UBIT-UBITAN SEBAGAI TEKNIK DASAR PERMAINAN GAMELAN
Posted Under: Tulisan
Istilah ubit-ubitan tertera dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karangan W.J.S. Poerwadarminta menyatakan kata ubit-ubitan adalah sebuah kata yang berasal dari daerah tertentu yang berarti menggerak-gerakan barang yang kecil-kecil, seperti nyala lampu. Dalam konteks permainan Gamelan Bali, istilah ubit-ubitan dimaksudkan sebagai sebuah tehnik permainan yang dihasilkan dari perpaduan system on-beat (polos) dan off-beat (sangsih). System sejenis itu disebut interlocking-figuration atau interlocking-parts yaitu figurasi yang saling mengisi dalam lagu. Di beberapa daerah sub budaya Bali menggunakan istilah ubit-ubitan sejajar dengan istilah kotekan, cecandetan, dan torekan. Di dalam lontar prakempa system ubit-ubitan, kotekan, dan cecandetan disebut sebagai system tetorekan. Torek berarti mencoret, dimaksudkan sebagai sebuah permainan gamelan dengan mencoret nada-nada yang dibutuhkan secara silih berganti saling mengisi ketukan yang kosong.
Hampir di setiap jenis barungan gamelan di Bali memiliki ubit-ubitan tersendiri, satu sama lain sangat berbeda wujudnya. Pada periode belakangan ini gamelan Gong Kebyar banyak meminjam pola ubit-ubitan dari gamelan Gender Wayang dan Gamelan Gambang, sehingga sering terdengar dalam lagu kebyar, suatu sekwen yang dinamakan gegenderan dan gegambangan. Demikian juga gamelan Gong Kebyar telah mempengaruhi gamelan lain seperti Angklung dan Gong Gede menjadi kekebyaran. Berikut adalah 14 jenis nama ubit-ubitan yang oleh almarhum I Gusti Putu Made Gria dan almarhum I Nyoman Kaler.
BEBARU
Bebaru “baru” berarti seorang tokoh pengiring pendeta. Awalan “ba” menunjukan suasana ber-iringan. Bebaru ini mengambarkan motif ubit-ubitan yang beriringan, yang mana terdapat bebrapa nada sebagai penuntun dari iringan-iringan tersebut.
ALING-ALING
Arti dari istilah aling-aling adalah penghalang. Kata aling-aling ini dimaksudkan sebagai system polos dan sangsih yang saling menghalangi, menutup semua point-point yang seharusnya tersedia di dalam lagu itu.
KABELIT
Istilah kabelit yang berarti membandel merupakan sebuah ubit-ubitan yang berpangkal pada sebuah melodi atau tema lagu gegaboran yang memiliki 4 (empat) ketuk dalam satu kempul atau gong.
KABELET
Istilah kabelet berasal dari kata “belet” mendapat awalan “ka” berarti terhalang, kehabisan akal atau tak menemui jalan keluar. Ubitan kabelet berpangkal pada lagu Gegaboran Legong Kraton yang mana lagu-lagu itu dapat diulang-ulang sesuai dengan kebutuhan.
KABELET NGECOG
Istilah “kabelet ngecog” terdiri dari dua kata yaitu “kabelet” yang berarti terhalang dan kata “ngecog” berarti melompat. Istilah ini diberikan sebagai sebuah nama ubit-ubitan yang pada dasarnya terdiri dari dua karakter yaitu karakter terhalang dan melompot.
OLES-OLESAN
Tehnik oles-olesan atau memoles ini dilaksanakan dengan cara memukul tanpa bertekanan keras berbeda dengan tehnik-tehnik yang lain yang mana setiap pukulan nada ditandai dengan ritme staccato terputus-putus dengan tekanan berat.
UBITAN NYENDOK
Dalam konteks ubitan nyendok kata ini memilki pula konotasi menyentuh satu nada berturut-turut duakali seperti Nampak dalam pukulan. Bentuk ubit-ubitan ini cukup sederhana yaitu berkali-kali namun pola ini dapat diulang-ulangan.
NYALIMPUT
Ubitan “nyalimput” berpangkal pada sebuah gilak, yaitu sebuah ostinato yang terdiri dari 8 ketuk. Kata “nyalimpud” kesan yang ditambahkan dalam hal ini adalah kaki tersandung akibat terjelat tali dan hal ini membuktikan dengan bentuk ubitan nyalimput yang pada frase terakhir dari sebuah motif.
NYALIMPED
Kata “limped” yang berarti belit dan mendapat awalan “nya” menjadi nyalimped, digunakan sebagai istilah untuk memberikan nama kepada sebuah ubit-ubitan yang cukup bebelit motifnya.
GAGELUT
Secara harfiah kata “gagelut” berarti sebuah istilah yang digunakan untuk memberi nama kepada system polos sangsih yang motif ubitannya sangat ketat.
GAGULET
Ubitan gagulet berpangkal pada sebuah lagu bapang yang terdiri dari 4 ketuk dalam satu gong.
TULAK WALI
Ubit-ubitan tulak wali yang artinya system polos-sangsih “bolak-balik” mengandung beberapa pengertian yang menarik untuk di perhatikan. Hal ini menjadi bukti bahwa pukulan polos dan sangsih bisa bolak-balik tempatnya tidak tergantung pada satu peraturan yang mana polos dimainkan oleh isntrumen pengumbang, saja dan sansih dimainkan pada instrument pengisep.
ALING-ALING CUNGUH TEMISI
Ubit-ubitan “aling-aling cunguh temisi” bersumber pada lagu gegaboran yang menggunakan 8 ketuk dalam satu gong. Kata “aling-aling cunguh temisi” berarti “menghalang-halangi sebagai dampak pada hidup siput”.
GEGEJER
Kata gegejer diduga berasal dari kata “gejer” mendapat awalan “ga” berarti gemetar atau bergerak. Istilah ini digunakan untuk memberi nama kepada sebuah ubit-ubitan yang prinsip permainan nada-nadanya dilakukan dengan cara “menggetar-getarkannya”