Kendang

This post was written by ariswabawa on Juni 3, 2021
Posted Under: Tak Berkategori

DEVINISI KENDANG  BALI

Istilah kendang telah disebut-sebut dalam piagam Jawa Kuno yang berangka tahun821 dan 850 masehi dengan istilah padahi dan muraba. Dalam Prasasti Bebetin, sebuah prasasti Bali yang berasal dari abad ke-9, kendang disebut dengan istilah papadaha. Kendang merupakan salah satu instrumen musik yang universal, karena hampir di seluruh belahan dunia dipastikan memiliki alat musik yang tergabung dalam alat musik perkusi. Di Bali kendang tidak bisa dipisahkan dari seni karawitan dimilikinya. Instrumen kendang terdapat pada gamelan golongan madya, yang berfungsi sebagai peminpin dari sebuah barungan gamelan.

Selanjutnya terdapat pada gamelan golongan baru, yang memiliki peranan semakin menonjol dengan teknik dan improvisasi yang semakin kompleks. Di Bali instrumen kendang biasanya dimainkan secara berpasangan dan individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan kendang wadon. Kendang lanang ialah kendang yang memiliki suara lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon ialah kendang yang suaranya lebih besar ataupun lebih rendah. Pembagian Instrumen  menurut Curt Sach dan Van Boster  Kendang Bali termasuk ke dalam instrument membranophone. Dimana Sumber Bunyinya di olah dari lebar
sempitnya membran.

Kendang bebarongan adalah kendang yang secara khusus terdapat dalam barungan

gamelan Bebarongan. Jenis kendang ini mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis

tengah tebokan besar 26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm.

Kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran kendang yang tanggung

(nyalah:Bahasa Bali), karena ukurannya yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu

kecil. Ada dua cara untuk memainkan kendang bebaronganyakni bisa dengan

mempergunakan panggul dan bisa juga dimainkan tanpa menggunakan panggul.

Kendang cedugan adalah kendang yang dalam teknik permainannya menggunakan

panggul. Oleh karena itu, kendang ini juga disebut dengan nama kendang

pepanggulan. Kendang pepanggulan ini mempunyai ukuran panjang antara 69-72cm,

garis tengah tebokan besar 29-32cm dan garis tengah tebokan kecil 22-26cm.4 Jenis

kendang ini biasanya dipergunakan pada beberapa perangkat gamelan, misalnya Gong

Kebyar, Baleganjur, dan Gong Gede. Kendang pepanggulan dimainkan secara

berpasangan yang terdiri dari kendang lanang dan wadon.

Kendang gupekan merupakan salah satu jenis kendang yang cara memainkannya

adalah dengan memukul memakai tangan. Kendang ini digunakan untuk mengiringi

gamelan Gong Kebyar. Kendang ini selain dapat disajikan dengan berpasangan dapat

juga dimainkan secara mandiri atau kendang tunggal. Kendang wadon mempunyai

ukuran panjang antara 67-72cm, diameter tebokan besar 27-32cm dan diameter

tebokan kecil 21-25cm. Kendang lanang mempunyai ukuran serta suaranya lebih

kecil dari kendang wadon. Ukuran panjangnya antara 65-70cm, diameter tebokan

besar 26-29cm dan diameter tebokan kecil 19-22cm

TEHNIK PERMAINAN DALAM KENDANG BALI

  • MILPIL, Adalah Jalinan pukulan gupekan (memakai tangan) antara tangan kanan dan tangan kanan.
  • BATU-BATU, Adalah pola permainan yaitu pukulan kendang lanang atau wadon apabila kendang wadon memainkan pukulan bebas pada muka kanan sedangkan kendang lanang mengimbangi pukulan keplak pada muka kiri.
  • GEGULET, Adalah jalinan pukulan (menggunakan panggul) antara kendang lanang dan wadon.
  • CADANG RUNTUH, Adalah pukulan yang terdapat pada kendag wadon di muka kanan yang artinyya mengimbangi pukulan dari kendang lanang

PEMBUATAN KENDANG BALI

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan KENDANG BALI adalah mencari dewasa ayu – – hari atau waktu yang baik agar mendapatkan keselamatan dalam bekerja dan kendang yang diciptakan nantinya memiliki kwalitas yang baik. Yang diawali dengan mencari waktu untuk menebang pohon yaitu sasih karo, kawulu dan kesanga yang biasanya disebut sasih berag (kurus) yang biasanya menggunakan sesaji berupa canang sari dan segehan. Umumnya kayu yang di pakai adalah kayu nangka/ketewel, kayu intaran dan beberapa jenis kayu lainnya. Setelah kayu dipotong maka tukang kendang akan mencari hari baik untuk bekerja atau nuasen. Menurut informasi dari I Putu Gede Sula Jelantik, hari tersebut adalah hari-hari yang jatuhnya bertepatan dengan dewasa : karna sula, kala geger, aswajag turun dan bojog turun.

Setelah kendang itu selesai digarap lalu di upacarai yang disebut dengan istilah ngupain atau masupati yang bertujuan untuk menghasilkan suara seperti yang diinginkan sekaligus dapat dipergunakan dalam konteks upacara. Setelah semua prosesi ini terlewati maka ada beberapa hal lagi yang harus dikerjakan seperti, membangun bantang dan nukub kendang (memasang kulit kendang).

Link : https://youtu.be/EdWZameB5Yo

Comments are closed.

Previose Post: