Tutorial Memilih Bambu Untuk Membuat Daun Gamelan Rindik

Hey hey hey

Om Suastiastu semeton pecinta rindik Bali
Jumpa lagi kita di hari yang berbahagia ini, jadi pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai bagaimana cara mencari atau memilih bambu untuk dijadikan daun gamelan rindik. Jadi memilih bambu yang akan digunakan sebagai daun gamelan rindik tidak bisa sembarangan semeton, karena tidak semua jenis bambu bisa digunakan untuk membuat daun gamelan, hanya ada beberapa jenis bambu saja yang bisa digunakan untuk membuat daun gamelan dan juga bambu yang boleh digunakan untuk membuat daun gamelan pun masih ada proses pemilihannya atau penyortirannya.

Bambu adalah tanaman yang beruas dan berongga di bagian batangnya yang merupakan tanaman anggota jenis rerumputan atau rumput-rumputan. Tanaman ini mempunyai banyak jenis atau tipe.

Selain memiliki banyak jenis, tanaman ini juga memiliki banyak sebutan lain di daerah-daerah tertentu, seperti aur, awi, eru, dan buluh. Selain definisi tersebut, tanaman ini juga memiliki beberapa definisi atau pengertian yang lain.

Bambu adalah tumbuhan berumpun yang memiliki akar serabut, memiliki batang bulat berongga, keras, tinggi, dan beruas yang biasanya digunakan sebagai bahan bangunan dan beberapa perabotan rumah tangga seperti kursi, mebel, dan sebagainya.

Tanaman ini diklasifikasikan lebih dari 10 genus, salah satu yang banyak ditemui adalah dari genus Bambusa. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi di dunia. Pada Periode Cretaceous, tanaman ini pernah mengalami pertumbuhan besar-besaran di wilayah Asia.

Seperti jenis tumbuhan pada umumnya, tanaman ini memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas yang membedakannya dengan jenis tumbuhan yang lain. Karakteristik tersebut antara lain melekatnya sistem rhizoma-dependen pada tumbuhan ini.

Sistem unik tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh tanaman ini yaitu masa pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan tumbuhan pada umumnya. Tanaman ini mampu mengalami pertambahan dimensi sepanjang 24 inchi atau sekitar 60 cm dalam satu hari.

Bahkan jika kondisi tanah dan iklim tempat tumbuhnya bersahabat, tanaman ini mampu mengalami pertumbuhan lebih dari itu. Tanaman ini memiliki struktur morfologi tertentu baik untuk bagian batang, daun, akar maupun tunasnya yang dikenal dengan istilah rebung.

Batangnya memiliki bentuk silinder memanjang yang terdiri atas beberapa ruas. Batang ini muncul dari akar-akar rimpang yang kemudian pada saat umurnya sudah mulai menua, batangnya cenderung berongga dan berubah menjadi keras.

Batang tumbuhan ini umumnya dibungkus oleh daun-daun yang biasa disebut pelepah batang yang akan berguguran ketika mulai menua. Di bagian ujung pelepah batang tersebut terdapat subang yang merupakan perpanjangan dari batang yang berbentuk menyerupai segitiga.

Tanaman ini umumnya memiliki tinggi sekitar 0,3 meter hingga 30 meter dengan diameter batang berkisar antara 0,25 cm hingga 25 cm yang ketebalan dindingnya mencapai 25 mm.

Daun tanaman ini merupakan jenis daun lengkap yaitu daun yang memiliki pelepah daun, helaian daun, dan tangkai daun. Pertulangan daun sejajar, dimana terdapat satu tulang daun berukuran besar di bagian tengah daun dengan tulang daun berukuran kecil di sekitarnya yang tampak tersusun sejajar satu sama lain.

Ujung daun berbentuk runcing, tepi daun rata, bangun daun lanset, dan daging daun bertekstur menyerupai kertas. Permukaan daun bagian atas memiliki warna hijau yang lebih terang dibandingkan dengan permukaan daun bagian bawah yang cenderung berwarna hijau gelap.

Perbedaan tekstur permukaan bagian atas dan bagian bawah juga dapat dilihat dari bulu yang menyelimutinya. Permukaan daun bagian atas memiliki bulu yang lebih halus dibanding bagian bawah yang memiliki bulu bertekstur kasar.

Akar bambu memiliki sistem percabangan tertentu yang berbeda antara jenis satu dengan jenis dengan lainnya. Akar tanaman ini merupakan akar rimpang yang ujungnya memiliki bentuk yang lebih lebar dibandingkan dengan bagian pangkalnya, atau dapat dikatakan memiliki bentuk yang meruncing ke arah pangkal, dan setiap ruasnya memiliki akar dan kuncup.

Kuncup yang terdapat pada akar inilah yang nantinya akan berkembang menjadi rebung dan akan memanjat ke atas menjadi buluh.

Rebung merupakan tunas bambu yang muncul dari dasar rumpun tepatnya dari kuncup akar rimpang yang sudah tua. ( Foresteract, 7 mei 2021 )

Jadi itulah penjelasan tentang bambu semeton selanjutnya kita akan memilih jenis bambu yang bisa digunakan untuk membuat daun gamelan. Di Bali sendiri bambu yang bisa digunakan untuk mebuat daun gamelan adalah bambu santong, bambu jajang, bambu hitam, dan bambu tutul. Namun kali ini kita akan bahas mengenai bambu tutul karena memiliki corak yang indah dan memiliki suara yang bagus ketika digunakan untui membuat daun gamelan.

Bambu Tutul merupakan salah satu bambu yang unik karena tampilannya. Spesies bambu dengan nama latin Bambusa Maculata ini sangat khas dengan pola seperti totol di seluruh permukaannya. Bambu ini dapat bertahan hidup pada wilayah dingin asalkan dengan suhu tidak kurang dari -2°C. Sehingga tumbuhan ini dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun pegunungan dan di wilayah tropis maupun sub tropis.

Dalam mencari bambu tutul untuk membuat daun gamelan ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan seperti, harus memilih bambu yang sudah tua, diameter bambu kurang lebih satu genggam 4 jari atau sekitar 15cm, bambu harus memiliki bentuk lingkaran yang baik atau simetris dan tidak oval, bambu yang digunakan tidak boleh bambu tunggul atau bambu yang hidup tapi tidak memilili ujung, bambu yang mati karena longsor juga tidak bisa dipakai.

Memotong bambu untuk membuat daun gamelan rindik pun ada caranya, pertama ketika bambu sudah ditebang selanjutnya bambu akan dopotong per 3 atau tiga ruas, dengan cara memotong tepat diatas ruas setelah ruas kedua atau ketiga dari bawah. Setelah bambu dipotong selanjutnya sekat sekat pada ruas dalam bambu harus dihilangkan namun ruas baling ujung harus tetap dibiarkan, hal tersebut dilakukan karena setelah ini bambu maris harus melalui proses penjemuran dan akan diisi air penuh di dalam bambu, hal ini dilakukan untuk membunuh hama ulat bambu yang ada di dalam bambu dan juga menjada suhu dalam bambu agar tidak pecah ketika dijemur dibawah sinar matahari langsung, penjemuran ini dilakukan sekitar dua minggu dan kemudia air bisa dibuang dan bambu di diamkan di tempat teduh dan tunggu hingga bambu kering dan berwarna coklat baru bisa digunakan untuk membuat daun gamelan.

Comments are closed.