Monthly Archives: Desember 2011

Komentar Video Unholy Confession

Posted by Arsa Wijaya on Desember 20, 2011
Tulisan / 1 Comment

Avenged Sevenfold adalah grup musik yang beraliran heavy metal yang dibentuk di Huntington Beach, California pada tahun 1999. Personilnya terdiri atas M. Shadows (vocal), Synyster Gates (lead guitar), Zacky Vengeance (guitar), Johnny Christ (bass), dan The Rev (drum). Serta dua mantan personilnya Dameon Ash dan Justin Sane yang telah hengkang dari grup ini. Pada 28 Desember 2009, Avenged Sevenfold berduka karena sang drummer, The Rev telah  meninggal dunia. Avenged Sevenfold kini telah kehilangan drummer terbaiknya. Kini personil Avenged Sevenfold hanya terdiri dari empat orang saja. Meskipun demikian, aktivitas band ini tetap berlanjut dengan bantuan mantan drummer Dream Theater, Mike Portnoy untuk menggantikan sementara posisi The Rev.

Avenged Sevenfold memiliki 6 album, yaitu “Sounding The Seventh Trumpet” dengan 13 lagu yang dirilis tahun 2001, “Waking The Fallen” dengan 12 lagu yang dirilis tahun 2003, “City of Evil” dengan 11 lagu yang dirilis tahun 2005, “Avenged Sevenfold” dengan 10 lagu yang dirilis tahun 2007, “Diamond in The Rough” dengan 9 lagu yang dirilis tahun 2008, dan yang terakhir adalah “Nightmare” dengan 10 lagu yang dirilis tahun 2010. “Nightmare” merupakan satu-satunya album yang dirilis tanpa drummer The Rev, namun digantikan oleh additional player yaitu Mike Portnoy.

Unholy Confession merupakan salah satu lagu andalan dari Avenged Sevenfold yang merupakan bagian dari albumnya yang kedua yaitu “Waking The Fallen” yang dirilis tahun 2003. Unholy Confession merupakan lagu yang mengekspresikan tentang sebuah pengakuan. Selain dalam wujud audio, Avenged Sevenfold juga mempunyai video dari lagu Unholy Confession ini. Dalam video Unholy Confession ini, pastinya banyak kekurangan dan kelebihan, maka dari itu saya akan mencoba untuk mengungkapkannya.

Banyak aspek yang mendukung untuk terbentuknya sebuah video yang ideal untuk dipertontonkan, diantaranya adalah teknik pengambilan gambar, lighting (tata lampu), dan sound system. Semua aspek tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan layak atau tidaknya sebuah video itu dipertontokan. Untuk membuat sebuah video yang baik, diperlukan sebuah keseriusan. Video yang baik tentunya dilakukan dengan teknik pengambilan yang baik, lighting (tata lampu) yang baik dan cukup terang serta sound sytem yang baik dan terdengar balance.

Ada beberapa hal yang perlu saya komentari dari video Unholy Confession ini, yaitu dari aspek teknik pengambilan gambar, lighting (tata lampu), dan sound sytem.

Pertama, dalam hal teknik pengambilan gambar, memang sudah cukup baik. Namun ada sedikit kekurangannya, yaitu pengambilan gambarnya terlalu cepat bergeser dan fokus terhadap objek hanya sedikit , sehingga dalam menonontonnya terasa kurang baik. Sebaiknya lebih banyak pengambilan gambarnya fokus terhadap suatu objek dan pergeseran dalam mengambil gambar satu ke gambar lainnya tidak terlalu cepat bergeser.

Berikutnya, dalam hal lighting atau tata lampu sudah sangat baik.Video ini direkam pada waktu siang hari, jadi cahaya yang berada di panggung sudah sangat merata dan para pemain musik sudah kelihatan dengan jelas oleh penonton, sehingga enak untuk dilihat. Selain itu efek lampu warna-warni  juga tetap digunakan untuk mendukung band ini agar pertunjukan ini terlihat menarik dan mendukung dari konsep aliran bandnya yang beraliran heavy metal.

Terakhir, dalam hal sound system juga sudah sangat baik namun ada sedikit kekurangan, yaitu pada intro suara bass lebih dominan dari lead guitar dan guitar, sehingga kedengarannya kurang baik. Seharusnya semua harus saling terdengar (balance), tidak ada yang lebih dominan. Secara keseluruhan pengaturan sound system dalam video Unholy Confession ini sudah sangat baik dan semua instrumen dan vokal sudah terdengar seimbang (balance).

