gedeyudana

Blog

Musikalisasi Puisi Jineng yang Bersemi Kembali

Filed under: Tulisan — gedeyudana at 3:58 pm on Sabtu, Mei 12, 2018

YouTube Preview Image

Di SMA Negeri 1 Tabanan terdapat salah satu bidang ekstrakulikuler yang bergerak di bidang seni dan budaya. Baik secara budaya tradisional dan modern. Ekstrakuliluker ini diberi nama Teater Jineng.

 Teater Jineng SMA Negeri 1 Tabanan atau yang lebih populer Teater Jineng SMASTA berdiri pada tahun 1998. Pendirian komunitas ini berawal dari keperihatinan Guru Bahasa Indonesia terhadap keberadaan seni sastra dan pementasan yang pada saat itu sepi peminat, serta adanya 3 orang pencetus ekskul ini yaitu Agung Mahardika, Wiyana Ananta Noor dan Mahaputri. Saat peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1998, pihak lembaga membentuk ekstrakulikuler baru yaitu ekstra sastra. Keberadaan ekskul sastra di SMA Negeri 1 Tabanan kala itu masih dipandang sebelah mata oleh warga sekolah. Bahkan setiap tahun peminatnya semakin sepi hingga pada akhirnya sempat tidak aktif di tahun 2000. Sempat tidak aktifnya eskul sastra ini terjadi karena kurangnya media untuk mengapresiasikan jiwa dan kreativitas mereka. Melalui perjuangan dan kerja keras, esktrakulikuler ini berubah nama menjadi Sanggar Teater Jineng. Perubahan nama ini bertujuan untuk memberikan angin segar kepada warga sekolah dan memotivasi siswa agar tertarik untuk bergabung.

Selain itu Teater Jineng juga mencari pembina dari kalangan profesional sehingga dapat meyakinkan warga sekolah bahwa Teater Jineng bukan sekadar sanggar yang main-main, namun merupakan media yang terorganisir dan profesional. Hal itu ternyata membuahkan hasil. Siswa-siswi SMASTA kala itu mulai tertarik dan pihak Sekolah pun memperbanyak jam terbang bagi seniman muda SMA Negeri 1 Tabanan ini. Hingga di tahun 2005 sinar Teater Jineng mulai kembali memudar. Sempat tidak aktif jilid 2 ini ditandai dengan tidak adanya peminat, tidak adanya anggaran, dan tidak adanya perhatian dari para pemerhati seni di daerah.

Hampir 5 tahun sempat tidak aktif, akhirnya di awal tahun ajaran 2010/2011 Teater Jineng mulai bangkit dengan adanya pelopor baru kebangkitan Teater Jineng yaitu I Gede Arum Gunawan dan anggota awal berjumlah 25 orang, Teater Jineng mulai berkreasi dan mempersiapkan berbagai pementasan. Teater Jineng yang awalnya merupakan teater sekolah satu-satunya di Tabanan ini, mulai mengikuti berbagai macam pementasan diantaranya adalah Pementasan “Sagung Wah dalam acara Malam Apresiasi Sastra SMANSA yang merupakan pementasan perdana Teater Jineng sejak sempat tidak aktifnya itu. Nama Teater Jineng pun mulai terdengar di kalangan komunitas seni. Tawaran-tawaran pementasan dan perlombaan pun mulai berdatangan. Hal tersebut sangat mengembirakan di awal transisi kebangkitan terlebih lagi kini Teater Jineng telah memperoleh kehormatan dan kebanggaan sekaligus hadiah atas perjuangannya yaitu dikukuhkannya Teater Jineng oleh Wabup Tabanan sebagai asuhan Pemda. Hingga kini Teater Jineng SMASTA masih terus belajar dan berbenah.

Lebih spesifik lagi, adanya keikutsertaan Teater Jineng dalam berbagai event setiap tahunnya, salah satunya yaitu Lomba Musikalisasi Puisi. Pada awal keikutsertaannya, Teater Jineng menuai beberapa prestasi yang gemilang dalam bidang Musikalisasi Puisi ini. Namun setelah sekian lama kemudian beberapa event perlombaan telah diikuti, namun Teater Jineng tidak mendapatkan prestasi seperti apa yang telah didapatkan sebelumnya. Akhirnya pada tahun 2015, penulis yang saat itu menjabat sebagai Ketua Divisi Musik mengajukan adanya tawaran melalui surat undangan dari pihak Balai Bahasa Bali untuk mengikuti Lomba Musikalisasi Puisi tingkat Provinsi Bali.

Namun hal tersebut menuai berbagai pertimbangan dari banyak pihak, khususnya bapak I Made Jiwa yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA setempat. Pertimbangan tersebut antara lain bahwa ajang perlombaan ini memerlukan banyak biaya untuk proses penggarapan serta administrasinya, sehingga perlu adanya penyusutan pengeluaran agar tidak banyak biaya yang dikeluarkan. Pernyataan tersebut kemudian disampaikan oleh para pembina ekstra kepada penulis, bahwa hal tersebut demikian adanya.

Mendengar pernyataan tersebut kemudian penulis dengan beberapa rekan yaitu Pitaloka Laksmi dan Laksmi Narayanti melakukan diskusi kecil untuk mencari jalan keluar atas pernyataan tersebut di atas. Kemudian kami menemukan solusi yaitu, bagaimana jika mencari seorang komposer baru untuk adanya pembaharuan dalam bidang penggarapan secara musikal. Dari adanya solusi tersebut, penulis menyarankan untuk mencari salah satu orang Alumni SMASTA yang juga salah seorang alumni Institut Seni Indonesia Denpasar untuk menjadi penggarap karya yang akan dilombakan. Orang tersebut yaitu Yan Priya Kumara Janardhana alias Janu.

Dari pertimbangan tersebut kemudian disetujui oleh beberapa pembina untuk kemudian diproses dengan beberapa orang siswa. Proses kemudian mengalami beberapa rintangan juga. Dikarenakan perlu adanya penyesuaian antara penggarap dengan beberapa orang pemain, serta media yang digunakan. Namun, setelah melalui beberapa waktu proses, garapan ini pun selesai dan kemudian mendapatkan Juara 2 dalam Lomba Musikalisasi puisi SMA tingkat provinsi Bali.

Dari adanya hal tersebut diatas, hingga kini ajang lomba maupun festival Musikalisasi Puisi terus diikuti oleh Teater Jineng. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Semoga teater Jineng terus berkarya, dan berjaya. JAYENG!!!

Review Buku Pengetahuan Dasar Iringan Tari

Filed under: Tulisan — gedeyudana at 11:21 am on Sabtu, Maret 24, 2018

A.    Identitas Buku

a.      Judul Buku      : Pengetahuan Dasar Iringan Tari

b.      Penulis             : I Wayan Sueca, S.S.Kar., M.Mus

c.       Penerbit           : Institut Seni Indonesia Denpasar

d.      Tahun terbit     : 2008

e.       Cetakan           : Pertama

f.       Tebal Buku      : 0,5 cm

B.     Latar Belakang Buku

Musik sebagai iringan tari memiliki peran yang amat penting, oleh karena itu banyak ungkapan yang mengatakan bila tanpa musik ibarat sayur tanpa garam, ibarat siang tanpa malam, nasi tanpa lauk, dan ungkapan lainnya sesuai dengan aspirasi maupun selera setiap orang untuk mengungkapkan perasaan mereka. Dengan berbagai ungkapan tersebut betapa pentingnya arti sebuah iringan untuk memberikan dukungan estetis terhadap sebuah penyajian karya tari atau komposisi.

C.    Isi Buku

1.      Pendahuluan

Buku ini diawali dengan pendahuluan yang memaparkan betapa pentingnya sebuah iringan tari dalam proses pembentukan komposisi dan karya tari. Disini disampaikan bahwa iringan tari dapat dibagi menjadi iringan Conventional dan Non Conventional.

a.      Iringan Tari Conventional

Mengutamakan unsur-unsur tradisi baik dalam pemanfaatan instrumentasinya maupun pengolahan unsur-unsur musikalnya termasuk aturan-aturan yang menyangkut struktur atau komposisinya.

b.      Iringan Tari Non Conventional

Sebaliknya tidak terlalu terikat pada aturan tradisi baik dalam pemanfaatan alat-alat musiknya maupun pengolahan unsur-unsur musikalnya dengan kata lain seorang koreografer boleh lebih bebas dalam menata iringannya dengan tidak mengabaikan keindahan dan makna dari sebuah iringan.

2.      Unsur-unsur Musikal Dalam Iringan Tari

Dalam sub bab ini dijelaskan bahwa unsur-unsur gerak tidak jauh beda dengan unsur-unsur musik pengiringnya, antara lain adalah : Melodi, ritme, tempo, dinamika, kolorit atau warna amplitude atau keras lemahnya suara, intensitas atau kekuatan atau tenaga, aksen, dan lain-lain.

3.      Fungsi Iringan

Pada bagian ini dijelaskan fungsi iringan dalam karya koreografi tari.

