Komentar Video Wiranjaya
Posted Under: Tak Berkategori
“WIRANJAYA”
Pulau Bali yang telah terkenal keseluruh Dunia, selain karena keindahan alamnya, juga disebabkan oleh berbagai jenis dan berbagai ragam kesenian yang unik sesuai adat dan budaya pada masing-masing daerah di pulau Dewata ini.
Keberadaan kesenian sampai saat ini adalah merupakan salah satu warisan dari produk budaya Hindu dimasa lalu. Mengenal berbagai bentuk dan jenis-jenis kesenian yang merupakan warisan kepribadian sendiri sebagai sifat-sifat naluri kita yang hakiki dalam rangka untuk memelihara dan melestarikan kesenian-kesenian yang merupakan kekayaan budaya yang tidak ternilai, seperti halnya beberapa tarian yang lahir di daerah Bali utara.
Tari memang sudah ada dari sejak jaman dahulu, namun masih bersifat sangat sederhana, gerakan-gerakanya bebas dan mengandung unsur-unsur religius serta sakral, yang keberadaanya sampai sekarang masih dapat dijumpai di beberapa daerah di Pulau Bali.memasuki awal abad ke-xx, sekitar tahun,1915 di Bali Utara, tepatnya di Desa Jagaraga,munculah sebuah barungan gong kebyar,dengan nama-nama tabuh atau gending yang sangat sederhana yaitu: kebyar dong, kebyar dung,kebyar deng, kebyar ding dan kebyar dang. oleh seorang seniman dari Tabanan yang bernama I Mario, ( almarhum ) tabuh ke-kebyaran ini dijadikan inspirasi untuk menciptakan sebuah tari yaitu: tari kebyar.yang belakangan sering disebut dengan tari kebyar duduk,terinspirasi dari kelincahan para penabuh yang seolah-olah sambil menari, seperti digambarkan dalam tari kebyar terompong.
Dalam perjalananya, dikembangkan di daerah Bali Selatan dan Timur, sehingga terciptalah tari Oleg Tamulilingan, yang mengisahkan kehidupan dua ekor kumbang yang berkejar-kejaran di taman bunga yang indah, yang gerakan-gerakanya terinspirasi dari gerakan- gerakan tari balet. dalam masa penjajahan Jepang,sempat mengalami kemandegan yang cukup lama dan munculah tarian-tarian yang menggambarkan perlawanan terhadap penjajah, seperti tari: Mergepati, wiranata, Demangmiring, Pandji Semirang, Tani, Nelayan dan Tenun yang akhirnya berkembang keseluruh pelosok.
Dengan berdirinya LISTIBIYA, mengantarkan Bali kembali ke-kebudayaan aslinya yang luhur dan berkepribadian, dengan diadakanya Merdangga Utsawa pada tahun 1968 di seluruh Bali.dengan demikian tari kebyar yang tadinya agak mandeg mulai bangkit lagi secara serentak.perkembanganya sampai saat ini sangat mengembirakan,seperti halnya tari Wiranjaya, yang direkontruksi oleh ISI Denpasar.
“KOMENTAR DARI HASIL REKAMAN SEBUAH PEMENTASAN”
Dalam kesempatan ini sehubungan dengan tugas perkuliahan , saya ingin menaggapi
hasil rekaman sebuah pertunjukan, yang merupakan bagian dari TA Jurusan Seni Karawitan
Program I-MHERE ISI Denpasar Tahun 2010, Rekontruksi Gending-gending Gong Kebyar Bali Utara, yaitu tari wiranjaya.
Tari wiranjaya adalah maskot seni kebyar masyarakat Dauh Enjung ( Buleleng Barat ) yang tercipta kira-kira tahun 1950-an. Pada kemunculanya dulu sempat bersanding dengan tari Taruna jaya yang juga lahir di Buleleng merupakan kebanggaan masyarakat Dangin Enjung atau tepatnya di Buleleng Timur.Tarian ini sama-sama terlahir dari tari kebyar legong. Disebut kebyar legong karena tari yang menggabungkan elemen-elemen musik Bali.Tari Wiranjaya ini bertutur tentang para kesatria Pandawa yang sedang latihan memanah, terlihat dari tata busananya yang bernuansa pewayangan.
Adapun materi yang akan saya tanggapi, adalah merupakan hasil dari program tersebut di atas yaitu, Tari Wiranjaya. Secara umum bisa saya sampaikan bahwa pementasan tersebut sudah sangat bagus, namun ada beberapa bagian pendukung dari pementasan tersebut yang kiranya perlu untuk dicermati kembali.
Beberapa hal yang bisa saya sampaikan sehubungan dengan hasil rekaman pementasan tersebut
diantaranya :
- Tata lampu, seharusnya luas panggung dibagi 9. Sorotan lampu dari depan menghadap ke atas akan menyilaukan serta mennimbulkan kesan menyeramkan.
- Sound sytem, untuk instrumen suling kurang kedengaran, begitu juga dengan gong.
- Penempatan janur dan lampu di depan panggung mengganggu pandangan penonton, begitu juga dengan tulisan pada sepanduk dengan tayangan judul pada rekaman.
- Kapasitas panggung , terkesan agak dipaksakan karena penari terlihat agak kurang leluasa untuk menari bahkan nyaris bersinggungan dengan pemain kendang. Penataan instrumen terlihat kurang seimbang satu sisi terlihat berjejal sedangkan sisi lainya sangat lengang.
Demikianlah beberapa hal yang bisa saya berikan komentar, menurut pandangan saya sendiri. Kiranya terdapat ucapan yang kurang berkenan melalui kesempatan ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih.