Resensi Buku Gong: Antologi Pemikiran

Posted by Arsa Wijaya on April 05, 2012
Tulisan

Dalam buku Gong: Antologi Pemikiran, termuat 16 himpunan tulisan yang di buat oleh I Wayan Rai S dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir. Pada mulanya artikel yang dihimpun dalam buku ini dibuat untuk kepentingan yang berbeda yaitu: ada yang ditulis untuk surat kabar, jurnal ilmiah, matrikulasi program studi, orasi ilmiah, seminar akademik, serta ada pula untuk seminar nasional dan internasional. Oleh karena itulah maka bentuk, isi, seta penyajiannya sangat bervarasi. 16 himpunan tulisan tersebut, yaitu:

  1. 1.      Sekitar Garapan Padu Arsa

Munculnya garapan Padu Arsa ini bermula dari adanya keinginan I Wayan Rai S untuk membuat sebuah karya musik (karawitan) yang instrumentasinya terdiri dari alat-alat musik bambu. Untuk itu I Wayan Rai S mulai mengumpulkan beberapa instrumen seperti suling Bali (dari berbagai jenis ukuran), guntang, timbung, suling Sunda; sadam (Sumatera), dan sebuah alat tiup bambu pemberian Hans Van Koolwijk.

  1. 2.      Peranan Teknologi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Dolanan

Teknologi akan membuat perubahan yang sangat pesat, makin canggih teknologi itu makin cepatlah perubahan terjadi. Hal itu memang tidak bisa dihindari, namun yang harus dijaga hendaknya kita harus bisa memanfaatkan produk-produk teknologi itu ke arah yang positif. Dolanan, sering pula disebut gending rare, sekar rare merupakan salah satu warisan budaya kita yang harus kita jaga kelestariannya di jaman teknologi mutakhir ini. Produk-produk teknologi canggih dewasa ini akan sangat membantu kita dalam usaha penyelamatan dan pengembangan dolanan pada masa-masa mendatang.

  1. 3.      Legong Keraton Kuntir

Legong Keraton Kuntir mengisahkan tentang Aribang dan Arikuning sedang merebut Cupu Manik Astagina sehingga wujud mereka berubah menjadi kera yang kemudian bernama Subali dan Sugriwa.

  1. 4.      Gamelan Jegog: Tinjuan Terhadap Beberapa Aspeknya

Gamelan Jegog merupakan salah satu perangkat gamelan Bali yang bilah-bilahnya terbuat dari bambu. Tiap-tiap tungguh instrumen yang membangun perangkat Jegog itu sendiri terdiri dari delapan bilah yang tergantung sedemikian rupa pada pelawahnya, dimainkan dengan dua buah panggul baik terbuat dari kayu maupun karet. Jegog memakai laras Pelog empat nada.

  1. 5.      Gamelan Semara Winangun

Dalam penggarapan Sendratari, biasanya menggunakan dua sampai tiga barung gamelan. Karena adanya hal tersebut, maka dalam memainkannya penabuh itu harus berpindah-pindah. Melihat kenyataan ini maka timbul ide dari I Wayan Beratha untuk membuat gamelan baru dengan jalan menggabungkan dua jenis (barung) gamelan menjadi satu. Gamelan yang dipadukan adalah gamelan Gong Kebyar dan Semar Pagulingan Saih Pitu yang menghasilkan gamelan yang membanggakan dan fleksibel yaitu gamelan Semara Winangun.

  1. 6.      Incep-incepan Tingkat dalam Menabuh Gamelan Bali: Resik, Rontong, dan Romon

Incep merupakan istilah yang sering dipakai untuk menyebutkan hasil tabuhan yang kompak dan rapi. Resik merupakan incep-incepan pada tigkat yang paling baik. Rontong artinya kurang rapi. Romon berarti kotor, dikaitkan dengan incep-incepan, romon merupakan urutan palig bawah.

  1. 7.      Baro, Bero, dan Pemero

Baro merupakan nama sebuah patet (mode) dalam gamelan Gambuh. Bero berarti tidak cocok dengan laras tertentu (false). Pamero merupakan sebuah istilah untuk menyebutkan suatu nada (terdapat dua pamero, yaitu Pamero Pokok dan Pamero Cengkok).