Komentar Video Nyat Mancuh

Posted by Arsa Wijaya on Desember 20, 2011
Tulisan / 54 Comments

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahkluk hidup yang   membuat  lingkungan menjadi asri. Akibat dari pergeseran jaman, membuat aliran air yang mengalir di sungai menjadi tidak tetap atau mengalami pasang surut. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan warga seperti : penebangan pohon liar yang mengakibatkan  hutan menjadi gundul, sehingga air pun tidak mendapat resapan di daerah pegunungan. Aliran air sangat mudah membesar bahkan tidak jarang menyebabkan terjadinya banjir bandang. Fenomena air diatas menjadi sumber inspirasi untuk dikemas kedalam suatu bentuk penciptaan komposisi karawitan inovatif dengan judul“ NYAT MANCUH ” .

            Itulah sebuah sinopsis dari garapan Nyat Mancuh. Nyat Mancuh merupakan garapan TA mahasiswa ISI Denpasar. Dalam pementasannya banyak aspek yang mendukung, diantaranya adalah lighting dan sound system. Dari pengamatan saya terhadap video tersebut, ada sedikit kekurangan pada aspek lighting dan sound system, yaitu:

  • Secara umum, dalam video ini pencahayaannya sudah menyeluruh ke bagian panggung. Namun pencahayaannya belum sempurna, cahayanya agak redup. Hal itu menjadikan kurang jelasnya pementasan garapan tersebut oleh penonton. Dan juga efek pencahayaan yang digunakan dalam pementasan tersebut agak kurang. Efek pencahayaan yang digunakan juga tidak terlihat dengan jelas, sehingga kelihatan tidak menggunakan efek pencahayaan.
  • Dalam hal sound system, disini terjadi ketidakstabilan antara suara dalam gamelan tersebut. Suara yang terdengar hanyalah suara Kancil, Barangan, Suling, Kendang Bedug, dan Angklung Kocok. Sedangkan suara Jegog dan Undirnya kurang kedengaran. Yang mendominasi hanya instrumen-instrumen yang di depan saja. Ini terjadi karena kurangnya pengaturan sound system tersebut.

Untuk menyikapi hal seperti di atas, ada beberapa hal yang mestinya di perbaiki, yaitu:

  • Dalam hal lighting, seharusnya cahaya di pancarkan secara merata ke seluruh bagian panggung, dengan kualitas cahaya yang baik dan terang. Hal ini dilakukan agar pementasan bisa dinikmati dengan baik oleh penonton. Dan juga efek cahaya diperlihatkan dengan jelas, agar kelihatan ada efek cahayanya.
  • Untuk sound system, seharusnya bisa memperbanyak microphone pada instrumen Undir dan Jegog agar suaranya terdengar jelas dan juga tidak dikalahkan oleh instrumen lainya. Microphonenya kalau bisa, di gantungkan di atas agar memperoleh suara yang merata.

Biografi Tokoh Seni di Kabupaten Jembrana, I Nyoman Sutama

Posted by Arsa Wijaya on Desember 20, 2011
Tulisan / 54 Comments

I Nyoman Sutama lahir di Jembrana, 3 Januari 1965. Pria 46 tahun ini menikah tahun 1992 dan di karuniai 2 orang anak. Ia sekarang tinggal di Jalan Dewi Supraba, Gang I, No. 28, Denpasar. Dalam kesenian Jegog, Sutama merupakan seorang tokoh yang sangat penting dan sangat berpengaruh.

Sejak kecil, I Nyoman Sutama memang sudah berniat ingin belajar bermain gamelan. Ia tertarik belajar megambel ketika mendengar gending Legong pada saat melihat orang belajar menari. Ketertarikannya terhadap seni karawitan, tentang cara membuat gending, dan teknik-teknik dalam bermain  gamelan membuatnya memilih kuliah di ASTI Denpasar. Akan tetapi, pada saat itu ia belum memiliki skill yang memadai dalam hal bermain gamelan. Pada saat tes praktek untuk kuliah di ASTI, ia di tes oleh bapak I Nyoman Windha. Ia disuruh bermain Gangsa, Kendang, dan Gender Wayang. Pada saai itu ia hanya bisa memainkan Gangsa dan Gender Wayang saja, tetapi masih dalam teknik yang sederhana. Selanjutnya, pada tes interview, ia dites oleh bapak I Made Bandem. Pada saat tes ini, Sutama sempat memohon untuk diterima di ASTI, karena menyadari dirinya belum bisa untuk bermain gamelan. Saat pengumuman tes, Sutama merasa takut jika ia tidak diterima di ASTI. Namun, akhirnya ia diterima dengan urutan paling akhir.

