Sekelumit cara-cara pembuatan gamelan Bali
Posted Under: Tak Berkategori
Gamelan merupakan alat seni suara daerah di Indonesia. Yang dimaksud gamelan adalah suatu barungan alat-alat seni suara yang bentuk dan komposisinya diatur sedemikian rupa, dignakan sebagai memanivestasi lagu-lagu yang diinginkan khususnya lagu-lagu daerah Bali, Jawa, Sunda dan daerah-daerah lain di Indonesia dengan kata lain gamelan adalah ensamble music daerah di Indonesia. Ada beberapa istilah untuk menyebut gambelan, di Bali orang pada umumnya menyebut alat-alat seni suara musik daerah tersebut dengan istilah gambelan, di Jawa orang menyebut dengan gamelan dan orang-orang asing menyebutnya dengan musical instrument. di Bali gamelan sangat berperan penting dan memiliki pungsi sebagai berikut :Gamelan sebagai alat seni pertunjukan, gamelan sebagai sarana pendukung upacara adat dan agama, gambelan sebagai sarana pendidikan, gamelan sebagai barang dagangan.
Bahan-bahan gamelan bali terdiri dari beberapa jenis materi diantaranya; kerrawang atau perunggu, besi, bamboo, kayu, kulit, kerang. Gamela bali yang ada sekarang kebanyakan dibuat dari kerrawang dan sebagian besar berupa Gong Kebyar, sedangkan yang terbuat dari bamboo dan kayu jumlahnya sangat sedikit.
Menurut keterangan I Made Gabeleran bahan baku membuat gamelan adalah timah murni dan tembaga jadi rumus bahan baku tersebut adalah tiga berbanding sepuluh, tiga (kg) tembaga dan sepuluh (tembaga), sebelum I Made Gabeleran berhasil membuat kerrawang di bali pada umumnya mendatangkan perunggu dari jawa dan beberapa kepulauan Indonesia lainnya.
Besi, pande gamelan besi di Tatasan, I Ketut sandi yang berpengalam membuat gamelan dari besisejak tahun 1957 dan berlanjut hingga sekarang mengatakan bahwa besi yang baik untuk bahan gamelan berbilah adalah besi pemegang as mobil bekas ataupun yang baru, sedangkan untuk gamelan bermoncol atau pencon dipergunakan besi pelat yang tebalnya satu atau ua millimeter.
Bambu, bambu yang berbilah secara umum diebut “rindik” bamboo yang dianggap baik untuk bahan rindik adalah bambu petung, bambu petung dianggap bambu yang paling baik karna bambu yang paling besar dan panjang diantara jenis bambu yang terdapat di Bali. Bambu petung ada dua macam yaitu petung ulih (buluh) ruas-ruasnya lebih panjang pembuat gambang di krobokan I Rendug dkk memilih petung ulih untuk membuat gambang, demikian pula pemain gambang dari desa kapal dan sempidi. Jenis petung yang satunya lagi sebut petung godeg, rasnya pendek-pendek, tukang yang ahli membuat guntang memilih petung godeg ini karena ruasnya tertutup semua.Bambu yang digunakan untuk suling pada umumnya disbut buluh, bamboo buluh ada tiga macam yaitu buluh besar, menengah dan kecil, yang besar digunakan untuk sling pegambuhan, yang menengah untuk suling pagongan dan yang kecil digunakan untuk suling pengarjaan dan jogged bumbung.
Kayu, bilah-bilah gamelan gelunggang yang ada di Desa tenganan terbuat dari kayu kelipa, terompong beruk terbuat dari pohon aren dan di Bali disebut dengan uyung jaka, selonding di tenganan ada pula yang terbuat dari uyung jaka, pada masa-masa lalu kayu nangke (ketewel) sering digunakan untuk bilah rindik gandrung, bantang kendang yang terpakai pada gamelan di Bali sebagian besar trbuat dari kayu nangka, rebab yang pada mulanya terbuat dari batok kelapa sekarang kebanyakan terbuat dari kayu nangka untuk pemegang kendangannya di Bali disebut “kau” atau kaun rebab. Pada barungan gong Beri di Desa Renon Denpasar terdapat sebuah alat yang terbuat dari kerang yaitu sungu.
Teknik membuat Gamelan dari Kerawang
Perapen; suatu bangunan yang digunakan untuk melakuka kegiatan pekerjaan membuat gambelan dari kerrawang dan juga gamelan dari besi. Kelengkapan-kelengkapan yang digunakan dalam lingkungan denah perapen antara lain Dapur berbentuk kubangan ditengah-tengah, bak air (penyooban), lubang yang lebih besar tempat tempat berdiri tukang tempa waktu bertgas, peti besar untuk menyimpan alat-alat terletak dipojok timur laut dan diatasnya diadakan pelangkiran untuk sesajen dalam hubungannya dengn kepercayaan agama, pengububan atau pompa angin, bahan bakar arang.
Alat-alat perlengkapan pande gamelan
- Empat landesan dari besi
- Dua buah landesan yang terbuat dari batu kali yang berlubang gunanya untuk membuat moncol terompong.
- Enam buah palu dari besi sesuai dengan kegunaannya dan sebuah palu dari kerawang.
- Tiga buah palu dari kayu dan sebuah pau dari seseh
- Empat buah penyulik api besar dan kecil
- Empat buah enyulik api besar dan kecil
- Dua macam bor atau andar
- Enam buah kikir besar dan kecil
- Enam buah panggur
- Satu pasang pengububan (pompa angin)
- Beberapa buah gegulak yang bambu digunakan untuk mengukur panjang lebar tinggi rendahnya gamelan tersebut.
- Beberapa buah petuding yang digunakan untuk menentukan nada-nada gamelan yang dikerjakan itu/merekam.
- Beberapa potong kayu (selundagan) alas waktu melaras dengan panggur maupun kikir.
- Beberapa buah musa
- 12 penyangkaan untuk mencetak gamelan berbilah dan berpencon
- Beberapa lilin dan tanah liat untuk keperluan nyingen kalau ada tromping yang pecah.
- Bahan bakar arang
- Api dan air
Proses pembakaran kerrawang hingga menjadi kerawang
Pembuatan gamelan dimulai dari mencetak laklakan istilah laklakan disini adalah lempengan-lempengan krawang atau prunggu yang baru slesai dicetak lempaengan bakal bilah maupun bakal trompong yang belum pernah ditempa disebut laklakan. Adapun teknik pelaksanaannya sebagai brikut: Bahwa krawang yang berupa masakan maupun bekas rongsokan bekas pecahan gamelan terlebih dahulu dipecah-pecah hingga menjadi kepingan-kepingan kecil supaya mudah dimasukkan kedalam musa yang takarannya sudah ditentukan pula. Ciri atau tanda cairan itu sudah matang yaitu apa bila kelihatan sejenis abu setelah matang putih seperti kapas pada permukaan cairan krawang itu yang di sebut ngapasin yaitu terlihat seperti kapas putih cairan krawang tadi akan dituangkan kedalam penyangkaan, setelah beberapa menit krawang itu akan mengental dan keras.
Tahap Pembentukan atau Nguad
Pekerjaan membangun setiap jenis-jenis gamelan yang terbuat dari krawang disebut dengan nguad. Nguad adalah suatu pekerjaan dengan menitik beratkan pada cara pembentukan dengan memperlebar lempengan atau laklakan dari keadaan semula menjadi berbentuk baru atau bentuk yang di inginkan, misalnya bentuk laklakan menjadi bentuk gamelan berbilah maupun bentuk gamelan berpencon.
Tahap pembentukan atau nguad dibedakan menjadi dua dengan sistem pengerjaan yang berbeda menurut bentuknya yaitu antara gamelan berbentuk bilah dan berpencon. Karen memiliki teknik yang berbeda penilis ingin mmberikan gambaran secara terperinci menurut tekniknya masing-masing, yaitu seperti dibawah ini:
Proses penguadan gamelan berbilah
Tahap I: Naptap;Tempaan tahap awal ini bertujuan untuk membuat rata kedua belah sisi laklakan dengan cara dipukul dengan palu, laklakan akan diperpanjang 2 sampae 3 cm dari panjang yang semula. Naptap artinya meratakan semua sisi bilah sekaliguas memperpanjang dari ukuran yang semula.
Tahap II: Ngedonin ;Ngedonin artinya membangun daun dan sekligus membuat “ usuk “. Untuk membangun dan usuk, landasan harus berganti atau pindah ke landasan paron. Sedangkan palu yang dipakai masih tetap palu penguad tetapi jatuh pukulan palu kini pada garis sepertiga sebelah kanan atau kiri muka bilah.
Tahap III: Ngesongin ;Ngesongin artinya membuat lubang pada bilah. Tiap satu bilah diisi dua mata lubang yang letaknya tepat pada titik seperempat dari ukuran panjang, diukur dari masing – masing ujung bilah. Lubang bilah digunakan untuk menggantungkan bilah pada pelawahnya.
Tahap IV: Ngeracap ;Ngeracap artinya membenahi pinggiran – pinggiran bilah supaya lurus dan rapi sekaligus menata bekas – bekas sentuhan palu. Dengan demikian, permukaan bilah akan menjadi lebih rata dan halus. Pada saat ini sudah mulai ada perhitungan tinggi nada untuk bilah yang sedang dikerjakan itu.
Proses Penguadan Gamelan Berpencon.
Tahap pembentukan atau penguadan ini melibatkan tujuh orang tenaga kerja, yaitu satu orang bertugas sebagai juru sepit, satu orang bertugas sebagai juru marakin atau pembakar laklakan, dua orang pengelambus atau pemompa dengan menggunakan pemuputan, tiga orang penempa atau tukang gebug. Tukang gebug terdiri dari tiga orang yang memiliki tugas yang berbeda.Dimulai dari menyalakan api dari pembakaran arang kayu untuk memanaskan laklakan trompong dalam jalikan prapen yang dilakukan oleh tukang barakin yang sekaligus bertugas mengatur nyala api, dibantu oleh pengelambus yang menghasilkan angin untuk menstabilkan nyala api dari pemompaan yang dilakukan. Laklakan dipanaskan sampai sudah dianggap cukup matang untuk ditempa. laklakan dikeluarkan dari jalikan prapen, diangkat dan diletakkan di atas landesan penguadan sambil diputar-putar oleh tukang sepit. Kemudian dipukul oleh tiga orang tukang tempa dengan dimulai oleh pemabah diikuti oleh pengelaung dan siduri, dengan menggunakan kekuatan pukulan yang sama dari 3 orang penempa tersebut, dan dilakukan sebanyak 15-20 kali pukulan dalam satu putaran laklakan.Ukuran cobekan bakal instrumen berpencon pada umumnya yang dibuat di Tihingan memiliki ukuran paling kecil dengan tinggi lambe 8cm atau 9cm. Kemudian semakin besar luas muka cobekan semakin tinggi pula ukuran lambe atau kaki yang dibuat. Perbedaan tinggi lambe antara satu dengan yang lainnya kurang lebih 1,5cm, karena setiap instrument berpencon memeliki ukuran yang berbeda antara satu dengan yang lainya. Proses ini dilakukan berulang-ulang sampai laklakan berubah bentuk yang awalnya menyerupai bentuk kue surabi atau bentuk gula Bali berubah menyerupai bentuk baskom yang disebut dengan cobekan. Setelah satu pembuatan cobekan selesai selalu diakhiri dengan penyepuhan cobekan tersebut. Proses ini dilakukan secara satu-persatu dimulai dari ukuran laklakan yang paling kecil ke ukuran lebih besar.
Tahap Membangun Moncol atau Ngemoncolin
Ngemoncolin pada dasarnya adalah melakukan pembentukan muka instrument yang berpencon yang menitik beratkan pada pembentukan moncol, instrumen perataan, merapikan, membuat garis lingkaran, dan membuat sudut pada bangun instrumen berpencon.
Tahap Ngelehan, Manggur dan Ngelaras
Ngelehang atau pemangguran merupakan tahapan yang dilakukan di luar prapen atau disisi. Pada proses ini dititikberatkan pada pembersihan dan penghalusan bagian sisi sambil melakukan penyeteman suara atau pelarasan.
Pelarasan/Matutang Instrumen Berpencon
Ngelaras atau matutang instrumen pencon pada hakekatnya adalah suatu proses yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, karena dalam proses ini mengandalkan kepekaan pendengaran yang disebut dengan meguru kuping yang disertai dengan kemampuan tafsir atau feeling, untuk menafsirkan dalam penyelarasan suara atau nada yaitu antara nada instrumen pencon yang dilaras dengan mengikuti petuding atau bentuk lain yang dipergunakan sebagai acuan, guna memperoleh suara instrumen pencon yang harmonis dan indah sesuai dengan laras yang dipakai.
Sekelumit cara-cara pembuatan gambelan Bali merupakan karangan dari I Nyoman Rembang (1984) merupakan sebuah buku yang banyak mengangkat bagai mana cara-cara pembuatan gamelan Bali baik yang menggunakan bahan dari besi maupun bahan dari kerawang, dalam buku ini memberikan gambara sekaligus sebagai setudi tentang bagaimana cara-cara pembuatan gamelan Bali. Buku ini member kita pemahan lebih dalam tentang gamelan Bali, materi yang dilaporkan disini tentang tehnik pembuatan gamelan dari kerrawang atau perunggu, bambu, membuat gerantang, suling dan lain sebagainya, tulisan yang serba singkat ini bertujuan membantu pembaca yang berminat melakukan pekerjaan membuat gamelan bali, selain itu juga menunjang sekolah yang ada kaitannya dengan pembuatan gamelan secara tradisional.