TUGAS 1:Arti dan makna kajian sumber pendidikan, TUGAS2 ARJUNA WIWAHA, TUGAS 3 CANGKOK GAMBANG
Posted Under: Tak Berkategori
Tugas 1:
Arti dan makna kajian sumber pendidikan
Metode penciptaan seni karawitan
NAMA : I WAYAN LEOIKA
NIM : 201002021
JURUSAN : KARAWITAN
ISI DENPASAR
Referensi Diambil Dari Buku:
ARTI DAN MAKNA KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
John R.Searl dalam bukunya “Speech Act Theory and Pragmatic” meyebutkan bahwa “taka da terminology atau istilah yang netral” maksudnya yaitu setiap istilah merupakan pengekspresian atau asumsi dan pemikiran atau dugaan secara teoritis dari pemakainya. Berkaitan dengan pengertian istilah “arti” dan “makna” dalam mengkaji sumber penciptaan, berikut adalah beberapa pendapat mengenai “arti” dan “makna”:
- Rudolf Carnap: Introduction to Semantic (1942) mengartikan makna sebagai konotasi dan intensi, sedangkan arti sebagai teges harafiah
- Charles Carpenter Fries: lakna harus dikaitkan dengan konteks, yang meliputi makna leksikal, makna structural dan makna kultural. Sedangkan arti harus dikaitkan dengan budaya manusia sehingga makna karya seni juga dapat merambah sampai pada unsur budaya yang menyertainya.
- M.A.K Halliday: Teks dan konteks yang kuat dalam bahasa harus diamati dan dimengerti dalam kolerasinya dengan makna struktur social. Menggali makna bahasa pada teks yang sedang berfunfsi juga harus menghayati konteks yang menyertai teks tersebut agar menjadi lebih bermakna.
- Malinowski: teks tidak hanya terbatas pada teks saja, tetapi juga harus merambah sampai pada konteks situasi maupun konteks budaya lain yang menyertai teks tersebut, mehingga mengkaji sebuah karya seni akan lebih utuh dan variatif.
- J.R Searle: saat kajian bahasa dikaitkan dengan ‘konteks’ maka lahirlah mkana bebas konteks yaitu ‘makna semantik’. Sedangkan makna yang terkait dengan konteks disebut dengan ‘makna pragmatik’.
Seluruh pengertian tersebut menunjukkan pengertian makna bermula pada bahasa, yang kemudian berkembang pada karya seni dan unsur budaya yang lain. Pemahaman dan pengkajian makna bahasa, seni dan kultural sebagai sumber penciptaan harus diawali dari mengkaji ‘tegas’ yang harfiah yang selanjutnya mengkaji makna yang tereksplisit maupun makna yang yang terimplisit. Mengacu pada pendapat M.A.K. Haliiday maka “mengkaji sumber penciptaan sama artinya dengan mengkaji teks (kaya atau apapun yang terwujud) dan mengkaji konteks (makna tanpa batas)”.
Berikut adalah beberapa pendapat mengenai teori-teori kajian sumber penciptaan:
- Plato: Sebuah penciptaan cenderung berawal dari kenyataan yang ada di dunia. Dalam arti mimesis (sarana artistik) seni terisah dari dunia kenyataan yang fenomenal. Wujud ideal tidak dapat terjelma langsung dalam karya seni, sebab seni harus truthful (benar) dan seniman harus modestrendah hati. Seniman dihargai karena kemampuan keterampilannya, sedangkan pengetahuan diutamakan pada ukuran proporsi yang “benar” (dalam alam semesta) sebagai syarat utama keindahan. Konsekuensinya karya seorang tukang bisa jadi lebih indah dari pada karya seorang seniman.
- Aristoteles: Penciptaan adalah identic dengan mencipta dunianya sendiri. Dunia nyata adalah sumber penciptaan yang dalam proses penciptaanya masih berpegang pada ut natura poiesis tetapi tidak mutlak. Sumber penciptaan tidak lain adalah alam yang diciptakan sesuai dengan kenyataan yang ditafsirkan oleh senimannya secara subyektif.
- Schopenhauer: Karya seni adalah seni music- diciptakan berdasarkan kesadaran dirinya karena didorong untuk menyenangkan orang lain. Konsekuensinya sumber penciptaan karya seni music cenderung berangkat atau berlandaskan pada intensi, keinginan, mood, pemikat.
- Komponen spiritual/religious: merupakan sumber penciptaan paling awal, yakni dapat diamati dari beberapa karya seni yang sengaja dicipta untuk memenuhi kebutuhan religious dan spiritual, misalnya seni music, seni tari, seni lukis, seni patung, seni ukiran dan sebagainya yang secara sengaja diciptakan untuk kepentingan religious.
- Kegunaan/fungsi: karya seni sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan/kegunaan pemesannya secara spesifik, dan dalam waktu tertentu (moment yang spesifik).