Setelah kuliah di ASTI, ia belajar dengan tekun agar bisa menguasai teknik permainan gamelan Bali dengan baik. Ia sempat belajar bermain kendang dengan Almarhum Pak Lemping, dia merupakan waker (pekerja) di ASTI. Dia sempat di ejek sebagai tukang bersih-bersih oleh teman-temannya karena dia setiap hari membantu Almarhum Pak Lemping membersihkan ruangan. Namun hal tersebut tidak dihiraukan olehnya. Dia tetap membantu Almarhum Pak Lemping karena keinginan yang besar untuk diajarkan bermain kendang. Selain dengan Almarhum Pak Lemping, dia juga pernah belajar bermain kendang dan belajar membuat notasi dengan bapak I Made Murna. Selain belajar bermain kendang dan belajar mebuat notasi, ia juga belajar untuk membuat gending dengan bapak I Nyoman Windha dan bapak I Wayan Suweca. Dari semester empat, Sutama sudah menjadi penabuh inti ASTI Denpasar. Dia di ajak untuk misi kesenian di dalam dan di luar negeri. Madura, Jakarta, Surabaya, Bandung, Australia, dan Jerman adalah tempat yang ia pernah kunjungi selama kuliah di ASTI.

Sutama meraih gelar S.SKar di ASTI Denpasar dengan garapan tabuh kreasi Utsaha dan sendratari Men Brayut. Sutama boleh bangga, karena tabuh kreasi Utsaha  yang ia buat masuk dalam kaset ASTI vol.16. Setelah tamat dari ASTI, ia disuruh untuk melatih Gong Kebyar Desa Pengeragoan (Jembrana) dalam rangka PKB. Sampai sekarang Sutama sering menciptakan tabuh dan tari kreasi dalam acara PKB duta Kabupaten Jembrana.

Pada tahun 1988-2002, Sutama bekerja sebagai komposer di Suar Agung. Sebagai tahap percobaan, Sutama disuruh membuat enam buah gending kreasi yang akan dijadikan album “Suara Bambu Jembrana” dangan menggunakan gamelan Gerantang Pelog. Setelah itu, Sutama terus diajak untuk bermain gamelan Jegog bersama sanggar Suar Agung, namun pada saat itu gending-gending Jegog masih berupa gending yang di ambil dari gending Gong Kebyar. Karena merasa kurang cocok, akhirnya Sutama berinisatif untuk tidak menggunakan gending-gending Gong Kebyar lagi. Dia membuat gending kreasi yang khas dengan gamelan Jegog. Karya pertama Jegog kreasi berjudul Dusta Lina. Selain sebagai pelopor adanya tabuh dan tari kreasi pada Jegog, ia juga adalah seseorang yang membuat permainan Jegog dilakukan dengan cara berdiri, yang dulunya dilakukan dengan cara duduk. Hal ini dilakukan karena ia memiliki pertimbangan agar pemain Kendang bisa memimpin dan  melihat dengan jelas penabuh yang dipimpinnya. Pada waktu permainan Jegog dilakukan dengan cara duduk, pemain Kendang sangat susah untuk memimpin para pemain gamalan Jegog karena para pemain gamelan Jegog duduk lebih tinggi sedangkan pemain Kendang duduk di bawah. Akhirnya, sampai sekarang permainan Jegog dilakukan dengan cara berdiri. Pengalaman bermain gamelan Jegog ke luar negeri pun banyak ia dapatkan, seperti ke Jepang, Prancis, dan Jerman. 26 karya telah ia buat di Suar Agung, itulah awal kesuksesan Sutama dalam bidang seni karawitan, khususnya gamelan Jegog.

Setelah di Suar Agung, Sutama melanjutkan karirnya di Jimbarwana pada tahun 2002-2005. Dalam waktu tiga bulan, Sutama dituntut untuk bisa menyelesaikan tujuh buah gending kreasi yang akan dibawa pentas ke Jepang. Dengan keuletannya berkarya, ia mampu menggarap tujuh buah gending yang mampu menggetarkan masyarakat Jepang.

Tahun 2006-sekarang, Sutama bekerja sebagai pelatih dan komposer di Yudistira, disini dia telah memiliki sepuluh buah gending yang sudah dibuatkan album yang berjudul Yudistira. Disini Sutama merasa sangat senang, karena memiliki penabuh yang cukup hebat dalam bermain gamelan Jegog. Pengalamannya bermain Jegog disini hanya dapat pergi ke luar Bali seperti ke Lampung dan Ponorogo. Selain itu Yudistira juga sering pentas dalam acara PKB dan juga pentas di villa di daerah Canggu.

Selain di Yudistira, Sutama merupakan seorang pelatih dan komposer untuk sanggar Swar Dwi Stri. Sanggar ini merupakan perkumpulan ibu-ibu Jepang yang ingin belajar dan ikut melestarikan seni budaya Bali khususnya gamelan Gerantang Pelog.

