Tabuh Kreasi ” TapaK Dara “
TABUH KREASI
Komposisi Kreasi baru adalah sebuah komposisi karawitan yang diaransir baru kendatipun materi tradisi masih sangat kental dan menonjol, karena yang di inovasi lebih bersifat ornamentasi untuk menampilkan nuansa baru, sedangkan aspek musikal lainnya masih menggunakan materi tradisi secara umum. Dalam bentuk komposisi ini masih sangat kental nuansa tradisinya dan sifat konfensionalnya masih sangat kuat.
Setiap individu seniman khususnya komposer musik barang tentu memiliki karakter atau ciri khasnya masing – masing, saya sebagai generasi penerus dalam dunia karawitan bali juga ingin memiliki ciri khas tersendiri. bahasan ini menuai pro dan kontra di dalam diri saya sendiri, saya menemukan satu pertanyaan tentang seniman musik berciri khas atau lebih tepatnya tentang penting kah ciri khas dalam sebuah karya musik ?, terjadi kepelikan yang membuat saya berfikir berulang kali dalam memecahkan masalah tersebut. sebuah argumen mengatakan bahwa jika karya seorang seniman musik dapat dikenali dengan cara hanya didengar maka karya tersebut sudah dapat dikatakan membawa ciri khas dari si pencipta karya tersebut, kemudian apa bila demikian bukankah berarti seniman itu tidak memiliki kreatifitas yang luas jika karyanya hanya begitu begitu saja atau monoton ?, saya belum dapat menjawab persoalan tersebut, selanjutnya saya kembali berfikir bahwa konsistensi dalam berkarya itu juga penting, konsistensi yang saya maksud disini adalah tetap menggunakan cara cara berkarya sesuai dengan apa yang sudah menjadi kekayaan pribadi kita agar tidak banyak menggunakan cara cara kerja orang lain untuk menciptakan sebuah karya seni di bidang musik karena dapat mengurangi nilai originalitas. Mungkin pembaca dapat membantu saya dalam memecahkan persoalan diatas, selanjutnya saya akan menjelaskan tentang sebuah karya komposisi musik yang saya buat dibawah ini.
“ TAPAK DARA “
Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang karya komposisi tabuh kreasi yang telah saya buat secara musikalitasnya secara keseluruhan. Sebelum membahas tentang tehnis musikalitasnya terlebih dahulu saya kira penting untuk membahas tentang strukturnya terlebih dahulu, struktur yang digunakan pada komposisi ini secara umung bisa dikatakan hampir sama dengan tabuh kreasi pada umumnya yaitu, pengawit, pengawak, dan pengecet. Pada bagian pengawit menggunakan motif gineman ( jalinan melodi terputus putus ), bagian pengawak menggunakan motif gegenderan, dan bagian pengecet menggunakan motif motif tertentu yang saya kreasikan sendiri.
Selanjutnya kita lihat bagian per bagian yang dimana pada bagian pertama atau pengawit ini menggunakan motif gineman. Motif gineman pada komposisi kreasi yang saya buat ini menonjolkan kesatuan instrument seperti kendang, riong, dan ganggsa, selain menonjolkan pola pola instrumental juga tidak jarang terdapat beberapa kali seluruh instrument terlibat didalamnya, pada saat seluruh instrument dimainkan secara bersamaan atau bisa dibilang motif kebyar, saya juga mengisi aksentuasi dari kendang dan kecek yang cukup menonjol. Selain hal – hal tersebut, dinamika juga sangat saya perhatikan pada bagian ini, terdapat dua kali jalinan melodi dengan menggunakan tempo pelan yang tentu bertolak belakang dengan tempo sebelumnya.
Seperti yang telah saya jelaskan diatas dimana pada bagian pengawak dari gending ini menggunakan motif gegenderan seperti yang telah diarahkan oleh dosen pengampu mata kuliah. Pada bagian gegenderan ini menggunakan dua nada yang diolah sedemikian rupa sehingga ornamentasi pada instrument gangsa dapat melakukan jalinan melodi lebih luas dari melodi pokok yang dimainkan oleh instrument Jegog dan Jublag. Pada bagian ini dua nada yang diolah adalah terdapat dua pasang nada yaitu nada ndang bersama nada ndeng, dan nada ndung bersama nada nding, hal tersebut adalah penggambaran dari Tapak Dara yang saya maksud apabila dilihat dari pengider buana.
Selanjutnya menuju ke bagian pengecet. Namun sebelum menuju ke bagian pengecet terdapat pula bagian bapang yang menggunakan tempo cenderung cepat dengan menonjolkan beberapa instrument seperti kendang, gangsa, dan riong secara bergiliran dan secara bersamaan. Pada bagian ini terdapat dua pola yang saya gunakan, kedua pola tersebut adalah pola pertama hampir sama dengan pola gegenderan, dan pola kedua menggunakan melodi panjang yang diolah sedemikian diisi dengan ornamentasi dari instrument gangsa dan instrument lainnya. Kedua pola tersebut diulangi dua kali dan kemudian komposisi ini berakhir pada bagian pengecet. Yang menjadi menarik kemudian pada komposisi saya ini adalah pada bagian gegenderan dan bagian pengecet menggunakan tehnik layering, tehnik layering yang saya maksud disini adalah dimana instrument pemade dan kantil menggunakan memainkan melodi yang berbeda pada satu bantang gending yang sama.