Gajah Mada yang dibantu Oleh Arya Dhamar.Raja Bali saat itu bernama Asta Sura Ratna Bhumi Banten.Setelah gugurnya Raja Asta Sura Bhumi Banten, Bali dikuasai oleh Gajah Mada dan Arya Dhamar pada tahun caka 1265 (tahun 1343 masehi).Bali kemudian dipimpin oleh Arya Dhamar.Arya Dhamar memiliki tiga orang putra yaitu Arya Kenceng, Arya Dalancang, dan Arya Tan Wikan (Arya Belog).Tidak beberapa lama Arya Dhamar memimpin Bali, beliau kemudian menugaskan putranya yang bernama Arya Dalancang memimpin Jagat Kapal.Setelah beberapa lama memimpin Jagat Kapal, beliau ingin membuat gambelan salunding.Keinginannya ini didukung oleh para kerabat dan keluarga kerajaan.Namun, beliau juga memohon petunjuk dari Ida Bhatara. Pada hari yang baik Arya Dalancang bersama para kerabat dan rakyat bawahan beliau memohon waranugraha Ida Bhatara Dhalem Gelgel dan Hyang Upasadana (Ida Bhatara ring Pura Desa). Setelah itu juga beliau memohon panugrahan Ida Bhatara ring Pura Purusadha. Saat itu beliau mendengar sabda agar beliau mewujudkan keinginnannya untuk membuat gambelan selonding dengan memohon panugrahan ida Hyang Upasadana dan Ida Hyang Dhalem Gelgel. Setelah beberapa bulan, akhirnya gambelan selonding selesai dibuat Arya Dalancang bersama rakyat Kapal hidup bahagia.Akan tetapi, setelah beberapa tahun kemudian Gambelan Selonding ini tidak diperhatikan, maka munculah bencana rakyat Kapal saat itu kena marabahaya, semua rakyat kena sakit menular. Dalam mengatasi masalah ini, Arya Dalancang bersama rakyat Kapal kembali memohon petunjuk kepada Ida Bhatara Hyang Upasadana dan Ida Hyang Dalem Gelgel. Saat itu di dengar Sabda Hyang Dalem Gelgel “ Wahai, Manusia semuanya ! Jika kamu ingin seperti dulu, kamu harus membangun palinggih Aku yang bernama Salunding yang letaknya di barat daya palinggih ini. Jika engkau menghaturkan upakara, upakara dan yang dipersembahkan di tempat ini boleh digunakan palinggih disana sebab Aku berstana di sana. Demikianlah petunjuk-ku kepadamu semuanya. Jangan lupa !oleh karena daerah pelinggih itu rawa-rawa, namakanlah daerah itu Tambak’’.
Berdasarkan sabda itulah 66 orang krama, membangun pura.Pura tersebut diupakarai pada tahun Caka 1393 (tahun 1471 masehi) dan dinamai palinggih Salunding (sekarang menjadi Pura Dalem Salunding). Dalam pengertiannya, Salu artinya tempat dalam bahasa Balinya genah dan Nding yang berarti seni.Jadi, Salunding adalah tempat Seni atau genah Seni yang ada di Desa Kapal.Daerah ini kemudian bernama banjar Tambak.Tahun 1963 kata “Tambak” ditambahkan dengan kata “Sari”, sehingga banjar ini menjadi ‘’Tambak Sari’’ sampai sekarang.Gambelan Selonding ini kembali dibangun tahun 2009 karena tokoh-tokoh masyarakat resah dengan masyarakat yang terus terkena penyakit. Akan Tetapi gambelan Selonding yang dulu tidak ditemukan karena tidak ada yang tahu entah tertanam dimana.Sampai saat ini tidaklah banyak masyarakat tahu tentang keberadaan penguasa Majapahit di Desa Kapal pada masa dahulu,sehingga sejarah dan peninggalan-peninggalannya sepertinya tidak terhiraukan dan tidak terdata yang masih terpendam dan tercecer di sepanjang wilayah Desa Adat Kapal.
2.2Akibat Gambelan Selonding Tidak Dilestarikan
