DHARMA DALAM KEPEMIMPINAN

Posted by Arsa Wijaya on Maret 07, 2012
Tulisan

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup manusia perlu berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan. Manusia dilahirkan dengan dianugerahi kemampuan berpikir, memilah dan memilih mana yang baik dan buruk. Dengan kelebihan itulah seharusnya manusia memiliki jiwa pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok, dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah diperlukan seorang pemimpin yang berpedoman pada ajaran Dharma agar bisa mengatasi masalah dengan baik.

Dalam memimpinan sering kali seorang pemimpin itu tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan sering kali juga mereka tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang pemimpin dan hanya mengutamakan haknya saja. Sehingga anggota atau orang atau rakyat yang dipimpinnya menjadi menderita. Pelajaran Dharma mestinya sudah diajarkan sejak dini agar ketika dewasa bisa memimpin dengan baik. Memimpin di mulai dari tingkat keluarga. Jika kita bisa memimpin dengan baik di dalam keluarga maka kita sudah bisa mengaplikasikan pelajaran Dharma dalam kehidupn berumah tangga dan kita juga harus bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang pemimpin yang tidak mengamalkan ajaran Dharma pasti hanya akan bisa menyengsarakan orang yang dipimpinnya saja. Maka dari itu perlu adanya pelajaran Dharma bagi seorang pemimpin.

Dalam tugas menyanyikan kekawin, saya memilih satu kekawin dari Kekawin Ramayana yang berbunyi:

Prihen temen dharma dumaranang sarat

saraga Sang sadhu sireka tutana

tan artha tan kama pidonya tan yasa

ya sakti sang sajjana dharma raksaka

Terjemahan bebasnya :

Usahakan dharma dalam kehidupan di dunia ini.

Mereka yang bijaksana hendaknya dijadikan panutan

bukanlah harta, nafsu atau kemasyuran

keberhasilan sang bijaksana adalah karena paham benar hakekat dharma.

Ulasannya :

Dalam Catur Purusa Artha disebutkan tujuan hidup adalah Dharma, Artha, Kama, Moksha.

Dharma adalah sarana untuk mencapai Artha, Kama dan Moksa.

Dalam memimpin pastilah membutuhkan sarana seperti harta, usaha keras/kama dan tujuan. Tapi hendaknya tetap dalam jalur Dharma. Dharma dalam hal ini diartikan sebagai Agama.

Sebagai pemimpin hendaklah jangan congkak, sombong dan berbangga diri, janganlah mementingkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus peka pada suara hati rakyat. Memperjuangkan kepentingan rakyat. Mengutamakan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya.

Dia mestilah selalu belajar, terus meningkatkan diri seiring dengan persaingan yang semakin tajam. Mau menerima pendapat dan kritikan dari sang bijaksana/profesional, dan menjadikan masukan para bijaksana ini sebagai kebijakan negara.

Keberhasilan seorang bijaksana/seorang Profesional adalah karena mereka paham benar akan Dharmanya. Dharma dalam hal ini berarti kewajiban/bidangnya.

Dalam budaya bali, ada sebuah nilai yang disebut “puputan”, artinya sampai selesai/mati. Untuk masa saat ini semangat ini bisa diarahkan untuk mengoptimalkan potensi diri (taksu) sampai pada titik maksimum yang mampu dieksplorasi. Sehingga setiap insan bisa memberikan kontribusi yang bermakna bagi kehidupan di dunia ini.

Dalam ajaran Agama Hindu kita mengenal istilah Catur Purusa Artha. Catur Purusa Artha adalah empat tujuan hidup yang utama. Bagian-bagian Catur Purusa Artha adalah Dharma, Artha, Kama, dan Moksa. Dharma berasal dari kata “dr” dan  akar kata “dhr” yang artinya menjinjing, memangku, memelihara dan mengatur. Dalam arti luas Dharma berarti hukum, kodrat, kewajiban, agama dan kebahagiaan. Artha berarti tujuan, harta benda (kekayaan). Harta benda sangat diperlukan dalam kehidupan baik dalam melaksanakan ajaran agama maupun kehidupan sehari-hari. Kama adalah keinginan yang dapat membiarkan kepuasan, kebahagiaan, kenikmatan yang di dapat melalui indra. Kata Kama artinya keinginan, kasih sayang, cinta kasih, kesenangan dan kenikmatan. Moksa berarti bebas dari kehidupan duniawi, bebas dari karma phala, dan bebas dari kelahiran. Moksa adalah ketenangan spiritual yang abadi (sukha tanpa wali dukha).

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang–orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas. Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.

SERVE adalah singkatan dari lima kunci dalam memimpin:

S – See the Future (Melihat Masa Depan)

E – Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)

R – Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)

V – Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)

E – Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

Dalam Pancasila, pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :

Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan bagi orang–orang yang dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang–orang yang dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang–orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Dalam memimpin seseorang harus mengetahui ajaran Dharma dan bisa menerapkannya. Jika sudah melaksanakan ajaran Dharma maka akan cepat mencapai Artha, Kama dan Moksa. Modal awal dari semua itu adalah bersumber pada Dharma. Seorang pemimpin itu pastilah membutuhkan Artha, Kama, dan Moksa dalam menjalankan kewajibannya. Sebagai pemimpin harus tetap berada pada jalur/ajaran Dharma agar dapat memimpin dengan baik. Pemimpin tidak boleh sombong, angkuh, berbangga diri dan jangan mementingkan kepentingan sendiri, haruslah mengutamakan kepentingan orang banyak. Pemimpin mestinya belajar meningkatkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin. Menerima pendapat orang lain atau mendengarkan kritik dari orang lain merupakan suatu evaluasi bagi seorang pemimpin itu sendiri. Optimalkanlah bekerja sebagai pemimpin, lakukanlah sesuatu yang dapat memberi makna.

Pemimpin yang baik atau sudah mengamalkan ajaran Dharma pastinya akan bisa mensejahterakan orang yang dipimpinnya dan terutama sekali pemimpin yang baik pasti akan disegani oleh rakyatnya. Maka dari itu jika menjadi seorang pemimpin, jadilah pemimpin yang bisa melakukan hal terbaik untuk rakyatnya dan bersumber pada ajaran agama (Dharma).

52 Comments to DHARMA DALAM KEPEMIMPINAN