- Keindahan: Keindahan dilihat, dirasakan. Dihayati dan dimanfaatkan untuk titik tolak pencipta karya seni baik keindahan dari tingkat sedeehana samapi dengan yang abstrak.
Pada dasarnya segala sesuatu kondisi ataupu situasi yang menarik, angan-angan menyenangkan, bahkan menyebalkan dapat menjadi sumber pencipta. Karena pada hakekatnya sumber pencipta tidak terbatas terlebih lagi kreatifitas para seniman mampu menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, tidak Nampak menjadi Nampak, dan sesuatu yang tidak indah menjadi indah.
Tugas 2:
Arjuna Wiwaha
Tahun : 1988
Penerbit : Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Daerah tingkat I Bali
Halaman : 130 halaman
Sampul depannya bergambarkan sosok tokoh Arjuna membawa panah, memuat kisah perjalanan Arjuna dalam usahanya untuk mendapatkan senjata ampuh guna membantu saudaranya Yudistira untuk menaklukkan musuhnya serta memakmurkan Dunia. Disamping itu juga berisi filsafat ke-Tuhanan yang sangat tinggi dan tak ternilai harganya. Ceritra tersebut digubah dalam bentuk Kakawin/Wirama.Kakawin Arjuna Wiwaha dengan terjemahannya dalam bahasa Bali Aksara Bali ini merupakan sajian kedua dalam usaha terjemahan dan penerbitan kakawin yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Daerah tingkat I Bali.Sesuai dengan kata pengantar dari buku ini, bahwa naskahnya diambil dari sebuah lontar, tetapi disana-sini diadakan perbaikan agar Guru Laghunya tepat kalau dibaca dengan Wirama. Dalam terjemahannya juga dibandingkan dengan terjemahan yang dilaksanakan oleh Dr. R.NG. Poerbatjaraka dan Sanusi Pane serta kamus Jawa Kuno yang ada.
Kakawin Arjunawiwāha adalah kakawin pertama yang berasal dari Jawa Timur. Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi. Sedangkan kakawin ini diperkirakan digubah sekitar tahun 1030. Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini. Oleh para pakar ditengarai bahwa kakawin Arjunawiwaha berdasarkan Wanaparwa, kitab ketiga Mahābharata.
Dalam buku ini terdapat 36 Pupuh dengan wirama yang berbeda, tetapi yang sangat menarik bagi penulis adalah Wirama Kilayu Manedeng, Pupuh ke-23. Dalam pupuh ini disebutkan beberapa alat-alat musik atau Karawitan, yaitu tepatnya pada bait kedua. Berikut salinan Wirama Kilayu Manedeng bait kedua dan terjemahannya terdiri dari empat baris.
Wirama Kilayu Manedeng
“Siddaresi guna pada sumungsunging, gagana gurnita majaya-jaya”
“Lumrang sura kusuma lawan udan, ksanikatan pejalada tumiba”
“Akweh wihaganira, sarira,kampasuba manggalani lakunira”
“Wuntung buwana tekapikang mredangga, kal beri murawa kumisik”
Terjemahannya :
Baris pertama : Dewa resine sami memendak ring ambarane, umung nguncarang weda astuti.
Artinya : Para Dewa dan Resi menyambut Dewa Siwa sebagai Dewa tertinggi sambil mengucapkan mantra-mantra pemujaan.
Baris kedua : Sambeh sekar watek dewatane maduluran sabeh, ajahan tanpa gulem mawastu tedun.
Artinya : Para Dewa menaburkan bunga yang berupa rintikan hujan, walaupun tanpa adanya mendung tetapi hujan tersebut bias turun.
Baris ketiga : Katah cin ida, anggane makedutan, becik wiakti cirin pemargin idane.
Artinya : Banyak Tanda turunya Dewa Siwa, salah satunya seluruh tubuh bergetar, memang itulah tanda terbagus.
Baris keempat : Empeng jagate olih suaran kendang, bende, gong beri, reyong mebyayuhan.
Artinya : Jagat raya dipenuhi dengan gemuruh suara kendang, bende, gong beri dan riyong.
Dalam Wirama ini disebutkan beberapa instrument Karawitan, seprti Meredangga ( kendang ), Kala ( bende ), beri ( gong Beri ), Murawa ( reyong ). Instrumen-instrumen tersebut dibunyikan sebagai pertanda turunya Dewa Siwa. Demikian pentingnya fungsi instrument tersebut, sesuai dengan yang di ungkapkan dalam wirama ini.
Buku ini sangat bermanfaat bagi pembaca, tidak hanya bagi penggemar karya sastra, akan tetapi bagi semua kalangan, karena dalam kakawin ini terkandung tentang fisafat hidup, pendidikan pekerti, pengetahuan serta berbagai ajaran kebenaran yang bersumber Dharma dari Agama Hindu. Selain itu bagi jurusan karawitan, buku ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sebuah literature karena didalamnya disebutkan beberapa instrument-instrumen karawitan dan fungsinya.
