Banjar Pemebetan Kapal

This post was written by ekosattvika on Juli 12, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

BANJAR PEMEBETAN

 

Banjar Pemebetan adalah balai Banjar yang terletak di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Banjar ini memiliki struktur bangunan yang strategis, mempunyai tanah yang cukup luas. Banjar ini di renofasi dan di bangun pada tahun 1994. Banjar Pemebetan memiliki satu barungan gamelan Gong Kebyar dan satu barungan gamelan Baleganjur. Di Banjar Pemebetan ada beberapa sekha, yaitu diantarinya : Sekha Kidung, Sekha Gong, dan Sekha Baleganjur. Masing – masing sekha tersebut memiliki nama sekha dan seorang kelihan atau ketua. Sekha gong dan sekha Baleganjur banjar Pemebetan bernama PUSPA WERDHI. Sekha gong ini di kelihani atau diketuai oleh bapak I Ketut Budiasa. Sedangkan sekha Kidung banjar Pemebetan bernama SITANSU. Sekha Kidung ini dikelihani atau diketuai oleh bapak I Nyoman Murdana.  Diantara sekha-sekha yang tercantum di atas, sekha yang paling menonjol saat ini adalah sekha Gong dan sekha Kidung.

Kenapa saya katakan demikian, karena kedua sekha ini aktif di masyarkat, dimana sekha ini salalu menyempatkan diri untuk ngayah di Pura-Pura yang ada di seputaran Desa Kapal, dan wajib ngayah di Khayangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem). Sekha Baleganjur juga tidak kalah populer di masyarakat, karena dahulu sering mendapatkan juara dalam ajang lomba Baleganjur se-Kabupaten Badung dan se – Bali. Namun pada saat ini sekha Baleganjur perlu di bentuk kembali, karena sekha yang dahulu sudah lanjut usia. Disebuah Banjar, ada yang dinamakan Banjar Adat dan Banjar Dinas.

Di Banjar Adat ada seorang ketua atau Kelian Adat dan di Banjar Dinas juga ada seorang ketua atau Kelihan Dinas. Banjar Adat adalah Banjar yang mengatur tentang upacara adat, dimana adat terbut harus di patuhi, seperti upacara Pengabenan, Pernikahan, Ngayah di Pura Khayangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem). Sedangkan Banjar Dinas adalah Banjar yang mengatur tentang Kependudukan, seperti jumlah penduduk pendatang yang tinggal di seputaran Banjar Pemebetan, mengurus KTP, dan mengurus tentang jumlah kelahiran yang ada di Banjar Pemebetan.

Jumlah kepala keluarga di Banjar Pemebetan adalah 152 kepala keluarga. Di Banjar Pemebetan juga ada yang dinamakan Sekretariat PKK, dimana anggota tersebut seluruhnya wanita. Jumlah PKK di Balai Banjar Pemebetan yaitu 152 orang. Di sebuah banjar ada juga perkumpulan pemuda dan pemudi yang sering dinamakan Sekretariat STT (Sekha Truna Truni) dimana anggotanya berjumlah 110 orang, Pemudanya berjumlah 64 orang dan Pemudinya berjumlah 46 orang. Nama Sekretariat STT (Sekha Truna Truni) di Banjar Pemebetan yaitu Taruna Karya, yang berarti kepemudaan yang selalu berkarya dan membuat inovasi – inovasi atau kreasi baru didalam masyarakat.

STT Taruna Karya juga memiliki ketua atau kelihan. Nama kelihan STT yang masih menjabat saat ini adalah I Gede Agus Adinatha Aryandana. Sekretariat STT ini juga miliki kegiatan rutin setiap bulan yaitu rapat arkhir bulan, dimana rapat tersebut membahas tentang kegiatan setiap bulannya dan bagaimana caranya untuk di bulan yang akan datang supaya lebih baik dari bulan sebelumnya. Di Banjar Pemebetan ini juga terdapat sebuah koperasi yang bernama koperasi Pemebetan.

Adanya Banjar Pemebetan di tengah-tengah masyarakat turut menyertai rasa suka cita anak yang seiring bertambahnya usia mereka, akan ikut meningkatkan kesadaran akan pentingnya Banjar sebagai ruang diamana terdapat beragam aktivitas yang dipenuhi macam-macam kreasi. Dari sisi lain, tergambar bahwa anak dapat secara langsung mempraktikan kegiatan budaya seperti menari, memainkan alat musik, memainkan permainan tradisional, serta dapat pula mengetahui kegiatan-kegiatan keagamaan, dan tata cara pelaksanaannya di pura-pura sekitaran Banjar. Bahkan tidak jarang Banjar digunakan sebagai tempat berlangsungnya ajang kompetisi berbasis budaya lokal, misalkan kompetisi tari, tabuh, macepat, dan yang lainnya dimana keseluruhan pesertanya merupakan anak-anak yang telah dilatih di Balai Banjar itu sendiri, yang diselenggarakan oleh pemuka-pemuka adat, dan bekerja sama dengan masyarakat. Namun pada dasarnya, ajang tersebut hanya digunakan sebagai penanaman konsep budaya pada anak, selain untuk memicu semangat kompetitif. Itu karena, dengan diadakannya ajang tersebut, maka anak secara langsung dianggap mampu menguasai masing-masing aspek sesuai jenis kompetisi yang mereka ikuti.

Sedangkan di luar kompetisi, anak biasanya memainkan beberapa permainan tradisional yang sudah dikenal secara turun temurun. Berbeda dengan permainan-permainan gaya karnaval, permainan tradisional lebih mengandalkan pikiran disamping kesenangan. Terkadang terdapat unsur olahraga dalam permainan, tapi secara keseluruhan tidak murni olahraga. Terdapat pula tembang-tembang pengiring anak bermain yang merupakan lagu khas daerah. Biasanya anak memainkan permainan seperti meong-meongan, concok, degdeg, jejangeran, dan masih banyak yang lainnya. Dengan demikian, selain mendapat kesenangan, anak dapat memupuk tali persaudaraan antarsesama, juga mempertahankan permainan tradisional yang merupakan bagian dari budaya lokal. Dengan disadari bahwa Banjar sangat berperan sebagai ruang pengenalan budaya kepada anak, juga berarti bahwa Banjar dapat dijadikan sebagai tempat bersosialisasi anak dalam menyikapi masuknya budaya-budaya asing yang dapat menggoyahkan budaya lokal.

 

Comments are closed.

Previose Post: