Musikalisasi Puisi Jineng yang Bersemi Kembali
Di SMA Negeri 1 Tabanan terdapat salah satu bidang ekstrakulikuler yang bergerak di bidang seni dan budaya. Baik secara budaya tradisional dan modern. Ekstrakuliluker ini diberi nama Teater Jineng.
Teater Jineng SMA Negeri 1 Tabanan atau yang lebih populer Teater Jineng SMASTA berdiri pada tahun 1998. Pendirian komunitas ini berawal dari keperihatinan Guru Bahasa Indonesia terhadap keberadaan seni sastra dan pementasan yang pada saat itu sepi peminat, serta adanya 3 orang pencetus ekskul ini yaitu Agung Mahardika, Wiyana Ananta Noor dan Mahaputri. Saat peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1998, pihak lembaga membentuk ekstrakulikuler baru yaitu ekstra sastra. Keberadaan ekskul sastra di SMA Negeri 1 Tabanan kala itu masih dipandang sebelah mata oleh warga sekolah. Bahkan setiap tahun peminatnya semakin sepi hingga pada akhirnya sempat tidak aktif di tahun 2000. Sempat tidak aktifnya eskul sastra ini terjadi karena kurangnya media untuk mengapresiasikan jiwa dan kreativitas mereka. Melalui perjuangan dan kerja keras, esktrakulikuler ini berubah nama menjadi Sanggar Teater Jineng. Perubahan nama ini bertujuan untuk memberikan angin segar kepada warga sekolah dan memotivasi siswa agar tertarik untuk bergabung.
Selain itu Teater Jineng juga mencari pembina dari kalangan profesional sehingga dapat meyakinkan warga sekolah bahwa Teater Jineng bukan sekadar sanggar yang main-main, namun merupakan media yang terorganisir dan profesional. Hal itu ternyata membuahkan hasil. Siswa-siswi SMASTA kala itu mulai tertarik dan pihak Sekolah pun memperbanyak jam terbang bagi seniman muda SMA Negeri 1 Tabanan ini. Hingga di tahun 2005 sinar Teater Jineng mulai kembali memudar. Sempat tidak aktif jilid 2 ini ditandai dengan tidak adanya peminat, tidak adanya anggaran, dan tidak adanya perhatian dari para pemerhati seni di daerah.
Hampir 5 tahun sempat tidak aktif, akhirnya di awal tahun ajaran 2010/2011 Teater Jineng mulai bangkit dengan adanya pelopor baru kebangkitan Teater Jineng yaitu I Gede Arum Gunawan dan anggota awal berjumlah 25 orang, Teater Jineng mulai berkreasi dan mempersiapkan berbagai pementasan. Teater Jineng yang awalnya merupakan teater sekolah satu-satunya di Tabanan ini, mulai mengikuti berbagai macam pementasan diantaranya adalah Pementasan “Sagung Wah dalam acara Malam Apresiasi Sastra SMANSA yang merupakan pementasan perdana Teater Jineng sejak sempat tidak aktifnya itu. Nama Teater Jineng pun mulai terdengar di kalangan komunitas seni. Tawaran-tawaran pementasan dan perlombaan pun mulai berdatangan. Hal tersebut sangat mengembirakan di awal transisi kebangkitan terlebih lagi kini Teater Jineng telah memperoleh kehormatan dan kebanggaan sekaligus hadiah atas perjuangannya yaitu dikukuhkannya Teater Jineng oleh Wabup Tabanan sebagai asuhan Pemda. Hingga kini Teater Jineng SMASTA masih terus belajar dan berbenah.
Lebih spesifik lagi, adanya keikutsertaan Teater Jineng dalam berbagai event setiap tahunnya, salah satunya yaitu Lomba Musikalisasi Puisi. Pada awal keikutsertaannya, Teater Jineng menuai beberapa prestasi yang gemilang dalam bidang Musikalisasi Puisi ini. Namun setelah sekian lama kemudian beberapa event perlombaan telah diikuti, namun Teater Jineng tidak mendapatkan prestasi seperti apa yang telah didapatkan sebelumnya. Akhirnya pada tahun 2015, penulis yang saat itu menjabat sebagai Ketua Divisi Musik mengajukan adanya tawaran melalui surat undangan dari pihak Balai Bahasa Bali untuk mengikuti Lomba Musikalisasi Puisi tingkat Provinsi Bali.
Namun hal tersebut menuai berbagai pertimbangan dari banyak pihak, khususnya bapak I Made Jiwa yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA setempat. Pertimbangan tersebut antara lain bahwa ajang perlombaan ini memerlukan banyak biaya untuk proses penggarapan serta administrasinya, sehingga perlu adanya penyusutan pengeluaran agar tidak banyak biaya yang dikeluarkan. Pernyataan tersebut kemudian disampaikan oleh para pembina ekstra kepada penulis, bahwa hal tersebut demikian adanya.
Mendengar pernyataan tersebut kemudian penulis dengan beberapa rekan yaitu Pitaloka Laksmi dan Laksmi Narayanti melakukan diskusi kecil untuk mencari jalan keluar atas pernyataan tersebut di atas. Kemudian kami menemukan solusi yaitu, bagaimana jika mencari seorang komposer baru untuk adanya pembaharuan dalam bidang penggarapan secara musikal. Dari adanya solusi tersebut, penulis menyarankan untuk mencari salah satu orang Alumni SMASTA yang juga salah seorang alumni Institut Seni Indonesia Denpasar untuk menjadi penggarap karya yang akan dilombakan. Orang tersebut yaitu Yan Priya Kumara Janardhana alias Janu.
Dari pertimbangan tersebut kemudian disetujui oleh beberapa pembina untuk kemudian diproses dengan beberapa orang siswa. Proses kemudian mengalami beberapa rintangan juga. Dikarenakan perlu adanya penyesuaian antara penggarap dengan beberapa orang pemain, serta media yang digunakan. Namun, setelah melalui beberapa waktu proses, garapan ini pun selesai dan kemudian mendapatkan Juara 2 dalam Lomba Musikalisasi puisi SMA tingkat provinsi Bali.
Dari adanya hal tersebut diatas, hingga kini ajang lomba maupun festival Musikalisasi Puisi terus diikuti oleh Teater Jineng. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Semoga teater Jineng terus berkarya, dan berjaya. JAYENG!!!