TUGAS :3
Cengkok Gambang ( Wasitodiningrat )
Judul buku : Cengkok Gambang ( Wasitodiningrat )
Dikutip oleh : Suyono
Buku yang berjudul Cengkok Gambang ini sangat bagus untuk di baca kususnya bagi seniman-seniman karawitan yang ingin memperluas pengetahuannya tentang cara-cara memainkan instrument gambang. Di dalam buku ini banyak terdapat tentang pengertian gambang secara umum. Di dalam buku ini juga dimuat sistim pelarasannya juga. Intinya jika orang yang membaca buku yang berjudul Cengkok Gambang ini akan memperoleh banyak informasi-informasi secara mendetail tentang instrumen Gambang.
- 1. Pengertian umum tentang Gambang
Gambang merupakan salah satu instrumen gambelan jawa yang tidak kalah penting peranannya dalam sajian karawitan jawa. Ditinjau dari bahannya, instrumen gambang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni gambang gangsa dan gambang kayu. Tidak semua perangkat gambelan jawa terdapat gambang gangsa, dan sebaliknya semua perangkat gambelan ageng jawa terdapat gambang kayu. Gambang gangsa hanya terdapat pada gambelan jawa yang berasal dari keraton yogyakarta dan keraton surakarta. Gambang gangsa berbentuk bilahan yang terbuat dari bahan logam, sedangkan gambang kayu berbentuk bilah dan terbuat dari kayu.gambang gangsa kurang berkembang dan tidak banyak diketahui oleh masyarakat banyak layaknya seperti instrumen – instrumen gambelan yang lainnya. Hannya sedikit para pengerawit yang mampu memainkan gambelan gambang gangsa ini, bahkan dewasa ini tidak ada satupun para pengerawit yang mampu memainkan secara benar dan baik instrumen gambang gangsa ini. Gambang gangsa pada gambelan kraton terdiri dari dua rancak yang masing – masing berjumlah 14v bilah.baek laras pelog maupun selendro.
- 2. Bagian-bagian Instrumen Gambang
Instrumen gambelan pada gambelan jawa dibuat dari bahan kayu, baik rancakan atau bilahnya yang sebagai sumber bunyi. Untuk memperoleh suara yang baek, kayu yang akan digunakan sebagai bilah gambang hendaknnya dipilih bahan berkualitas. Pada umumnya kayu – kayu yang digunakan antara lain adalah kayu sawo, kayu jati lengki, kayu berlean dan kayu slangking. Diantara kayu – kayu tersebut, kayu yang paling bagus digunakan adalah kayu slangking dan berliyan. Instrumen gambang kayu terdiri dari bilah dan rancakan yang mempunyai bagian – bagian angtara lain : grobongan, bantalan, plancak, tumbengan dan tabuh. Bagian – bagian tersebut merupakan kesatuan yang utuh, apabila ada salah salah satu yang rusak atau cacat akan mempengaruhi suara yang dihasilkan.
- Bilahan dibuat dari kayu, berfungsi sebagai sumber bunyidan tempat untuk ditabuh.
- Grobongan adalah nama rancakan instrumen gambang terbuat dari kayu berbentuk e mpat persegi panjang.
- Bantalan adalah alas untuk ganjalan bilah di atas grobogan , terbuat dari ijuk.
- 3. Fungsi instrument Gambang dalam sajian gending
Penghias lagu
Masing – masing instrumen gambelan jawa dalam sajian gending pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sendiri – sendiri. Tugas dan fungsi setiap instrumen menjalankan lagu sesuai dengan balungan gending. Rahayu Supanggah dalam makalahnya yang berjudul “balungan” yang disampaikan pada simposiun festival gambelan instrumental di vanccover Canada.
Pengisi irama
Pengertian pengisi irama disini pada pelaksanaan jalannya gending yang menyangkut cepat lambatnya sajian gending. Soedarsono dalam buku kamus istilah Tari dan Karawitan jawa menyebutkan bahwa irama adalah cepat lambatnya pukulan balungan pada suatu gending. Salah satu instrumen yang paling penting berperan dalam pengaturan irama adalah kendang dengan menggunakan sekaran atau pupuh-pupuh tertentu. Namun jika diperhatikan secara seksama, sebenarnya instrumen gambang dalam sajian gending ikut berperan sertan dalam menegakan irama.
- Jenis-jenis cengkok
- Cengkok umum ialah cengkok yang digunakan untuk menggarap susunan balungan gending berdasarkan seleh gatra (balungan ke empat pada gatra).
- Cengkok khusus ialah cengkok pada susunan balungan tertentu yang menggunakan garap khusus,
- cengkok gantungan ialah cengkok yang digunakan untuk menggarap susunan balungan gantungan (balungan kembar) dalam satu gatra.
Reader Comments