  1. 8.      Perkembangan Genggong Sebagai Seni Pertunjukan

Genggong yang semula merupakan instrumen tunggal dalam perjalanan sejarah kemudian berkembang menjadi sebuah barungan. Genggong lebih banyak berfungsi sebagai seni balih-balihan. Pada masa yang lalu juga pernah digunakan dalam rangkaian upacara perkawinan. Selain itu, Genggong juga dimainkan dalam rangkaian upacara potong gigi dan ngaben, dan yang paling sering adalah untuk konsumsi para wisatawan.

  1. 9.      Laras Genggong dan Hubungannya dengan Laras Slendro Empat Nada di Bali

Nada-nada ndeng, ndung, ndang, dan nding tersebut menunjukan lasar Slendro empat nada. Hal itu bisa dibuktikan lewat sruti dari nada-nada tersebut sebagaimana terlihat dari Chart. Penelitian ini membuktikan bahwa laras Genggong memang benar mempunyai hubungan yang erat dengan laras slendro empat nada di Bali.

  1. 10.  Peranan Sruti dalam Pepatutan Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu

Sruti memegang peranan yang sangat penting dalam pepatutan gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu. Sruti yang baik akan menghasilkan embat yang baik. Dengan embat yang baik maka akan berhasil pula dicapai kelima patutan yang ada.

  1. 11.  Rwa Bhineda Dalam Berkesenian di Bali

Kita ketahui bersama bahwa dalam kesenian Bali Rwa Bhineda itu adalah konsep yang menuju kearah keseimbangan, sehingga akan menghasilkan sebuah kekuatan yang estetis. Oleh karena itu diharapkan bahwa melalui pemahaman konsep Rwa Bhineda sebagaimana tercermin dalam kesenian Bali khususnya, kita dapat lebih memantapkan integrasi bangsa.

  1. 12.  Seni Musik Dalam Konteks Pariwisata

Seni musik mempunyai kaitan yang sangat erat dengan industri pariwisata. Nampaknya hal yang sangat perlu ditekankan adalah bagaimana caranya agar industri pariwisata yang dibangun itu benar-benar dapat memberikan devisa kepada negara dan memperkaya perkembangan musik itu sendiri.

  1. 13.  Perkembangan Pariwisata: Perwujudan Interkoneksitas Multi-Disipliner

Yang dimaksud dengan “Seni Wisata” adalah suatu bentuk kesenian yang telah dikemas secara khusus untuk kepentingan wisata. Untuk dapat menghasilkan kemasan seni wisata yang baik dan benar bukanlah suatu hal yang mudah sebab membutuhkan SDM yang handal mulai dari art director, koreografer, komposer, art management, artists, dan lain-lainnya.

  1. 14.  Gong Kebyar: sebagai Salah Satu Sumber Inspirasi Karya Baru

Gong Kebyar telah terbukti sebagai salah satu sumber inspirasi bagi seniman dan sarjana, baik dalam maupun luar negeri. Berkat inspirasi tersebut berbagai bentuk karya seni telah terwujud. Disamping itu bebrapa tulisan ilmiah berupa disertasi, tesis, laporan penelitin, artikel, dan paper telah sampai ke tangan kita sehingga menambah wawasan kita “tentang dan sekitar” Gong Kebyar.

  1. 15.  Baris Cina: A Case Study of Acculturation in Balinese Music and Dance

In the village of Renon, located near a harbour in south Bali, there is a trance ceremony unique to thr island, wich is well known since the time of Jane Belo ang Margaret Mead (1930’s). the ceremony is very unusual because of thr diversity of influences it displays, namely Balinese, Javanese, hinese, Europen, Hindu, Buddhist, and remarkbly, Islamic elements. Baris Cina is an essential tradition in Renon village. As ritual dance, it has persisted from generation to generation, because it is believed that Bais Cina represents their “Pengayom Jagat” or Protector of the Universe.

