Gonng Kebyar
Posted Under: Tak Berkategori
Pengertian Gong Kebyar
Seni Kebyar dibentuk oleh dua suku kata yaitu “seni” dan “kekebyaran”. Seni adalah ekspresi jiwa dari seniman yang diwujudkan menjadi bentuk kesenian tertentu. Kekebyaran berasal dari kata kebyar yang berarti letupan atau sinar memancar dengan tiba-tiba sehingga dapat membuat kita terkejut. Seni kebyar pada awalnya lahir sebagai sebuah ekspresi musikal berupa tetabuhan dengan bunyi keras yang datang secara tiba-tiba, menggelegar dan meledak-ledak. Musik kebyar pertama kali muncul di Desa Bungkulan sekitar tahun 1914. Musik kebyar muncul akibat pengaruh dari musik jazz, sebagai unsur musik barat yang diperkenalkan ke Bali melalui daerah Buleleng. Hal ini membuktikan bahwa gong kebyar telah mengalami proses globalisasi dari sejak awal kelahirannya. Sejak tahun 1930-an seni kebyar telah tersebar ke seluruh Bali dan menjadi pertunjukan yang sangat digemari masyarakat sehingga secara tidak langsung menggeser keberadaan barungan-barungan gamelan kuno yang dilebur menjadi barungan gamelan gong kebyar. Selain seni kebyar ada pula Gambelan gong kebyar merupakan suatu jenis gambelan yang tergolong ke dalam golongan baru atau muda. Tidak hanya itu, gamelan ini juga merupakan suatu bentuk seni pertunjukan yang paling popular di Bali. Oleh sebab itu gambelan gong kebyar berkembang dan tersebar hampir ke seluruh pelosok Pulau Bali. Sebagai perkembangan dari gong gede, gong kebyar banyak dipengaruhi oleh pelegongan yakni dengan masuknya unsur “otek-otekan” dalam Gong Kebyar. Kebyar dapat pula berarti bunyi yang timbul akibat dari pukulan instrumen gamelan secara keseluruhan, sedangkan Colin McPhee menyebutnya sebagai suara yang memecah secara tiba-tiba bagaikan pecah atau mekarnya sekuntum bunga2 . Oleh karena itu sudah sepantasnya gamelan yang mengandung karakter kebyar ini disebut gamelan kebyar, gong kebyar, atau gamelan gong kebyar. Dengan demikian kekebyaran memiliki arti sebuah lagu yang menggunakan gong kebyar sebagai media ungkap. Sajian gending yang menggunakan gong kebyar memiliki karakterisasi keras, lincah agresif, dan sejenisnya. 3 Popularitas dan fleksibilitas gamelan gong kebyar menyebabkan refortoar dari barungan gamelan gong luang juga bisa disajikan melalui gong kebyar. Tentu saja karakter gending yang disajikan akan berbeda dengan gending yang disajikan melalui gong luang. Gending-gending leluangan yang menggunakan gong kebyar sebagai media ungkap memiliki nuansa gembira. Namun demikian, nuansa-nuansa ritual yang terkandung dalam gending-gending leluangan tidak hilang. Ada suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Tembawu yaitu melaksanakan upacara piodalan di Pura Kahyangan Tiga. Upacara tersebut jatuh setiap 6 bulan sekali dalam hitungan Wuku Bali. Ditengah-tengah melakukan upacara piodalan, masyarakat Desa Adat Tembawu menggunakan media gamelan sebagai iringan upacara. Transformasi gending leluangan ke dalam gong kebyar menjadi ciri khas gending.
2.2 Fungsi Gong Kebyar
1. untuk mengiringi tari kekebyaran
2. mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan, palegongan maupun jenis gending yang lainnya.
3. salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama seperti misalnya mengiringi tari sakral, maupun jenis tarian wali dan balih-balihan.
2.3 Karakteristik Gong Kebyar
Gong Kebyar sebagai barungan gamelan yang tercetus di baliutara sekitar tahun 1915 memiliki karakter yang multi karakter. Keras,enerjik, bisa juga lembut, agung, hikmad, dan berbagai karakter bisa didapatkan dalam barungan ini. Sehingga barungan gong kebyardikatakan sangat pleksibel. Beberapa karakter dan fungsi gong kebyardapat di sampaikan sebagai berikut:
1. Bersifat praktis
2. Bisa untuk sajian gending pategak instrumental (lelambatanmaupun kakebyaran)
3. Untuk iringan tari/dramatari: patopengan, bebarongan,palegongan, pearjan dll.
4. Kususnya untuk iringan tari kakebyaran
5. Sanggup mentranspormir repertoar ensamble-ensamble lain
6. Mengundang aksi penampilan secara tidak terbatas.
7. Sebagai sarana diplomasi kebudayaan melalui misi kesenian, yanghampir setiap lawatan ke manca Negara memakai gong kebyar,bahkan telah banyak Negara lainnya di dunia memiliki perangkatini.
8. Gong Kebyar memiliki sifat pleksibelity yang tinggi.
2.4 Struktur Gong Kebyar
Gong Kebyar merupakan salah satu perangkat/barungan gambelan Bali yang terdiri dari lima nada ( panca nada ) dengan laras pelog, tetapi tiap-tiap instrument terdiri sepuluh bilah.
Gong Kebyar bagi masyarakat Bali sudah tidak asing lagi, karena hampir seluruh desa maupun banjar yang ada di Bali memiliki satu perangkat/ barungan Gong Kebyar. Oleh karenanya gong kebyar menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika dibandingkan dengan jenis-jenis gambelan yang ada saat ini seperti misalnya, gambelan Gambang, Gong Gde, Slonding, Semara Pegulingan dan masih banyak yang lainnya.
Barungan gong kebyar terdiri dari :
• Dua buah (tungguh) pengugal/giying
• Empat buah (tungguh) pemade/gansa
• Empat buah (tungguh) kantilan
• Dua buah (tungguh) jublag
• Dua buah (tungguh) Penyacah
• Dua buah (tungguh) jegoggan
• Satu buah (tungguh) reong/riyong
• Satu buah (tungguh) terompong
• Satu pasang gong lanang wadon
• Satu buah kempur
• Satu buah kemong gantung
• Satu buah bebende
• Satu buah kempli
• Satu buah (pangkon) ceng-ceng ricik
• Satu pasang kendang lanang wadon
• Satu buah kajar
2.5 Populernya Gong Kebyar Wanita
Gamelan Gong Kebyar sebagai sebuah ciptaan baru abad XX tidak saja dimainkan oleh para penabuh pria , namun sejak tahun 1980 seka Gong Kebyar Wanita lahir di Desa Kayumas Kaja, Kota Denpasar dibawah pimpinan Ni Ketut Suryantini dan kakaknya, I Wayan Suweca. Seka Gong Kebyar Wanita yang diberi nama Puspasari memberi stimulant lahirnya Gong Kebyar Wanita di Bali. Kelahiran Gong Kebyar Wanita itu tak dapat juga dilepaskan dari berdirinya Konservatori Karawitan Indonesia ( KOKAR ) Bali pada tahun 1960 yang memberi pendidikan gamelan kepada siswa pria dan wanita.
2.6 Populernya Gong Kebyar Anak-anak
Selain makin populernya Gong Kebyar Wanita sejak era 1980-an , lahir pula sebuah perkumpulan Gong Kebyar Anak-anak. Kebiasaan anak-anak untuk menonton dan bermain-main gamelan di sebuah balai desa, mencontoh para penabuh yang lebih dewasa, memberi keterampilan untuk membentuk diri mereka sebagai sebuah grup. I Komang Sudirga sebagai pemain gamelan gong kebyar anak-anak juga telah melakukan pementasan pada tahun 1980 untul mengiringi dolanan anak-anak yang temanya diambil dari cerita Ni Diah Tantri. Pada tahun 1987 , ASTI Denpasar mengirim sebuah grup gong kebyar anak-anak ke Osaka,Jepang dalam rangka mengikuti Asian Children Festival yang pementasannya langsung di Osaka Exposition Land. Grup sejenis yang dibentuk Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, juga dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti Los Angeles Festival dan Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat