Sejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

Sejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

“Sabha Sawitra”

            Keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula, merupakan salah satu asset dari perkembangan Gong Kebyar yang tersebar luas di Bali. Salah satu bentuk medium seni tabuh, Gong Kebyar di Tejakula juga di manfaatkan selain sebagai sarana kebutuhan estetis secara musikal, juga sebagai sarana lainnya seperti untuk pengiring upacara atau ritual, sarana sosial, dan sarana ekonomi. dari fungsi yang ada sekaligus dimaknai sebagai medium estetis yang bernilai ritual, sosial, dan ekonomi.

Sejarah singkat keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula,menurut penuturan gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula pada mulanya warga Dadia Pinatih Desa Tejakula memiliki seperangkat barungan gamelan Gong Kebyar gaya Bali utara. Seperangkat gamelan tersebut, dipinjamkan kepada desa Tejakula. Pada saat itu kebetulan pemimpin desa atau bapak kepala desanya dari warga pinatih yaitu Bapak I Ketut Arta. Sebelum bapak I Ketut Arta memimpin desa Tejakula, desa tersebut pernah juga dipimpin oleh warga Pinatih.

Perkembangan kesenian di desa Tejakula pada saat itu sangat maju khususnya kesenian Kebyar seperti ada beberapa tarian diantaranya tari Truna Jaya, Margapati, Panji Semirang, Tenun, Wiranata, Oleg Tamulilingan, Cendrawasih, dan tari Kupu-kupu. Adapun mengenai tabuh-tabuhan seperti : Hujan Mas, Bande Sura Kekebyaran, dan Tabuh Galang Kangin kekebyaran. Kesemuanya jenis kesenian tersebut dapat disajikan atau diiringi oleh barungan gamelan gong kebyar milik warga penatih yang dipinjamkan bapak kepala desa Tejakula.

Sebelum dan sesudah gerakan G30 S/PKI pada tahu 1965, seni-seni tersebut khususnya seni tari dan seni karawitan (tabuh) sering pentas mengisi acara permohonan internal desa dan eksternal desa. Internal desa mengisi permohonan masyarakat desa Tejakula dalam kegiatan upacara Panca Yadnya seperti : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, dan Pitra Yadnya. Untuk ekternal mengisi acara di Istana Negara Tampak Siring dalam rangka kunjungan bapak presiden republik Indonesia pada saat itu bapak Soekarno adalah sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. sebelum pentas di Tampak Siring (istana), pentas juga di Patal Tohpati, Balitek, Kapal-kapal besar di pelabuhan Buleleng, HUT Kota Singaraja dan dalam rangka 17 Agustus di alun-alun atas dan alun bawah di kota Singaraja.

Perkembangan seni selanjutnya di desa Tejakula, adanya rekaman dari Yama Sura dari Jepang untuk kepentingan kampus yang sudah barang tentu dikasi dana. Selanjutnya kesenian Gong Kebyar dan kesenian wayang wong pada tanggal 5 sampai dengan 13 September 1993, diajak mengikuti pementasan di Jepang Tokyo oleh Bapak Sardono pada tanggal 16 Mei 1995 dengan materi yang sama pergi ke negara Swedia yang diprakasai oleh bapak Sida Karya alias UlGad dari Swedia. Kepergian rombangan kesenian Tejakula ke negara tersebut dan termasuk rekaman yang dilakukan oleh Yama Sura dari Jepang memakai barungan gamelan gong kebyar tersebut. Para seniman yang mengikuti kegiatan kesenian tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan honor (upah) karena akan ada rencana untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar.

Atas dasar pertimbangan para seniman yang di prakarsai oleh Bapak Nyoman Tusan dan Pande Gede Mustika, sehingga sisa-sisa dana dari ke tiga kegiatan tersebut mencukupi untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar. Gamelan Gong Kebyar yang ada sekarang itu dibeli dengan harga        Rp.15.000.000,00 (limas belas juta rupiah) di Pande gamelan Kubu Jati yaitu Bapak Gede Artha. semula gamelan tersebut tanpa diukir, selanjutnya diukir oleh masyarakat Tejakula dari keluarganya Putu Inten. Gamelan tersebut dibeli pada tahun 1996 Setelah memiliki gamelan baru, gamelan gong kebyar milik warga pinatih yang dipergunakan oleh desa dikembalikan,sehingga gamelan gong kebyar yang ada sekarang di desa administrasi Tejakula berkat jerih payah seniman.

Demikian sejarah singkat keberadaan barungan gamelan gong kebyar yang ada sekarang di Desa Tejakula,sehingga aktifitas seniman khususnya seniman kebyar berjalan sesuai dengan harapan.

 

Bentuk Fisik

 

            Bentuk fisik gamelan Gong Kebyar yang ada di desa Tejakula merupakan barungan gamelan yang terbuat dari kerawang dengan pelawah dari kayu disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk sebuah instrument-instrumen yang kebanyakan berbentuk bilah. Unsur budaya Bali tercemin pada penggunaan instrument dari perangkat gamelan Bali dan busana yang digunakan oleh para penabuh (juru gamel). Budaya local tampak pada penggunaan aspek tradisi Bali seperti bentuk ukiran/ornament pada pelawahnya, menggunakan laras pelog, sesaji, dan para penabuhnya didominasi dengan memakai kostum penabuh tradisi budaya Bali.

Bentuk Instrumen

Gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula sudah barang tentu mempunyai suatu kekhasan sendiri. Barungan gamelan Gong Kebyar Tejakula, bentuk instrumennya ada yang berbentuk bilah dan ada yang berbentuk pancon (moncol). Menurut Brata, instrument yang berbentuk bilah juga dapat dibagi menjadi dua yakni bilah yang berbentuk dengan istilah; metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin, dan bulig.

Bentuk Repertoar

            Bentuk adalah susunan dari suatu bagian atau struktur yang merupakan suati sehingga membentuk atau mewujudkan suatu bentuk nyata. Bentuk repertoar ditentukan oleh jumlah bagian, struktur, dan permainan dari suatu instrument.Dalam repertoar gending-gending gong kebyar di desa Tejakula terdapat beberapa bentuk repertoar gending yaitu bentuk repertoar gending gilak (gegilakan), tabuh telu, tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh-tabuh untuk iringan tari-tarian lepas. Masing-masing bentuk repertoar gending, merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing bentuk mempunyai urutan sajian bagaian gending yang berbeda-beda.

Adapun urutan dari bagian-bagian bentuk repertoar gending dari masing-masing bentuk repertoar adalah sebagai berikut :

1.  Bentuk repertoar gending gilak (gegilakan) terdiri dari bagian gending-gending  kawitan dan pengawak.

2.  Bentuk repertoar gending tabuh pisan terdiri dari bagian gending kawitan, pengawak, ngisep ngiwang, pengisep, dan pengecet.

3.  Bentuk repertoar gending tabuh telu, terdiri dari bagian gending kawitan dan pengawak.

4.  Bentuk repertoar gending tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh kutus mempunyai bagian gending yang sama yaitu kawitan (pengawit), pengawak pengisep (pengaras), dan pengecet. Pada bagian gending pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah kawitan, pemalpal, ngembat terompong, pemalpal tabuh telu, pengawak tabuh telu. Alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam pengecet adalah kawitan, pemalpal, ngembat trompong, dan gilak atau gegilakan.

5.  Gending-gending untuk iringan tari-tarian lepas pada umumnya dikomposisikan sedemikian rupa disesuaikan dengan bentuk tari yang diiring

 

SEMAR PAGULINGAN

SEMAR PAGULINGANimages

Gamelan yang dalam lontar Catur  Murni disebut dengan gambelan Semara Aturu ini adalah barungan madya,yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu.Karena kemerduan suaranya,gambelan Semar Pagulingan (Semar = samara,Pagulingan = tidur) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan keperaduan (tidur).Kini gambelan ini bias dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental dan atau untuk mengiringi tari-tarian maupun teater.

Masyarakat Bali mengenal dua macam Semar Pegulingan di Bali : yang berlaras pelog 7 (tujuh) nada dan belaras 5 (lima) nada.Kedua jenis Semar Pegulingan secara fisik lebih kecil dari pada Gong Kebyar terlihat dari ukuran instrumennya gangsa dan teromponga yang lebih kecil dari pada yang ada di Gong Kebyar.

Instrumentasi gambelan Semar Pegulingan (milik STSI Denpasar) meliputi :1 bua terompong (12 buah pencon) ; 2 buah gender rambat (berbilah 14); 2 buah gangsa barungan (berbilah 14); 4 tungguh gangsa gantungan pemade; 4 tungguh gangsa gantungan kantil; 2 tungguh jegogan; 2 tungguh jublag (masing-masing berbilah 7); 2 buah kendang kecil; 1 buah kajar; 1 buah klenang; 1 buah kempur (gong kecil); 1 pangkon ricik; 1 buah gentorag; 1-2 rebab dan 1-2 buah suling,dan memiliki fungsi sebagai :

  1. 2 tungguh Gender Rambat, yaitu alat musik wilahan yang terbuat dari bahan perunggu yang diletakkan di atas tungguh kayu dengan resonator bamboo. Fungsinya sebagai pembawa lagu menggantikan terompong. Panjang wilahannya lbh kurang 13 -15 cm, lebarnya lebih kurang 3 – 4,5 cm, tipisnya lbh kurang 2 – 3 mm.
  1. 1 tungguh Trompong, 14 pencon, yaitu instrument musik menyerupai gong yang terdiri dari 14 buah yang diletakkan di atas rak.  Diameternya beragam mulai dari ukuran yang paling kecil hingga terbesar, yaitu  mulai dari 12 – 20 cm, dengan tinggi permukaannya lbh kurang 10 cm.
  1. 4 tungguh gangsa Pemadih atau Pemade, 7 bilah, istrumen wilahan yang diletakkan di sebuah rak kayu dari bahan kayu nangka, dengan resonator yang terbuat dari bamboo. Panjang wilahannya lebih kurang 15 – 25 cm, lebar 3 – 4,5 cm dengan ketebalan 2 – 3 mili meter.
  1. 4 tungguh gangsa Kantil, 7 bilah, yaitu alat musik wilahan yang terbuat dari bahan perunggu yang terdiri dari tujuh wilahan yang diletakkan di atas rak yang terbuat dari bahan kayu, dengan resonator dari bambu. Panjang wilahannya adalah beragam dari yang kecil hingga yang besar, yaitu sekitar  panjang 15 – 25 cm, lebar lebih kurang 4 – 5 cm, dan ketebalan lbh kurang 2 – 3 mili meter. Alat ini dimainkan dengan menggunakan sebuah alat pemukul (stik) dengan tangan kanan dan tangan kiri berfungsi sebagai damper, untuk me­mute suaranya.
  1. 2 buah Juglag, 7 wilahan, yaitu alat musik wilahan yang terbuat dari bahan perunggu yang diletakkan di atas rak atau tungguhan yang terbuat dari bahan kayu dengan tinggi lebih lkurang 40 – 45 cm. Panjang wilahannya lebih kurang antara 40 – 45 cm, lebar 4 – 6 cm dan ketebalannya lebih kurang 3 – 4 cm,  dan diletakkan di atas resonator bambu.
  1. 2 tungguh Penyelah , 7 bilah yaitu alat musik wilahan yg lebih kecil dari Juglag, yaitu wilahan yang terbuat dari bahan perunggu yang diletakkan di atas rak atau tungguhan yang terbuat dari bahan kayu dengan tinggi lebih lkurang 30 – 40 cm. Panjang wilahannya lebih kurang antara 30 – 35 cm, lebar 4 – 5 cm, dan ketebalan 2 – 3 mili meter. Wilahan tersebut diletakkan di atas resonator bamboo. Dimainkan dengan dua buah stik (tangan kiri dan kanan);
  1. 2 tungguh Jegogan, 7 bilah, yaitu isntrumen wilahan yang terbuat dari bahan perunggu yang diletakkan dalam sebuah rak yang terbuat dari bahan kayu dan didalamnya terdapat resonator dari bamboo dengan tinggi lebih kurang 40 – 45 cm. Panjang wilahannya lebih kurang 25 – 30 cm, dengan lebar 3 – 4 cm dan ketebalan lebih kurang 2 – 3 mm.
  1. 1 gong Gayor  yaitu gong yang diletakkan di rak yang terbuat dari bahan perunggu dengan diameter 45 – 55 cm, dengan tinggi permukaan 5 – 7 cm. Alat ini biasanya biasanya berpasangan dengan kenong dan Kempur, namun dalam Semar Pagulingan alat musik kempur tidak dipergunakan.
  1. 2 buah Kendang Krumpungan, yaitu kendang lanang dan kendang wadon, yaitu gendang dua sisi. Kedua gendang ini pada prinsipnya ukurannya sama, hanya fungsinya dalam ensambel musik yang dibedakan serta pelarasannya. Panjangnya lebih kurang 60 cm, dengan diameter sisi kiri 20 cm, dan sisi kanan 24 cm. Gendang ini terbuat dari bahan kayu nangka dan membrannya terbuat dari kulit sapi. Gendang ini dipukul dengan menggunakan satu buah alat pemukul (stik) untuk tangan kanan, dan tamparan tangan untuk tangan kiri.
  1. 1 kendang Bebarongan, gendang kecil, ukurannya lbh kurang 55 cm, diameter membrannya lbh kurang 20 cm sebelah kiri dan 24  cm sebalah kanan.
  1. 1 buah Ceng-Ceng Rucik, ceng-ceng yg lbh kecil dari biasanya, yaitu sejenis simbal dengan diameter lebih kurang 8 – 9 cm, dengan ketebalan lebih kurang 1 – 2 mm.
  1. 1 buah Gentorak, sejenis genta yang terdiri dari beberapa buah genta kecil. Cara memainkannya dengan menggoyangkannya, sehingga suaranya gemerincing. biasa dipakai dlm upacara, terbuat dari perunggu. Diameter gentanya lebih kurang 2 – 4 cm, dengan tinggi permukaannya sekitar 3 – 4 cm, dan ketebalannya lebih kurang 1 mili meter.
  1. 1 buah Kajar, yaitu sejenis gong kecil yang berpencu yang berfungsi sebagai tempo. Biasa juga disebut kethuk. Diammeternya lebih kurang 15 cm, dengan tinggi permukaannya lbih kurang 10 cm, dan ketebalan lbh kurang 1 – 2 mili meter.
  1. 1 buah Kenong, merupakan gong kecil yang diletakkan di atas rak yang terbuat dari bahan perunggu, dengan ukuran diameter lebih kurang 15 – 17 cm, dan tinggi 8 – 10 cm dengan ketebalan lebih kurang 1 – 2 mm;
  1. 1 buah Klenang, adalah juga sejenis gong kecil  yang terdiri dari satu buah terbuat dari bahan perunggu berfungsi sbg pemanis tempo atau penyela. Bentuknya hampir sama dengan Kajar, demikian juga ukurannya.
  1. 2 tungguh Kempyung, terdiri dari dua nada, yaitu sejenis gong kecil dgn diameter 15 cm dan tingginya lbh krg 10 cm dan ketebalannya lebih kurang 1 – 2 mm;
  1. 1 buah Rebab, yaitu alat musik gesek bersenar dua, dengan panjang lebih kurang 70 – 100 cm. Terbuat dari bahan kayu nangka, dengan senar dari bahan metal, dan membrane dari kulit, dan terdiri dari alat penggesek (bow).
  1. 4 buah Suling, yaitu end blown flute, yaitu suling yang terbuat dari bahan bambu dengan panjang lebih kurang 25 – 30 cm, dengan diameter 1 – 1,5 cm.

Intrumen yang memiliki peran penting dalam barungan ini adalah terompong yang merupakan pemangku melodi.Terompong adalah instrument bermoncol (masuk keluarga gong ),yang ditempatkan berjejermulai nada rendah hingga yang tertinggi.dalam satu pangkon terdiri dari 14-16 moncol dengan setiap moncol satu nada.Terompong mengganti peran suling dalam Penggambuhan dalam hal memainkan melodi dengan dibantu rebab,suling,gender rambat,dan gangsa barangan.Sebagai pengisi irama adalah jublag dan jegogan yang masing-masing pemangku lagu,semntara kendang merupakan instrument yang memimpin perubahan dinamika tabuh.Gending-gending Semar Pegulingan banyak mengambil gending-gending Pagambuhan. Beberapa desa yang hingga masih aktif memainkan gambelan Semar Pegulingan adalah;Sumerta ( Denpasar ),Kamasan ( Klungkung ),Teges dan Pliatan ( Gianyar ).

Kesamaan unsur-unsur gambelan Pegambuhan dengan Semar Pegulingan yang paling menonjol adalah kesamaan dari sebagian besar repertoar lagunya.Kesamaan ini otomatis menyangkut sebagian besar unsur musical terutama struktur lagu,pola melodi dan ritme,dinamika,juga pola permainan instrumen-instrumen pengatur matra dan instrument-instrumen ritmis.Kesamaan yang lain adalah pengguanaan sebagian besar instrument ritmis dan pengatur matra.Beda penggunaan instrumen dalam gembelan Semar Pegulingan dengn gambelan Pegambuhan hanya terletak pada instrument-instrumen melodisnya.Kalau gambelan Pegambuhan menggunakan suling besar,sedangkan gambelan Semar Pegulingan menggunakan terompong dan keluarga gangsa ( saron yang di gantung ) sebagai instrument melodis.Rebab yang dalam Pegambuhan sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama suling,dalam gambelan Semar Pegulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang durasi melodi.Pola dalam permainan rebab dan suling dalam Semar Pegulingan telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan oleh terompong.

Bentuk instrumen rebab dalam gambelan Pegambuhan dan rebab dalam gambelan Semar Pegulingan pada prinsipnya sama,sedangkan suling dalam gambelan Semar Pegulingan digunakan suling menengah dan suling titir.

Terompong dan gangsa sebagai intrumen melodis dalam gambelan Semar Pegulingan dpat digunakan untuk memainkan hamper semua reperator pegambuhan berikut dengan ragam patetnya.Instrumen-instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti jegogan,jublag.gangsa,pemade,dan gangsa kantilan,dalam satu pangkon hanya terdiri tujuh bilah nada.

Intrumen-instrumen pengtur matra dalam gambelan Pegambuhan dan gambelan Semar Pegulingan pada umumnya sama yaitu kempul,kajar,klenang,dan gumanak  hanya saja instrument gumanak belakangan ini jarang digunakan dalm gambelan Semar Pagulingan.Bentuk serta ukuran instrument-instrumen tersebut baik dalm gambelan Pegambuhan maupun dalam gambelan Semar Pegulingan tidak menunjukan perbedaan prinsip.Demikian hanya denagn instrument-instrumen ritmis,bentuk,ukuran,dan penggunaannya baik dalam gambelan Pegambuhan  maupun dalam gambelan Semar Pegulingan adalh sama yaitu kendang krumpungan,ricik,kangsi,dan genta orag.Terhadap masing-masing perangkatnya,semua intrumen-instrumen tersebut baik pengatur matra maupun instrument ritmis memiliki pola permainan yang sama.Demikian juga hubungan pola permainan antara instrument yang satu dengan yang lainnya.

Kesamaan jenis fisik,bentuk fisik,uukuran instrument dan fungsi terhadap perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkanya juga sama.Lain halnya dengan instrumen melodis pada gambelan Semar Pegulingan sangat berbeda dengan instrumen melodis pada gambelan Pegambuhan,yang ini tentu menyebabkan cara prmainan instrument yang berbeda pula.Kalau dalam gambelan Pegambuhan instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup,dalam gambelan Semar Pegulingan instrument melodis pokok (terompong) dimainkan dengan cara dipukul dengan sepasang panggul (alat pukul).

Terompong dipukul dengan dua panggulyang terbuat dari batang kayu,setengah sebagai tempat memegang dan setengahnya lagi dililit dengan benang merupakan bagian dari yang dipukulkan.Gangsa dan kantil dipukul dengan panggul yang berbentuk hammer,juga terbuat dari kayu .Jublag juga dipukul dengan panggul yang berbentuk hammer,hanya saja karena diperlukan durasi sura yang agak panjang,pada bagian yang dipukulkan diisi dengan karet agar lebih lembek dan lentur.Sedangkan pangggul jegogan mrip dengan panggul gong dan kempur,hanya saja tangkainya dibuat lebih panjang agar dapat ,menjangkau bilah nada yang cukup besar dan panjang.

Kesamaan bentuk musikal terutama repertoar lagu dan hubungan kait denggan antara gambelan  Semar Pegulingan dengan gambelan Pegambuhan juga perkuat oleh deskripsi yang terdapat dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut ; “Nyata gegambelan Semar Pegulingan naran samara aturu,gendingan Pegambuhan maka gegambelan,barong singa”(Dan itu gambelan Semar Pegulingan artinya atau bernama Semara Aturu,lagunya Pegambuhan untuk mengiringi tari Barong Singa).Penulis masih belum memahami apa yang dimaksud gambelan Semar Pegulingan sebagai iringan barong singa,sebab dewasa ini Semar Pegulingan di Bali bakanlah gambelan khusus iringan tari tertentu.Gambelan Semar Pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara-upacara adat dan keagamaan.Selain itu tari Barong Singa hingga saat ini belum prnah telihat keberadaanya di Bali,yang ada adalah Barong Macan .Kendatipun dewasa ini dalam gambelan  Semar Pegulingan sering digunakan untuk mengiringi dramatari Gambuh belumlah dianggap sebagai tradisi,karena hal itu dilakukan dengan alas an fleksibelitas dan salah satu penambahan fungsi gambelan Semar Pegulingan.

 Adanya kesamaan hamper semua repertoar lagu Pegambuhan dengan gambelan Semar Pegulingan bukan berarti gambelan Semar Pegulingan tidak memiliki ciri musikal.Perbedaan jenis,bentuk,bahan dan teknik permainan instrument-instrumen melodis Semar Pegulingan menyebabkan lagu-lagu  Pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.Melodi-melodi yang sebelumnya dimainkan lewat media suling dan rebab,di transfer ke dalam instrument bermoncol dan berbilah yang tentunya di ikuti teknik dn pola permainannya,akan mengasilkan warna musikal yang berbeda pula.Dari segi pola  permainan instrument,melodi-melodi yang dalam gambelan Pegambuhan  di ungkapkan dengan sederhana mengalir lewat media suling,dalam gambelan Semar Pegulingan di tambah dengan pola permainan kotekan (interlocking) lewat media gansa dan kantil.

Gambelan Pegambuhan dan Semar Pegulingan sama-sam menagnut sistam pelarasan pelog tujuh nada.Apabila gambelan Pegambuhan mampu menurunkan lima macam  tetekep ( patet ),gambelan Semar Pegulingan juga mampu menurunkann lima patutan ( patet ).Kelima patutan tersebut memilki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gambelan gambelan Pegamabuhan ,yaitu patutan selisir,patutan tembung,patutan sundaren,patutan baro,dan patutan lebeng.Prinsip patet kedua gambelan pada dasarnya sama ,yaitu nada yang jumlahnya tujuh terbagi  menjadi dua yaitu lima nada pokok dan dua buah nada pemero.Karakter masing – masing patet dalam gambelan Semar Pegulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan gambelan Pegambuhan ternyata juga dapat menampilkan kesan yang serupa.Seperti misalnya patutan selisir berkarakter halus,patet tembung berkarakter keras,dan patet sudaren berkarakter antara halus dan keras.

Banyaknya unsur kesamaan antara gambelan Semar Pegulingan dengan gambelan Pegambuhan menyebabkn gambelan Semar Pegulingan belakangan inijuga sering digunakan untuk mengiringi dramatari Gambuh.Menurut keterangan I Wayan Dibia ( seorang pakar tari Bali ),menarikan dramatari Gambuh dengan iringan Semar Pegulingan tidak mengalami kesulitan yang berarti.Hal yang membedakan hanya dari segi suasana ( mood ),sebab Semar Pegulingan selain warna suaranya berbeda dengan Pegambuhan,juga lebih ramai dan keras.

Kesamaan unsur-unsur gamelan  Pegambuhan dengan gamelan Semar Pagulingan yang paling menonjol adalah kesamaan ini secara otomatis  menyangkut sebagian besar unsur musikal terutama unsur lagu , pola melodi dan ritme,dinamika juga pola permainan instrumen-instrumen pengatur matra dan instrumen-instrumen ritmis Kesamaan yang lain adalah penggunaan sebagian besar instrumen ritmis  dan pengatur matra.  Beda penggunaan instrumen dalam gamelan smar pagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya terletak pada instrumen-instrumen melodisnya. Kalau gamelan pengambuhan menggunakan suling besar,gamelan smar pagulingan menggunakan trompong dan keluarga gangs ( saron yang digantung) sebagai instrumen melodis. Rebab yang dalam gamelan pengambuhan  sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama suling , dalam gamelan smar pagulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang durasi melodi.pola permainan rebab dan suling dalam gamelan smar pagulingan telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan oleh trompong.bentuk instrumen rebab dalam gamelan pengambuhan dan rebab dalam gamelan smar pagulingan pada prinsipnya sama,sedangkan suling dalam gamelan smar pagulingan digunakan suling menengah dan suling titir.trompong dan gangsa sebagai instrumen melodis dalam gamelan smar pagulingan dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar pengambuhan berikut dengan ragam patetnya.trompong adalah instrumen bermoncol (masuk keluarga gong) ,yang ditempatkan berjejer mulai dari yang bernada  rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari  14-16 moncol satu nada. Gamelan semar pagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh nada ( saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong tersebut.instrumen –instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti jegogan,jublag,gangsa pemade,dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya terdiri dari tujuh bila nada.

Instrumen -instrumen pengatur matra dalam gamelan pengambuhan dan gamelan smar pagulingan pada umumnya sama yaitu kempul,kajar,klenang,dan gumanak hanya saja instrumen gumanak belakangan ini jarang digunakan dalam gamelan smar pagulingan. Bentuk  serta ukuran instrumen-instrumen tersebut baik dalam gamelan pengambuhan maupun dalam gamelan smar pagulingan tidak menunjukan perbedaan prinsipil. Demikian halnya dengan instrumen-instrumen  ritmis,bentuk,ukuran,dan penggunaannya baik dalam gamelan Pengambuhan maupun Smar pagulingan adalah sama yaitu kendang krumpungan,ricik,kangsi,dan genta orag. Terhadap masing-masing perangkatnya,semua instrumen-instrumen tersebut baik pengatur matra maupun instrumen ritmis memiliki pola permainan yang sama. Demikian juga hubungan pola permainan antara instrumen yang satu dengan lainnya.Kesamaan jenis,bentuk fisik,ukuran instrumen dan fungsi terhadap perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama.

Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungkait antara gamelan semar pegulingan dngan gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut:’’nyata gegambelan semar pegulingan ngaran semara aturu,gendingnya pegambuhan maka gegambelan barong singa’’(Dan itu gamelan semar pegulingan artingya atau bernama semara aturu,lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari barong singa). Penulis masih belum memahami apa yang dimaksud dengan gambelan semar pegulingan sebagai iringan barong singa,sebab dewasa ini gamelan semar pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari tertentu. Gamelan semar pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara-upacara adat dan keagamaan selain itu tari barong singa hingga saat ini belum pernah penulis lihat keberadaannya di Bali,yang ada adalah barong macan. Kendatipun dewasa ini gamelan semar pegulingan sering digunakan untuk mengiringi drama tari gambuh belumlah dianggap sebagai tradisi,karena hal itu dilakukan dengan alasan fleksibelitas dan salah satu penembahan fungsi gamelan semar pegulingan.

Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan semar pegulingan bukan berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaaan jenis, bentuk,bahan,dan tekhnik permainan instrumen-instrumen melodi semar pegulingan menyebabkan lagu-lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru. Melodi-melodi yang sebelumnya dimainkan lewat media suling dan rebab,ditransfer kedalam instrumen bermoncol dan berbilah yang tentunya diikuti tekhnik dan pola permainnannya,akan menghasilkan warna musikal yang berbeda pula. Dari segi pola pemainan instrumen,melodi-melodi yang dalam gamelan pegambuhan diungkapkan dengan sederhana mengalir lewat media suling,dalam gamelan semar pegulingan ditambah dengan pola permainan kotekan (interlocking) lewat media gangsa dan kantil.

Gamelan pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama menganut sistem pelarasan pelog tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan (patet). Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gamelan pegambuhan yaitu patet slisir,tembung,sundaren,baro,dan patet lebeng. Prinsip patet kedua gamelan pada dasarnya sama,yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan semar pegulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga dapat menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus,tembung berkarakter keras,dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras.

 

Daftar Pustaka

Arya Sugiartha, I Gede. 2008. Gamelan Pegambuhan “ Tambang Emas” Kerawitan Bali. Denpasar : Sari Kahyangan.

Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandan Seni Pertunjukan Bali. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Sejarah Tabuh-tabuh Lelambatan Kebyar Tejakula

 BAB II

ISI

Lelambatan adalah satu jenis tabuh gong dengan irama yang lamban.Sesungguhnya irama lamban bukanlah hal yang mutlak dalam tabuh lelambatan,karena istilah lambat digunakan untuk memberi nama kepada jenis-jenis lagu komposisinya yang panjang.Kalau mendengar  istilah lelambatan kita kan beranologi ke tabuh-tabuh pegongan,yang biasanya sering disajikan dalam barungan gambelan Gong Gede.Menurut para seniman bahwa dalm menyajikan tabuh-tabuh lelambatan ada istilah “megending”.Istilah megending ini dipakai dalam menampilka atau menyyajikan tabuh pat,tabuh nem,dan tabuh kutus.

Dalam kaitannya dengan gending-gending tabuh pat,tabuh nem,tabuh kutus di desa Tejakula juga istilah megending ini dipakai juga samapi sekarang.Khususnya mengenai tabuh telu.Istilah megending tidak terpakai namun didalam tabuh telu memakai istilah “longgor”(lelonggoran).Mengenai teknik pukulan tabuh lelambatan yang disajikan pleh barungan gambelan Gong Gede pada umumnya  memakai sistim kekenyongan yang artinya teknik pukulan yang stratifikasinya (lapisannya) jarang.Motif pukulan semacam ini biasanya terdapat dalm instrument gangse jongkok.Kalau dibawa ke barungan gambelan Gong Kebyar teknik pukulannya sudah berubah ,tetapi kadang-kadang juga teknikpukulan semacam kekloyongan dipakai juga di barungan gambelan Gong Kebyar.

Pengaruh Gong Kebyar terhadap tabuh-tabuh Lelambatan sangat spesifik, dimana barungan gamelan tersebut memakai laras pelog panca nada. Gamelan ini termasuk gamelan golongan media yang pada zaman dahulu banyak terdapat di pusat-pusat kerajaan di Bali yang sering disebut “ due puri”.Disamping menyajikan gending- gending lelambatan klasik  pegongan, gamelan Gong Gede juga dipakai untuk mengiringi upacara keaagamaan dan memeriahkan upacara-upacara kenegaraan di istan zaman dahulu.

Gamelan Gong Kebyar yang muncul pada tahun 1915, membawa dampak negatif bagi barungan gamelan Gong Gede.Seperti penulis dapatkan di desa Tejakula, pada mulanya tabuh-tabuh lelambatan klasik dapat disajikan oleh barungan Gong Gede.Mengingat perkembangan barungan gamelan Gong Kebyar sangat begitu pesat,gamelan Gong Gede di desa Tejakula berubah wujud menjadi Gong Kebyar. Perubahan ini menurut informasi dari Bapak/Guru Made Gejer jatuh pada tahun 1955, yang digarap oleh Pande gamelan dari Sawan. Sehingga sampai saat ini tabuh-tabuh lelambatan klasik di desa Tejakula, dimainkan dengan barungan gamelan Gong Kebyar. Masyarakat Tejakula pada umumnya, dan khususnya pada penabuh gong adat masih menyebutkan/ memberikan nama gamelan Gong Kebyar tersebut dinamakan barungan gamelan Gong Gede. Mengenai teknik pemukulannya dulu di barungan Gong Gede memakai sistim kekonyongan,sedangkan sekarang didalam barungan gambelan Gong Kebyar memakai teknik pukulan sekati yaitu memukul dua buah nada yang saling berganti, sedangkan pukul pukulan nyogcak yaitu memukul nada dengan antara satu nada dengan nada lainnya.

Komposi tabuh dalam gambelan untuk memberi keterangan atau pengertian mengenai arti dari komposisi tersebut.Dalam kaitannya dengan penulisan tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan di desa Tejakula,sudah barang tentu memakai aspek seperti :

  1. Pengrang-rang

adalah bentuk-bentuk pukulan instrument terompong yang pada umumnya di dahului sebelum bagian pengawit/kawitan muncul.Dalam permainannya,yang memainkan terompong biasanya berinprovisasi sesuai dengan kemampuan ynag dimilikinya.

  1. Kawitan/Pengawit

adalah berasal dari kata kawit,yang merupakan sebuah melodi sebagai pembuka dari lagu yang akan dimainnkan.Kalau bermain lagu/tabuh lelambatan klasik pada umunya dapat dimainkan oleh instrument terompong.

  1. Penngawak

adalah bagian uatama dari sebuah lagu atau tabuh dan melalui bagian-bagian dari pengawak ini,seorang akan dapat dan bisa mengetahui uger-uger ( ukuran atau peraturan )sebuah tabuh.

  1. Pengisep

Kerangka bagian pengisep adalah merupakan bagian dari tabuh lelambatan klasik yang sama dengan ukuran bagian pengawak,hanya didalam melodinya untu beberapa  atau keseluruhan prasa lagu berbeda.

  1. Pengecet

adalah merupakan bagian paling terakhir didalam komposisi tabuh-tabuh lelambatan klasik,khususnya di dalam tabuh pisan,tabuh pat,tabuh nem dan tabuh kutus.

Unsur-unsur tabuh yang terdapat dalam buku yang berjudul aspek-aspek penggarapan karawitan di Akademi Seni Tari Indonesia ( ASTI ) Denpasar yang disusun oleh Bapak Nyoman Windha, BA. dan Bapak Ketut Gede Asnawa. BA, menjelaskan bahwa unsur-unsur tabuh adalah sebagai berikut :

  1. Nada

adalah sebagai suatu bunyi yang teratur ditangkap oleh telinga yang berasal/bersumber dari alat-alat gamelan dan juga vocal.setiap nada yang kita pakai dalam seni karawitan/suara mempunyai 4 sifat tertentu yaitu: a. tinggi rendah( pitch), b. panjang pendek (duration), c. keras lirih (intensity), d. warna nada (tone colour).

  1. Melodi

Melodi pada hakikatnya hasil dari pada terjalinnya nada-nada yang terbentuk/tersusun, sehingga membentuk suatu lagu/gending.Dalam mewujudkan suatu lagu tidak cukup menjajarkan nada-nada tetapi yang paling penting mengetahui bahwa melodi-melodi mempunyai sifat: sistim “pacaperiring”(syllabic) : sifatnya datar terdiri dari nada-nada yang utuh(belum

dipariasikan).

  1. Irama

Irama lazim juga disebut juga ritme.Sebenarnya istilah ini tidak terdapat pada seni musik saja tetapi terdapat juga seni tari,tabuh dan lukis bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun mempunyai ritme dan irama.Oleh karna itu irama dapat dibagi 3 : irama metris,melodis dan ritmis.

  1. Tempo

Tempo adalah cepat lambatnya suatu lagu yang dimainkan. Secara garis besarnya tempo itu dapat dibagi menjadi 3; tempo cepat,lambat dan sedang.Dalam gamelan bali bisa saja terjadi tempo cepat pukulannya keras/ sebaliknya tempo cepat pukulannya lirih dan bisa juga temponya lambat pukulannya keras/sebaliknya tempo lambat pukulannya lirih.

  1. Harmoni

adalah persesuain,keselarasan dan kecocokan dari perpaduan beberapa unsur.Dalam membuat garapan kerawitan harmoni adalah keserasian dari beberapa elemen yang membentuk musik atau lebih tabuh itu sendiri.

  1. Dinamika

adalah pancran dari expresi nada ,melodi,irama dan tempo.dalam hal ini selalu di usahakan untuk mempergunakan dinamika secara berganti-ganti atau berpatisipasi dari yang berdinamika keras lembut begitu pula sebaliknya.

 

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tejakula merupakan suatu desa yang terletak di kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng yang letaknya di ujung timur kabupaten.Desa ini masih mempunyai tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan seperti; tabuh pisan,tabuh telu,tabuh pat dan tabuh nem. Tabuh-tabuh ini mempunyai fungsi yang kuat dikalangan masyarakat untuk dapat menunjang kegiatan upacara adat panca yadnya .Tabuh- tabuh ini dapat disajikan oleh barungan gong kebyar, yang sring disebut-sebut oleh masyarakat gamelan gong gede.Di dalam menampilkan tetabuhan-tetabuhan,khususnya didalam tabuh telu biasanya disebut: “Longor”,sedangkan untuk penampilan tabuh pat, tabuh nem dan tabuh kutus biasanya disebut :” megending”.

Pengertian klasik pada sebutan tabuh bisa disebutkan sebagai tabuh kekunan/ tabuh lelawasan/tabuh tua yang mengandung nilai sifat klasik dan tradisional. Pengertian klasik dalam hubungan pengertian tabuh,gending atau lagu telah mewujudkan pola-pola kuat; ukurannya panjang-panjang,komposisi sudah baku strukturnya sangat simpel dan jiwanya ; megah,agung,hidmat,tenang serta kesucian dan sangat di pentingkan hitungan gatra kelipatan genap.

Tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan di Desa Tejakula masih ada kurang lebih10 buah tabuh telu,1 buah tabuh pisan,6 buah tabuh pat,2 buah tabuh nem sedangkan tabuh kutus sudah tidak mempunyai.tabuh-tabuh ini sudah dapat dipastikan mempunyai bentuk tabuh sebagai berikut;perang-rang,kawitan,pengawak,penibe,pengecet dan pengaad.

3.2 .Saran-saran.

Tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan yang sudah mempergunakan sistim pencatatan, tidak luput juga dari kepunahannya, apalagi tabuh-tabuh lelambatan yang tidak menggunakan simtim pencatatan seperti pada gambelan Gender Wayang, Gong Luang,Slonding serta gambelan-gambelan yang lainnya penulis yakin sudah bayak punah.untuk itu penulis sarankan disini,para penabuh Gong Kebyar di Desa Tejakula supaya dapat memerhatikan dan mempelajari tabuh-tabuh lelambatan tersebut. Disamping itu khususnya pada dosen agar mempunyai perhatian untuk ikut meneliti tabuh-tabuh yang masih banyak dipelihara dikalangan masyarakat.

Daftar Pustaka

Bandem , Dr.I Made Bandem Ubit-ubitan Sebuah Teknik Permainan Gambelan Bali.Denpasar

No.080/23/1991,Ditjen Pendidikan Tinggi Dipdikbud.

_______, Mengenal Gambelan Bali,Denpasar : Sekolah Tinggi Menengah Karawitan Indonesia,

1980.

________, Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali,Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia,

1982.

Aryasa, I W. M. Pekembangan Seni Karawitan Bali, Denpasar : Proyek Sasana Budaya Bali,

1976/1977.

Daftar Informasi

Nama                                       : Pande Gede Mustika S,Skar M.Si

Tempat / Tanggal Lahir           : Tejakula /

Pekerjaan                                 : Dosen Kerawitan ISI Denpasar

 

Istilah Arti Gong Kebyar Dalam Kerawitan Bali

Istilah Arti Gong Kebyar  Dalam Kerawitan Bali

Gong Kebyar terdiri dua arti yaitu gong dan kebyar, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Kata gong di Bali mempunyai tiga pengertian sebagai berikut:

  1. Istilah gong untuk menunjukan salah satu jenis yang bentuknya bundar dan persegi, ditengah-tengahnya terdapat pencon sebagi tem[at untuk memukul. Tungguhan gong pada umumnya dibuat dari perunggu dan kadang-kadang dibuat dari besi,dengan garis tengah berukuran sekitar 75-90 cm. dalam satu barung gamelan kadang-kadang mengggunakan dua bungkul (buah) gong, yaitu gong lanang dan gong wadon, seperti yang terdapat pada barunga gamelan Gong Kebyar, Gong Gede, dan Gong Luang. Dalam tata letak jenis-jenis tungguhan dalam satu barungan gamelan, gong lanang dan gong wadon selalu berdamppingan karena dimainkan secara bergantian oleh seorang penabuh. Jenis barungan gamelan lainnya juga menggunakan tungguhan gong yang ukuran garis tengahnya relatife lebih kecil yaitu sekitar 70 cm, yang biasanya disebut dengan gong penyalah. Untuk tungguhan gong yang biasanya berbentuk persegi pada umunya terbuat dari besi. Gong ini biasanya disebut gong pulu atau kempul pulu (di jawa disebut gong kemodhong), lazim digunakan pada jenis-jenis barungan gamelan Geguntangan, Pejangeran, Angklung, dan Joged Bumbung. Fungsi tungguhan gong dalam sajian gending adalah memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu yang pali “berat”. Apabila satu barung tidak menggunakantungguhan gong, maka yang memberikan tekanan (sebagai gong) adalah kalimat lagunya.
  2. Istilah gong di Bali pada umunya dapat digunakan untuk menunjukaan satu barungan gamelan. Apabila satu barungan gamelan menggunakan tungguhan gong yang berbentuk bundar dengan ukuran 75-90 cm, maka nama jenis barungan tersebut diawali dengan kata “gong”,seperti gamelan Ging Gede, Gong Luang, dan Gong Kebyar, kecuali jenis barungan gamelan Gong Suling dan Gong Bheri kedu jenis gamelan ini tidak menggunakan jenis tungguhan gong tetapi nama jenis gamelan tersebut selalu diawali dengan kata “gong”. Adapun jenis barungan gamelan yang menggunakan tungguhan gong penyalah, tungguhan gong yang berbentuk persegi panjang, dibuat dari besi dengan menggunakan resonator, dan jenis barungan gamelan yang tidak menggunakan tungguhan gong, namun jenisbarungan gamelan itu selalu di awali dengan kata “gamelan”, seperti  gamelan Semar Pegulingan Saih Lima, gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu, gamelan Selonding, gamelan Genggong, dan Gamelan Gambang. Fugsi tungguhan gong  penyalah dan gong pulu  juga memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu yang paling “berat”sesuai dengan bentuk gendingnya.
  3. Istilah gong juga digunakan untuk menyebut karawitan. Dalam pembicaraan sehari-hari terutama di desa tidak menyebut karawitan tetapi gong, misalnya : “Yo mebalih gong di pura”( ayo menonton karawita di pura). Istilah ini juga terjadi di Jawa misalnya : “ Dhek mbayuku dadi manten, bapak naggap gong”; artinya, ketika kakak menikah, bapak menggunakan karawitan.(Hastanto ,1991 : 72).

Dari ketiga pengertian kata gong tersebut, maka pengertian gong dalam Gong Kebyar adalah menunjukan segi fisiknya (barungannya), yang terdiri dari beberapa jenis maupun bentuk tungguhan yang menjadi satu kesatuan, sedangkan istilah kebyar atau mekebyar digunakan untuk menyebutkan datangnya suara atau sinar yang terang yang datangnya secara tiba-tiba. Istilah kebyar oleh Colin McPhee (1966:328) diartikan suatu suara yang memecah bagaikan peah dan mekarnya sekuntum bunga. Dengan demikian istilah kebyar terkait dengan suara gamelan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh jenis tungguhan dalam waktu bersamaan.

Gong Kebyar dilihat dari segi fisik adalah salah satu barungan gamelan Bali yang sebagian besar tungguhannya berjebis perkusi, dibuat dari perunggu dan menggunakan laras pelog lima nada atau atut lima. Barungan gamelan Gong Kebyar yang ada sekarang menggunakan jenis-jenis tungguhan, yaitu : gangsa guru, pemade, kantil, ketuk, ceng-ceng kecek, ceng-ceng kopyak, kendang (krumpungan, gupekan,dan cedugan), tromping, barangan, penyacah, kenyur, jegogan,suling, rebab, bebende, kenong, kempli, kempul, gong.  Bentuk bilah dalam Gong Kebyar adalah bentuk belahan penjalin atau tungguhan tundun klipes dan bentuk usuk atau kalor. Bentuk bilah belahan penjali dipasang dengan cara dipacek, sedangkan bentuk bilah usuk atau kalor dengan cara digantung. Bentuk bilah bilahan penjalin yang digunakan dalam tungguhan gangsa guru, pemade, dan kantil digunakan pada barungan gamelan Gong Kebyar Bali Utara, sedangkan bentuk bilah kalor digunakan pada gamelan Gong Kebyar Bali Selatan. Jenis tungguhan terompong Gong Kebyar Bali Utara pada umumnya menggunakan bentuk pencon endep, sedangkan tungguhan terompong Gong Kebyar Bali Selatan pada umumnya menggunakan pencon tegeh. Bentuk pencon yang digunakan dalam tungguhan barangan Gong Kebyar Bali Utara pada umumnya berbentuk pencon tegeh, sedangkan tungguhan barangan Gong Kebyar Bali Selatan pada umumnya berbentuk pencon endep.

Gong kebyar dilihat dari segi musikalnya adalah salah satu teknik permainan tungguhan yang dipukul dalam waktu bersamaan sehingga terkesan “byar”. Dalam gending-gending Gong Kebyar terdapat bentuk gending kebyar yang disajikan oleh sebagian besar jenis tungguhan. Bentuk gending kebyar ini terletak pada awal gending atau tengah-tengah bagian gending.

 

Sumber Refrensi   :

Bandem , Dr.I Made Bandem. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali,Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia,1982.

Made Sukerta, Pande. 2009.Gong Kebyar Buleleng : Perubahan dan Berkelanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta : Program Pascasarjana

 

 

Artikel Kehidupan Gong Kebyar Buleleng

Kehidupan Gong  Kebyar  Buleleng

Buleleng mempunyai gaya Gong Kebyar yang paling menonjol di antara gaya-gaya Gong Kebyar yang ada di Bali. Di daerah Buleleng terdapat dua subgaya Gong Kebyar, yaitu Gong Kebyar Gaya Buleleng Dauh Enjung and Gong Kebyar Gaya Buleleng Dangin Enjung. Kedua subgaya Gong Kebyar Gaya Bulelengtersebut mempunyaidaerah pengembangan dan seniman masing-masing. Sekitar rahun 1960-an kehidupan Gong Kebyar gaya Buleleng dilihat dari kegiatan mebarung baik antar daerah di wilayah subgayayang sama maupun subgaya yang berbeda yang subur. Setiap kegiatan Gong Kebyar mebarung selalu di penuhi penonton yang menampakan supporter masing-masing sekehe gong, terlebih jika bila kegiatan mebarung antar subgaya maka jumlah penontonnya lebih banyak. Tahun 1940-an hamper seluruh desa memiliki barungan gamelan Gong Kebyar. Oleh karena itu kegiatan mebarung tidak hanya antar kecamatan yang diselenggarakan pemerintah kabupaten, tetapi juga antar desa yang diselenggarakan di masing-masing kecamatan. Disamping kesuburan kehidupan Gong Kebyar Gaya Buleleng juga dapat diamati dari karya-karya yang muncul yang disusun oleh para seniman Buleleng. Misalnya Pan Wandres dan I Gede Manik dari Desa Jagaraga Kecamatan sawan, seniman dari dangin enjung  yang menciptakan gending tari Trunajaya, Palawakya, dan Cendrawasih, kemudian Nyoman Sukandia, Ketut Mardana, dan I Putu Sumiasa dari Kedis Kecamatan Busungbiu, seniman dari dauh enjung yang menciptakan gending tari Wiranjaya, Palawakya, dan Nelayan. Dalam kekaryaan, seniman dari kedua daerah budaya tersebut saling bersaing, tetapi hubungan antar individu seniman sangat baik. Misalnya I Gede Manik melatih Gong Kebyar di Desa Mayong yang merupakan salah satu daerah dauh enjung, senima-seniman yang berasal dari dauh enjung tidak mempermasalahkanya. Perbedaan yang sangat sangat menonjol antara Gong Kebyar Buleleng Dangin Enjung dengan Buleleng Dauh Enjung terletak ekpresi musikalnya, antara lain penggunaan tempo dalam menyajikan suatu gending yaitu, sajian gending sekehe Gong Kebyar Gaya Buleleng Dangin Enjung relatife lebih cepatdari pada sajian sekehe Gong Kebyar  Buleleng Dauh Enjung.

Suatu hal yang menarik dalam Gong Kebya mebarung di Buleleng, yaitu keikutsertaannya balian (orang pintar) agar dapat menjatuhkandengan cara gaib (tidak kelihatan). Cara ini dilakukan pada saatny Gong Kebyar mebarung baik sesama daerah enjung maupun lain daerah. Kegiatan yang dilakukan oleh balian agar pihak lawan lupa diri (pingsan) atau seluruh badannya gatal sehingga tidak seluruh sekeheterlibat dalam kegiatan mebarung. Peristiwa ini terjadi pada saat mebarung antara sekeha Gong Kebyar Desa Bebetin dengan sekeha Gong Kebyar Desa Naga Sepaha ( Ni Made Manis, wawancara 4 januari 2004). Persaingan positif yang di dasari dengan sifat jengah sangat terasa pada saat itu, sehingga kehidupan Gong Kebyar Bali Utara dirasakan sangat subur.

Sebelum tahun 1960-an Gong Kebyar Bali Utara tidak hanya berkembang di daerah Buleleng tetapi juga di daerah lain yang merupakan perbatasan wilayah administrasi, yaitu di wilayah Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, di wilayah Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, dan di wilayah Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Pelatih atau seniman dari Buleleng melatih di daerah-daerah tersebut. Dengan adanya kegiatan mebarung munculnya seniman-seniman buleleng dan menyebarkan barungan gamelan Gong Kebyar Bali Utara ke daerah lain merupakan suatu cirri bahwa Gong Kebyar Buleleng kehidupannya sangat subur.

 

Daftar Pustaka

Made Sukerta, Pande. 2009.Gong Kebyar Buleleng : Perubahan dan Berkelanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta : Program Pascasarjana