Berbicara tentang Banjar Pupuan pertama kita harus mengetahui tentang sejarah Desa Pupuan. Desa Pupuan adalah sebuah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Batukaru. berikut dapat diurai secara singkat sejarah Desa Pupuan sebagai pendahuluan, terlebih dahulu saya mencoba untuk mengutarakan PUPUAN dari segi asal kata yaitu : PUPUAN berasal dari kata PUPU yang artinya : PAHA, kemudian diberi imbuhan AN, maka menjadi PUPUAN.Pengertian PAHA ini sesuai letak / Denah Desa Pupuan ini adalah merupakan Paha dari Gunung batukaru.Kemudian ada juga yang menyebutkan nama Desa Pupuan, ini berasal dari kata PLUPUHAN yang berarti KUBANGAN .dilihat dari topografinya tepatlah bahwa Desa Pupuan itu berasal dari Kata Plupuhan, atau dengan kata lain Desa Pupuan dikelilingi oleh dataran tinggi.
Pupuan yang terletak didataran tinggi dengan luas wilayah 5,25 Ha yang terdiri dari 5 Banjar Dinas dan 5 banjar Adat serta 1 Bendesa Adat yang merupakan Desa Tua yang masih melaksanakan tata kehidupan dan upacara – upacara adat yang unik misalnya : setiap Purnamaning Kapat di Pura Kahyangan Puseh melaksanakan Upacara Piodalan dengan menampilkan tarian Rejang Deha Teruna.
Batas Batas wilayah Desa Pupuan meliputi :
Sebelah Utara : Desa Bantiran
Sebelah Selatan : Desa Sai.
Sebelah Timur : Desa Pujungan.
Sebelah Barat : Bantiran
Jumlah penduduk Desa Pupuan per-bulan Desember 2010 adalah 830 KK dengan 1592 penduduk Laki laki dan 1612 Penduduk Perempuan.
Kemudian sebagai kami sebutkan diatas maka hal tersebut terdapat dalam isi tulisan Prasasti bantiran yang terbuat dari Tembaga Wasa, yang saat ini disimpan / disungsung di Pura Puseh Desa Sading Kabupaten Badung.
Dalam Prasati tersebut dituliskan pada abad II ( Tahun caka 923 / tahun 1072 M dengan bahasa zaman Peralihan Bali Kuna, ke Jawa Kuno bahwa Desa Pupuan itu sudah ada
Sedang Banjar Pupuan adalah sebuah Banjar yang pertama terjadi atau terbentuk beberapa ratus tahun yang lalu yang semula jumlah penduduknya hanya mencapai ratusan KK dan sampai pada saat ini sudah berjumlah dua ratus lebih. Kalau dilihat dari segi perekonomiannya Banjar Pupuan tergolong sedang-sedang saja. Karena penduduknya mayoritas beragama Hindu dan sebagai mata pencaharian sebagian besar petani hanya sebagian kecil ada yang wirasuasta dan buruh.
Dilingkungan Banjar Pupuan juga terdapat beberapa tempat Suci sebagai bukti bahwa Banjar Pupuan adalah banjar yang pertama terberntuk yakni, ada Pura Dalem, Pura Tegal Penangsaran yang sampai saat ini menjadi sebuah kegiatan unutk melaksanakan keyakinan sebagai umat beragama. Dalam menunjang kegiatan-kegiatan tersebut juga terdapat kesenian/alat Seni Tabuh yaitu Gamelan Gong Kebyar, Angklung Kebyar. dan Kesenian sacral Mandolin yang pertama kali ada khusus di banjar Pupuan. Sampai saat kesenian Mandolin masih tetap aktif mengikuti kegiatan dalam acara Hut Kota Tabanan dan Pawai Pembukaan Pesta Kesnian Bali ( PKB ). Sedangkan dari kegiatan Sekhe Duka utamanya tentang kematian berjalan sebagaimana mestinya dan dari segi keamanan Banjar Pupuan sementara ini tergolong tentram,aman,damai. Tolenrasi dan komunikasi antar warga terjalin dengan baik, ini terbukti dengan setiap kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya masyarakat/wagra dapat hadir dengan serenta
Demikian pula di masing masing rumah tangga, perumahannya berpedoman kepada Tri mandala. Dipelemahan Hulu yaitu Tempat Sanggah, masih menunjukkan keasliannya yaitu membuat sanggah kemulan dari pohon dapdap sakti beratapkan ijuk. Palemahan perumahan situasinya sempit dan ngomplek dan palemahan teben tempat wewalungan . kesemuannya memang demikianlah diwariskan oleh para leluhur Desa Pupuan
Setelah sekian abad Keadaan Desa Pupuan, maka tibalah saaatnya sekarang setelah Baginda Raja mengumpulkan kembali Masyarakat Desa Pupuan dengan dibuka awig awig oleh Raja, karena hampir musnah , kehilangan penduduknya yang selalu suka berpindah pindah . maka ternyata Pupuan ini adalah daerah subur udaranya sejuk dengan tanaman Kopi, Cengkeh, Panili ,Padi dll. Yang merupakan Penghasilan utama Penduduk Desa Pupuan.
Adapun kesenian sacral yang ada di Desa Pupuan yaitu Tarian sakral Rejang Ayunan dan Baris Jajar.
Tarian ini di pentaskan sekali dalam setahun hal ini bekaitan dengan upacara piodalan di Pura Puseh ( Purnamaning Kapat ) kira kira bulan Oktober.Para penarinya adalah Sekaa Teruna –Teruni di wilayah Desa pekraman Pupuan dengan pakaian adat Bali (Metoros ) lengkap dengan membawa pusaka berupa Keris.Tarian ini dilaksanakan selama 2 hari, pada hari pertama dilaksanakan selama 3 kali putaran, kemudaian hari kedua selama 6 kali putaran yang kemudian ditutup dengan kegiatan berayunan yaitu para Deha Teruna bergiliran bergelantungan dibawah pohon cepaka [Yang berada di jaba Pura puseh yang samapai saat ini usia pohon tersebut tidak ada yang tahu karena setiap para tetua yang ada di desa di tanyakan soal Pohon iu menyatakan pohon itu sudah ada sejak dulu.]sambil menari diiringi dengan tetabuhan dan sorak sorai Daha Teruni…. Terahir salah seorang Deha Teruna memanjat Tali tersebut sampai keatas dimana dipohon tersebut telah tergantung Ketupat 1 Kelan [ 6 Biji ] dengan Ayam Bekaka serta Sebotol Arak setelah didapat kemudian makanan tersebut diambil dan dilempar ke bawah dan menjadi rebutan Daha Teruna –teruni yang lain.Tarian rejang Ayunan ini merupakan perlambang dari kegembiraan Penduduk menyambut panen serta rasa syukur atas segala limpahan berkah dari Ida sang Hyang Widhi Wasa ( berupa Pala Gantung, dan Pala Bungkah/ buah buahan dan umbi-umbian)
Baris Jajar.
Tarian Baris jajar ini di pentaskan sekali dalam setahu yaitu setiap Purnama kapat pioadalan di Pura Duur Kauh Kayu Padi. Tarian ini ditarikan oleh Deha Taruna berjumlah 7 orang penari khusus dengan kelengkapan penari berupa senjata Tombak. Tarian ini diyakini sebagai para prajurit Ida Bethara yang bertugas menjaga wilayah Desa pupuan dari hal-hal yang bersifat kurang baik secara niskala.