4.      Sifat Iringan Tari

a.       Tari Mendominir Musik

Seorang penari selalu memberi aba-aba kepada pemain musiknya pada setiap perubahan gerak yang dilakukan. Pada bagian ini pula disertakan contoh-contoh tari yang mendominir musik dalam tari Bali.

b.      Musik Mendominir Tari

Dalam tari Bali ada bentuk pertunjukan dimana musik pengiringnya lebih dominan mengatur tari baik gerak maupun peralihan ke bagian yang lain. Pada bagian ini pula disertakan contoh-contoh musik yang mendominir tari dalam tari Bali.

c.       Musik dan Tari Saling Mendominir

Dalam tari Bali yang bersifat tari kreasi yang sesungguhnya sangat kuat unsur konvensionalnya sebagian besar memiliki sifat saling mendominir. Pada bagian ini pula disertakan contoh-contoh musik dan tari saling mendominir.

5.      Struktur Iringan Tari Pelegongan

Iringan tari Palegongan merupakan iringan yang bersifat konvensional dan memiliki struktur yang amat lengkap apabila dibandingkan dengan struktur iringan tari lainnya dengan istilah-istilah tradisi yang amat kental seperti : Kawitan, Papeson, Pengecet, Pengipuk, dan lain-lain. Pada bagian ini disertakan pula notasi-notasi gending Pelegongan pada masing-masing bagiannya.

6.      Struktur Lagu Petopengan

Drama tari petopengan adalah sebuah sebuah seni pertunjukan yang sangat populer hampir setiap orang mengenalnya dan dipentaskan dalam berbagai kegiatan baik upacara adat maupun upacara keagamaan yang berfungsi sebagai pelengkap upacara maupun dipentaskan sebagai hiburan. Pada bagian ini disertakan pula bagian-bagian gending petopengan seperti Wireka Sari, Werda Lumaku, Penasar, Arsa Wijaya, dan lain-lain serta notasi-notasi gending Petopengan pada masing-masing bagiannya.

7.      Lagu-lagu Iringan Pecalonarangan

Adapun gending-gendingnya yang sudah disertai dengan notasi antara lain :

a.       Bapang sisya yang terdiri atas :

                                                                          i.      Papeson

                                                                        ii.      Pengadeng

                                                                      iii.      Ngelukun

                                                                      iv.      Pengawak

                                                                        v.      Pengecet

b.      Condong yang terdiri atas :

                                                                          i.      Papeson

                                                                        ii.      Panglangkara

c.       Matah Gede yang terdiri atas :

                                                                          i.      Pepeson

                                                                        ii.      Pengawak

                                                                      iii.      Pengecet

d.      Patih Madri yang terdiri atas :

                                                                          i.      Pepeson

                                                                        ii.      Pangelengkara

                                                                      iii.      Pajalan

e.       Sisya ngereh yang terdiri atas :

                                                                          i.      Tunjang sisya

                                                                        ii.      Pejalan

f.       Bondres

g.      Maling Maguna yang terdiri atas :

                                                                          i.      Papeson

                                                                        ii.      Transisi/Pengalihan

                                                                      iii.      Pengawak

                                                                      iv.      Pajalan

h.      Tunjang Durga yang terdiri atas :

                                                                          i.      Pengawak

                                                                        ii.      Pekaad

8.      Perspektif Rasa Dalam Iringan Tari Bali

Perspektif rasa yang dimaksud dalam iringan tari Bali adalah suasana yang dapat ditimbulkan oleh suatu musik pengiring. Sebagaimana kita ketahui makna iringan secara mendasar dapat menimbulkan suasana yang diinginkan oleh tema yang diangkat. Pada sub bab ini dijelaskan pula contoh-contoh cara membangun suasana pada gending yang diinginkan beserta notasinya.

9.      Gamelan Yang Populer Untuk Iringan Tari

Gamelan yang sering dipakai untuk iringan tari antara lain :

a.       Gamelan Gong Kebyar

b.      Gamelan Semara Dana

c.       Gamelan Gong Gede

d.      Gamelan Semara Pegulingan

D.    Kelebihan dan Kekurangan

a.      Kelebihan

Pada buku ini disertai contoh-contoh gending beserta notasi-notasi yang memudahkan pembaca untuk memahami dan mengetahui gending-gending yang dimaksud.

b.      Kekurangan

Memiliki struktur buku yang kurang jelas serta kurangnya mencantumkan sumber dan literature sebagai acuan dalam penulisan buku ini.

E.     Kesimpulan

Buku ini memuat tentang lagu-lagu atau gending-gending iringan tari mulai dari pengertian, klasifikasi, unsur, fungsi, serta contoh-contoh iringan tari-tari tradisi mulai dari palegongan hingga penyalonarangan. Tak luput pula disertakan perspektif rasa dan suasana lagu, serta barungan yang sering dipakai dalam iringan tari.