Gamelan Baleganjur di Banjar Petapan Kelod, Mendoyo

Posted by Arsa Wijaya on Desember 19, 2011
Tulisan / 53 Comments

Banjar Petapan Kelod merupakan wilayah kecil yang termasuk dalam Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Sebagai daerah yang sebagian besar warganya beragama Hindu, maka dapat dipastikan kegiatan upacara yadnya sering dilaksanakan. Untuk mendukung upacara yadnya tersebut biasanya difungsikanlah gamelan Baleganjur untuk mengiringi upacara yadnya tersebut. Namun, Banjar Petapan Kelod ini belum memiliki gamelan tersendiri. Biasanya Banjar Petapan Kelod ngupah sekehe Baleganjur Desa Pergung atau banjar lain yang ada di Desa Pergung dan ngupah sekehe-sekehe lain di luar Desa Pergung.
Menurut Nyoman Sudiarsana, warga masyarakat merasa terbebani dengan tidak adanya gamelan untuk menunjang upacara yadnya. Warga masyarakat juga mengeluh jikalau ngupah sekehe di luar banjar karena biayanya relatif agak mahal.
Menurut Nyoman Sudiarsana, untuk menunjang upacara yadnya, maka pengurus banjar berinisiatif untuk mengajukan proposal pembelian Baleganjur di Banjar Petapan Kelod kepada pengurus Desa Pergung. Karena alasan untuk kepentingan yadnya, maka disumbangkanlah dana untuk pembelian Baleganjur oleh pengurus desa. Pada tahun 2005, Banjar Petapan Kelod dibelikan seperangkat alat Baleganjur oleh pengurus banjar dengan uang yang didapat dari sumbangan desa tersebut. Seperangkat alat Baleganjur tersebut di beli dengan harga Rp. 12.000.000,00 di Gianyar. Banjar Petapan Kelod memiliki seperangkat barungan Gamelan Baleganjur yang terdiri dari:
1. 2 buah Kendang
2. 1 buah Tawa-tawa
3. 2 buah Ponggang
4. 4 buah Reong
5. 8 buah Ceng-ceng
6. 1 buah Kempur
7. 1 buah Gong
Dilihat dari instrumennya, gamelan Baleganjur ini termasuk kurang lengkap karena kekurangan instrumen Gong, Bebende, dan Kempli. Kekurangan ini terjadi karena dana yang diberikan hanya cukup untuk membeli gamelan Baleganjur yang kurang lengkap dan juga gamelan Baleganjur ini hanya digunakan untuk kepentingan upacara yadnya di daerah Banjar Petapan Kelod saja dan tidak dipergunakan untuk lomba, maka kekurangan ini tidak menjadi masalah.
Setelah gamelan Baleganjur dibeli, dibentulklah sekehe Baleganjur dengan nama Dharma Santi. Menurut Nyoman Sudiarsana, jumlah anggota sekehe kurang lebih 25 orang dan kebanyakan sekehe Baleganjur ini adalah orang tua, hanya sepertiga saja yang usianya masih remaja. Pada awal latihan, sekehe ini dilatih di Balai Banjar oleh I Wayan Patra dari Desa Tegalcangkring. I Wayan Patra memberikan materi Tabuh Tegak, Tabuh pejalan, dan Tabuh untuk orang ngaben. Sekehe Dharma Santi ini memiliki susunan pengurus, yaitu:
1. Ketua : Ketut Suarken
2. Sekretaris : Nyoman Sudiarsana
3. Bendahara : Putu Suarnita
Menurut Nyoman Sudiarsana, warga masyarakat sangatlah merasa terbantu dengan adanya sekehe Baleganjur ini karena warga yang sedang mengadakan upacara yadnya tidak susah untuk mencari sekehe baleganjur di luar Banjar Petapan Kelod. Warga masyarakat yang mempunyai kesenangan bermain gamelan juga dapat tersalurkan hobinya dengan ikut sekehe Baleganjur ini. Dibandingkan dengan waktu belum memiliki gamelan Baleganjur, warga masyarakat sangatlah susah untuk mencari sekehe Balegnjur, karena harus ngupah sekehe lain di luar banjar.
Dengan pengamatan dan pengalaman langsung dari saya, gamelan Baleganjur ini di beli untuk menunjang acara upacara yadnya yang berlangsung di Banjar Petapan Kelod, seperti Pitra Yadnya (ngaben), Melasti, dan Mebeji (mengantarakan Pretima ke Pura Taman). Setiap 1 tahun sekali, pada hari raya Nyepi, gamelan Baleganjur juga dipakai untuk mengiringi ogoh-ogoh pada saat pengrupukan. Selain itu Gamelan Baleganjur ini di beli untuk memajukan kesenian dan melestarikan budaya Bali khususnya dalam bidang seni Karawitan.