Kalau dilihat dari sejarah gambelan selonding yang sangatlah sakral, sudah barang tentu gambelan ini harus dilestarikan, karena kalau bukan kita sebagai generasi muda yang melestarikannya lalu siapa lagi yang harus melestarikan kesenian gambelan selonding ini. Mengingat anak- anak muda sekarang yang lebih banyak waktu luangnya untuk kumpul-kumpul untuk tujuan yang tidak positif , maka sudah barang tentu generasi-generasi penerus kita akan lupa dengan kesenian serta adat istiadat kita. Jadi kita sebagai generasi penerus utamanya yang senang berkesenian marilah kita menjaga dan melestarikan gambelan-gembelan apapun termasuk yang sacral, supaya dapat diturunkan kepada anak cucu kita.
2.3 Penggunaan Gamelan Selonding Dalam Upacara Keagamaan di Pura Dalem Salunding
Gambelan Selonding dalam konteks parahyangan memiliki arti sangat penting dan berfungsi mengiringi ritual Hindu. Di pura Dalem Salunding gambelan selonding adalah gambelan yang begitu keramat dan disucikan.Sebelum gambelan ini diupakarai tidak boleh ada yang berani memainkan gambelan ini, karena sekha atau penabuhnya harus disucikan sebelum menabuh.Saat menabuh sekha selonding ini mengelilingi upakara atau banten.Pada saat Ida Bhatara tedun, ngaturang piodalan, dan penyamblehan pada akhir piodalan (ngelebar), gambelan ini iharus dimainkan (tabuh).Selain sekha selonding yang ada di pura Dalem Salunding, tidak boleh ada orang luar yang memainkan karena sekha tersebut sudah di sucikan dalam istilah Bali mewinten.Gambelan selonding ini tidak boleh di bawa ke pura-pura lain, kecuali pura Purusadha dan pura Desa Adat Kapal, karena gambelan selonding ini berstana di sana juga.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi, pura Dalem Salunding adalah tempat Seni atau genah Seni yang ada di Desa Kapal.Daerah ini kemudian bernama banjar Tambak.Kata “Tambak” ditambahkan dengan kata “Sari”, sehingga banjar ini menjadi ‘’Tambak Sari’’ sampai sekarang.Gambelan Selonding ini kembali dibangun tahun 2009 karena tokoh-tokoh masyarakat resah dengan masyarakat yang terus terkena penyakit. Akan Tetapi gambelan Selonding yang dulu tidak ditemukan karena tidak ada yang tahu entah tertanam dimana.Gambelan Selonding tersebut erat kaitannya dengan konteks keagamaan, dimana pada saat Ida Bhatara tedun, ngaturang piodalan, dan penyamblehan pada akhir piodalan (ngelebar), gambelan ini iharus dimainkan (tabuh).Kalau dilihat dari sejarah gambelan selonding yang sangatlah sakral, sudah barang tentu gambelan ini harus dilestarikan, karena kalau bukan kita sebagai generasi muda yang melestarikannya lalu siapa lagi yang harus melestarikan kesenian gambelan selonding ini. Didalam kebudayaan Bali sangat kental dengan adat dan budayanya oleh karena itu lestarikanlah budaya kita terutama Gambelan sakral yang ada di Pura Dalem Salunding, karena peninggalan adalah warisan dari nenek moyang kita.Dapat menghargai dan mencintai warisan budaya dari leluhur dan menyelamatkan keberadaan benda peninggalan sejarah, sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
3.2 Saran

Berdasarkan penemuan yang diperoleh dari penulisan ini, dapat dianjurkan beberapa saran sebagai berikut :
• Meningkatkan pengetahuan tentang dunia seni tradisional.
• Perlunya penelitian lebih lanjut bagaimana sejarah asli dari gambelan Selonding yang ada di Pura Dalem Salunding.
• Dari karya tulis ini diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengkaji gambelan Selonding di Pura Dalem Salunding.

DAFTAR PUSTAKA

Ketut Sudarsana: Lontar Arya Dalancang

Silsilah Pura Dalem Salunding.,SadKahyangan: Bali 2001.Paramitha Penerbit.

Comments are closed.