  1. 16.  Trasformasi Babad Dalam Seni Pertunjukan Bali

Babad merupakan sebuah karya sastra sejarah yang telah lama ditrasformasikan ke dalam seni pertunjukan Bali. Konteks transformasi disini adalah karya Babad itu dirubah bentuk penampilannya, situasi atau karakternya untuk selanjutnya diekspresikan ke dalam benuk seni pertunjukan.

Dari  himpunan tulisan di atas, tulisan yang berjudul Gamelan Jegog: Tinjuan Terhadap Beberapa Aspeknya menurut saya paling menarik karena menulis gamelan Jegog yang hanya berkembang di Kabupaten Jembrana saja. Selain itu, tulisan tersebut nantinya bisa berguna dalam pembuatan Tugas Akhir.

Gamelan Jegog dibuat oleh Kiyang Gliduh dan diperkirakan muncul pada tahun 1912 di Desa Dangin Tukad Aya. Sebagaimana dilaporkan oleh B. de Zoete dan Walter Spies pada tahin 1930-an mereka melihat pertunjukan Jegog di Jembrana. Kelengkapan perangkat gamelan Jegog pada waktu itu terdiri dari 20 tungguh instrumen bambu dari berbagai ukuran. Pertunjukan Jeegog itu juga dilengkapi dengan tari-tarian. Sejalan dengan perkembangan, maka instrumennya pun mulai dilengkapi dengan alat-alat seperti Kendang, Ceng-ceng, Rebana, dan Suling. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah jaman kemerdekaan, Jegog mulai mengalami masa pasang surut. Namun berkat kerja keras dari para seniman, pemerintah dan masyarakat, khususnya pecinta Jegog, kekhawatiran yang sempat menghantui kita kini telah terjawab. Dewasa ini telah banyak gending-gending Jegog bermunculan baik itu iringan tari, tabuh pategak bahkan experimen-experimen baru.

Apabila kita perhatikan laras Jegog itu maka kita akan mendapatkan hal yang sangat unik. Jegog terdiri dari empat nada dalam satu oktafnya, yaitu dong, deng, dung, ding (4, 5, 7, 3). Dengan urutan nada-nada tersebut, apabila kita bertitik tolak dari laras pelog maka akan didapatkan sruti sebagai berikut: dong ke deng adalah pendek, deng ke dung adalah panjang (karena melewati satu pamero), dung ke ding paling panjang, karena melewati nada dang dan pamero. Dong, deng, dung, ding merupakan urutan nada Jegog yang biasa diucapkan di Jembrana. Tetapi apabila kita dengarkan laras Jegog itu nampaknya diucapkan dung, dang, ding, deng dalam laras Pelog biasa. Karena keunikannya inilah laras Jegog cenderung disebut laras Pelog.

Satu barungan gamelan Jegog terdiri dari 14 buah instrumen, yaitu satu buah Patus Barangan, dua buah Pengapit Barangan, satu buah Patus Kancil, dua buah Pengapit Kancil, satu buah Patus Swir, dua buah Pengapit Swir, dua buah Celuluk/Kuntung, dua buah Undir, dan satu buah Jegog.

Gamelan Jegog lebih banyak berfungsi sebagai seni hiburan, misalnya untuk memeriahkan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, makepung (lomba balap kerbau), mebarung, atraksi pencak silat dalam bentuk akrobat dan belakangan ini juga dipentaskan untuk para wisatawan. Disamping itu Jegog juga dipakai sebagai sarana untuk memanggil orang-orang (desa) untuk melakukan gotong royong misalnya nyucuk.

Gending-gending Jegog ada yang berbentuk instrumentalia dan ada pula gending iringan baik iringan tari maupun vokal (kombinasi vokal dan instrumental). Adapun beberapa nama gending Jegog itu adalah Truntungan Pengawit, Goak Ngolol, Kebyar Ndung, Gegilakan, Tabuh Paket bali, dan sebagainya.

Artikel atau tulisan tentang Gamelan Jegog: Tinjuan Terhadap Beberapa Aspeknya ini memang penting untuk dibaca dan dipelajarai, karena akan sangat bermanfaat sekali bagi para seniman untuk mengetahui gamelan Jegog yang hanya berkembang di Kabupaten Jembrana saja.

56 Comments to Resensi Buku Gong: Antologi Pemikiran