mengusut tingkatan ilmu pengeliakan dan siat peteng

This post was written by anantakusuma on Maret 26, 2018
Posted Under: Tak Berkategori
Ilmu Leak Tingkat Bawah yaitu orang yang bisa ngeleak tersebut bisa merubah wujudnya menjadi binatang seperti monyet, anjing, ayam putih, kambing, babi betina (bangkung) dan lain – lain.
Ilmu Leak Tingkat Menengah yaitu orang yang bisa ngeleak pada tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Burung Garuda bisa terbang tinggi, paruh dan cakarnya berbisa, matanya bisa keluar api, juga bisa berubah wujud menjadi Jaka Tungul atau pohon enau tanpa daun yang batangnya bisa mengeluarkan api dan bau busuk yang beracun.
Ilmu Leak Tingkat Tinggi yaitu orang yang bisa ngeleak tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Bade yaitu berupa menara pengusungan jenasah bertingkat dua puluh satu atau tumpang selikur dalam bahasa Bali dan seluruh tubuh menara tersebut berisi api yang menjalar – jalar sehingga apa saja yang kena sasarannya bisa hangus menjadi abu.
Yang terdapat dalam lontar Aji Pengeliyakan milik Griya Sangket Karangasem salinan (I Nengah Widana,1995), dan terjemahan I Nyoman Neraka (2008). Lontar tersebut scara garis besarnya, menguraikan tentang:
Pasuryan Pangiwa, segala ilmu (pengeliyakan) dapat dicapai dengan terlebih dahulu memusatkan pikiran, beryoga.
Gni Sambawana, atau disebut juga pangwa sari. Ini (pengeleyakan) yang paling utama
Cambra Berag, ini sangat sakti, karena bersumber dari sebagain kecil Hyang Aji sarswati sebagai batasannya.
Rabut Sapetik, ini dapat digunakan membuat orang menjadi gagu semua yang bersuara.
Maduri Reges, ini merupakan leyak campuran dari beberapa agama; guna Makasar, guna Jawa, guna Bali, guna leyak putih dari Mekah.
Pangiwa Utamaning Dadi, supaya menjadi Butha Dengen (yang membuat bulu kuduk merinding).
Rerajahan ring Papetek (sabuk), untuk membersihkan diri, artinya tidak semua pangiwa itu negatif (lihat aksara IV. Dan V).
Panugrahan pangiwa, memohon panugrahan kepada Yang Nini Bhatari Gangga, untuk menghidupkan pngiwa yang ada ditengah mata.
Tata cara pengiwa untuk orang perempuan, untuk menggabungkan agar Bhtara Brahma, Wisnu dan Iswara berkumpul menjadi Bhatara Kala, agar kesaktiannya tidak terkalahkan.
Pengeliyakan Uwig, agar menjadi Bhuta Baliga (lihat aksara VIII dan IX). Pangiwa Swanda, ini adalah ratunya pangiwa.
Brahma Maya Murti, agar nampak seperti Hyang Brahma Murti, bertangan delapan ribu berbadan sembilan ribu, berkaki 1000 (alaksa), tangangan memamajang, dan memakai anting-anting bintang di langit.
Ni Calon Narang, dapat berubah wujud sampai seribu kali.
Rata Gni Sudha Mala, (tanpa penjelasan).
Secara Literatur Ilmu Leak atau Pengeleakan dikelompokan menjadi dua kelompok :
Leak sari dalam masyarakat diistilahkan dengan NGISEP SARI, digolongkan sebagai Leak Putih atau Leak baik, pantang untuk menyakiti. Golongan Leak ini lebih menekankan pada penggunaan ilmunya untuk membantu dan meningkatkan sprituil.
Leak badeng / Leak selem (Hitam) digolongkan sebagai Leak jahat. Leak seperti inilah yang merusak perguruan Leak dalam masyarakat, dan sudah tentu pula Leak menjadi biang kerok setiap mara bahaya di masyarakat. Jenis Leak ini juga dikatagorikan sebagai Leak Pamoroan.
Ilmu Pengleakan Bali sangat menakutkan, dan itu baru SEBAGIAN dari apa yang tertulis dalam kitab calonarang. Bayangkan kalau seluruh ilmu sihir yang ada dalam kitab calonarang ditemukan
Atraksi leak
Dalam dunia perLEAKan, konon juga mengenal atraksi semacam unjuk kebolehan diantara para nenekun LEAK. dalam atraksi ini para leak akan unjuk kebolehan dari berbagai tingkatan, seperti perguruan silat.
Mereka mengadakan perang-perangan, antaksi diudara dan berbagai macam ujuk kebolehan lainnya.
Atraksi para Leak konon diadakan dibeberapa tempat dan dapat dilihat dgn mata telanjang, biasanya diadakan setiap 6 bulan sekali yaitu pada malam KALOPAKSO yaitu sehari menjelang tumpek Wayang.
Pada malam ini biasanya para Leak mengadakan sangkep dan pesta-pesta dalam pesta inilah bisanya dilakukan antraksi unjuk kebolehan dari berbagai tingkat. konon para Leak sangat senang dan antosias mengisi acara tersebut. Lalu kalau dapat dilihat oleh orang awam dgn mata telanjan.
bagaimanakah wujudnya..???
Atraksi leak bali semacam ini biasanya dapat dilihat hanyalah berupa endih atau semacam bola api yang penuh warna. langit seakan meriah mirip pesta kembang api, bedanya endih disini terbang keangkasa menukik dan bisa berbenturan dgn endih lainnya. Biasanya unjuk kebolehan semacam ini seperti mengadu kesaktian antar Leak dari berbagai Desa.
Siat Peteng
Apakah siat peteng identik dengan adu ilmu atau semacam perang tanding…?? Siat peteng atau perang ilmu dalam hal ini tidak sama dengan perang tanding yang dapat disaksikan dengan mata telanjang, atau diadakan seperti adu ilmu kanuragan semacam ilmu bela diri.
Dalam siat peteng ada hal-hal yang tidak bisa dimengerti dengan akal sehat, namun lebih menekankan pada kemampuan “spritual” dari kalangan tertentu. lalu dapatkah siat peteng dibuktikan secara nyata, Penulis mencoba mengadakan pendekatan dan ngobrol-ngobrol dengan mereka yang mengetahui “fenomena” ini termasuk juga dari mereka yang pernah melakukan siat peteng.
Siapa saja yang melakukan siat peteng?
Siat peteng dapat dilakukan oleh mereka yang mempelajari ilmu kebatinan dan juga oleh mereka yang “melik” yang karena kelahirannya atau karmanya. Dan konon orang yang melik bisa tanpa disadari bisa melakukan siat peteng tanpa mereka belajar ilmu kebatinan. Contoh seperti ini ada banyak dimasyarakat , Hal ini dialami oleh Paman saya, dimana suatu malam dia bermimpi mengadu ilmu atau siat peteng dgn sesorang disuatu arena yang dia tidak tahu tempat itu ada dimana, dalam siat tersebut paman saya menang dan dapat membunuh lawannya, namun dia kena pukul dikepalanya sampai luka parah. Dan semenjak itu paman saya mengidap sakit kepala dan tidak bisa sembuh, walau sudah berobat di dokter. Sakit ini dia bawa sampai meninggal.
Dalam siat peteng, pesertanya sangat menjunjung aturan permaianan, dan bahkan musuh yang dikalahkan sampai mati, dalam dunia nyata mereka meninggal si pemenang sampai melayat dan mendoakan agar musuh yang telah dibunuh tersebut mendapat tempat yang layak sesuai karmanya. Dalam siat peteng, juga ada wasit, dan ada dokter, wasit ini mengatur dan mengawasi siat agar tidak ada kecurangan, serta dokter ini menjadi tim medis yang memberikan pertolongan bila peserta mengalami luka-luka.
Lalu bagaimana kalau mengalami kekalahan apakah bisa minta tempo agar tidak mati seketika…???
ternyata bila mengalami kekalahan peserta bisa minta tempo, contohnya menunggu bila anaknya paling kecil sudah dewasa

Comments are closed.