Sejarah Gamelan Gong Kebyar di Banjar Puseh, Angantaka, Abiansemal, Badung
Latar belakang
. Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu membangkitkan semangat.
Penyebaran Gong Kebyar di Bali, Indonesia dan Luar Negeri sangat luas dibanding barungan lain sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga professional yang mampu menggambarkan kandungan-kandungan elemen musik dalam gong kebyar untuk dipahami oleh para peminatnya. Mencuatnya reputasi gong kebyar di antara barungan-barungan gamelan lainnya di Bali tidak menjadi ekses negative bagi perkembangan barungan lainnya, malahan harus diakui bahwa gong kebyar memiliki karisma kemampuan berinteraktif yang tinggi di forum masyarakat musik tradisi dunia secara cemerlang. Sifat-sifat dan kepribadian Gong Kebyar menentukan dirinya berposisi sangat kuat, seperti ia: mempesona, menarik, menyentuh, bersahabat dan bersemangat tinggi.
Banjar puseh berada di desa angantaka kecamatan abiansemal, kabupaten badung. Sebelum saya memaparkan sejarah gamelan yang berada di banjar puseh desa angantaka , kecamatan abiansemal, kabupaten badung adalah terbentuknya sekehe gong “sruti budaya “yang merupakan sekehe demen, yang terdiri dari 26 orang. Diantaranya, :
- Ida Bagus Rai
- Ida Bagus Nyoman Parta
- I Made Badung
- Nang jumu
- Nang Sarni
- Kak sun (alm)
- Mangku puseh
- I Made Karbi (alm)
- Pan Reji
- Pan Ruki (alm)
- Pan Darna(alm)
- Nang Dapen(alm)
- Pan Karni
- Kak seni
- Pan Mastri
- Kak Man oka
- Kak Pan Kompeyang
- Kak Doglot
- Kak Bandung
- Pan Kawi
- Man jata
- Nang seni
- Pan sudana
- I Gusti Made Soma
- Nang Nasib
- Nyoman dedeg
Pada saat itu sekitar tahun 1960-an, pada waktu itu seke gong “Sruti budaya” belum mempunyai gamelan gong kebyar yang seperti sekarang ini , dulu krawangnya masih menggunakan bahan dari besi saja dan pelawahnya terbuat dari kayu tawas yang dulu dibeli dari penjualan gabah atau jijih (dalam bahasa bali) yang pada saat itu per sekehe mengeluarkan gabah 22 kg per sekehe dari penjualan gabah tersebut sekehe baru bisa membeli gong besi di desa blaluan, penarungan. Diantaranya:
- Ugal atau Giying 1 buah
- Gangsa atau Pemade 4 buah
- Gangsa kantilan 4 buah
- Jublag atau
- Calung 2 buah
- Jegog 2 buah
- Reyong 1 buah ( dengan 12 pencon )
- Kendang 1 pasang ( lanang wadon )
- Kajar 1 buah
- Kecek 1 buah
- Kempur 1 buah
- Gong 1 pasang ( lanang wadon )
Meskipun dalam keadaan barungan Gamelan Gong Kebyar itu belum sepenuhnya dapat dikatakan lengkap, karena masih ada beberapa instrument yang belum ada dalam barungan itu, seperti : Penyacah, Kempli, Terompong, Tawa – tawa, Rebab, Gentora, dan Suling. Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi makna dari barungan Gong Kebyar, tanpa adanya beberapa instrumen tersebut tabuh atau lagu dari Gong Kebyar tersebut sudah bisa dimainkan.
Dikarenakan sudah mempunyai gamelan yang siap untuk dimainkan, kemudian sekehe mulai memikirkan untuk mencari pelatih untuk mengajarkan menabuh disana. Berdasarkan hasil wawancara saya bersama ida bagus rai dan kak pan kompeyang bahwa pada saat itu mencari pelatih dari banjar tetangga yaitu di Banjar dalem, Saat itu ada dua (2) orang pelatih yang mengajarkan menabuh sekehe sruti budaya yang dulu tempat gamelanya berada dan berlatih gamelan tempatnya di rumah saya di gria betenan banjar puseh desa angantaka kecamatan abiansemal , kabupaten mangupura. diantaranya nama pelatih yang mengajar antara lain :
- I Gusti Ngrah Oka Broneng
v Nang Waris
Pada saat itu ke dua pelatih tersebut mengajarkan tabuh-tabuh lelambatan yang di pergunakan untuk piodalan di pura-pura atau ngayah megambel. Yang dimana mereka berdua mengajar setiap hari dan untuk membayar mereka berdua sekehe kembali mengelurkan hasil pertanian anggota-anggota sekehe untuk membayar pelatih yang melatih di sekehe sruti budaya.
Sekitar 7 tahun setelah itu sekitar tahun 1967 mulai membeli . Gamelan Gong Kebyar tersebut dibeli di tempat salah satu Pande (orang yang membuat gamelan) yang ada di Desa Tiyingan, Klungkung dengan dana yang bersumber dari hasil kerja atau meburuh (dalam bahasa bali ) di benua yang pada saat itu yang menjadi mandor disana aalah ida bagus rai yang pada saat itu juga menjadi kelian sekehe gong sruti budaya , dari hasil tersebut lah sekehe bisa membeli gong kebyar diantaranya:
Ugal atau Giying 1 buah
Gangsa atau Pemade 4 buah
Gangsa kantilan 4 buah
Jublag atau Calung 2 buah
Jegog 2 buah
Reyong 1 buah ( dengan 12 pencon )
Terompong 1 buah (dengan 10 pencon `)
Kendang 1 pasang ( lanang wadon )
Kajar 1 buah
Kempli 1 buah
Kecek 1 buah
Ceng-ceng kopyak 5 pasang
Kempur 1 buah
Gong 1 pasang ( lanang wadon )
yang bilahnya dari kerawang dan pelawahnya masih menggunakan pelwah dari gamelan besi tersebut. Sampai sekarangpun gamelan tersebut masih belum mempunyai rebab, suling , bende, dan penyahcah.
Satu tahun kemudian sekitar tahun 1968 kembali sekehe mencari pelatih di desa penatih, pohmanis dan sindu. Diantaranya yang bernama:
v I Gusti Ngr. Rai Bawa
v Pak Pedi
v Pak Patri
v Pak Renta
v I Made Ginastra
v Nym. Ngurah
Pada saat itu ke enam pelatih tersebut mengajarkan tabuh tari-tarian seperti oleg tamulilingan , kebyar duduk dll. yang di pergunakan untuk piodalan di pura-pura untuk mempersembahkan ilen-ilen untuk di pertontonkan ke masyarakat setempat.
Dan juga pada tahun 2000 pengngelingsir gria tegeh angantaka memberikan sumbangan berupa gong terhadap sekehe sruti budaya yng sampai sat ini gong tersebut maih dipakai oleh sekehe
Kondisi Gamelan
Pada saat itu, sekitar tahun 1970an pelawah dari gamelan gong kebyar yang berada di banjar puseh, desa angantaka kecamatan abiansemal, kabupaten Badung di ganti pelawahnya dengan kayu ketewel dan di ukir oleh ida bagus Gunung (alm) menurut ida bagus rai, kak pan kompyang dan anggota sekehe yang lainnya.
Pada tahun 1994 sekehe gong sruti budaya ngotel di hotel bali bits dimana menampilkan drama tari Ramayana dimana tidak mencari pelatih lagi dikarenakan dulu menurut pan sudana yang sekarang menjadi kelian sekehe menggantikan ida bagus rai, dimana tabuh-tabuh tersebut di dengarkan dari kaset-kaset dan sampai sekarangpun sekehe masih ingat dengan gending-gending Ramayana yang dulu mereka pernah pentaskan di hotel-hotel. Pada tahun 2005 sekehe gong sruti budaya sudah berhenti ngotel , dikarenakan terjadinya konflik antara pihak hotel dan pihak sekehe gong seruti budaya.
Dari hasil pementasan di hotel-hotel terebut akhirnya pelawah gamelan di cat ulang dan di prada oleh anggota sekehe gong sruti budaya itu sendiri dan beliau hanya meminta uang untuk membeli prada dan catnya saja dan upahnya pun beliau tidak terima sepeserpun. Dan pada tahun 2009 juga pelawahnya di cat ulang di karenakan sudah tidak keliatan jelas warna dari prada tersebut ddan kembali pelawahnya di cat dan di prada dan tukang peradanyapun sama yang memprada dulu
Sampai sekarang pun gamelan gong kebyar yang ada di banjar masih sangat terawat kondisinya, itu di karenakan penglingsir-penglingsir sekehe selalu memperhatikan gamelan tersebut dan membuatkan tempat gong di banjr karena dulu gong tersebut merupakan milik sekehe bukan banjar.
Melihat perjuangan para pendahulu yang telah berjasa dalam menghadirkan suatu gamelan di tengah segala keterbatasan. Maka ini bisa dijadikan suatu acuan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap hal tersebut dan sekarang adalah tugas generasi muda untuk melanjutkan perjuangan mereka sehingga apa yang menjadi tujuan awal dari hadirnya gamelan tersebut bisa tercapai dan tetap lestari sampai selamanya
Daftar Informan
Nama : Ida Bagus Rai
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Petani (mantan kelian sekehe gong sruti budaya )
Nama : Ida Bagus Nyoman Parta
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : wiraswasta (Anggota Sekehe)
Nama : Nang jumu
Umur : 70 tahun
Pekerjaan :petani (Anggota Sekehe)
Nama : Kak pan kompeyang
Umur : 69 tahun
Pekarjaan : petani (Anggota sekehe)
Nama : Pan sudana
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : staf kantor desa (kelian Sekehe gong sruti budaya )
Nama : Kak Seni
Umur :65 tahun
Pekerjaan :petani (angota sekehe)
Nama : kak Doglot
Umur : 67 tahun
Pekerjaan : petani (anggota sekehe)