Istilah Arti Gong Kebyar Dalam Kerawitan Bali

This post was written by pandewidya on April 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

Istilah Arti Gong Kebyar  Dalam Kerawitan Bali

Gong Kebyar terdiri dua arti yaitu gong dan kebyar, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Kata gong di Bali mempunyai tiga pengertian sebagai berikut:

  1. Istilah gong untuk menunjukan salah satu jenis yang bentuknya bundar dan persegi, ditengah-tengahnya terdapat pencon sebagi tem[at untuk memukul. Tungguhan gong pada umumnya dibuat dari perunggu dan kadang-kadang dibuat dari besi,dengan garis tengah berukuran sekitar 75-90 cm. dalam satu barung gamelan kadang-kadang mengggunakan dua bungkul (buah) gong, yaitu gong lanang dan gong wadon, seperti yang terdapat pada barunga gamelan Gong Kebyar, Gong Gede, dan Gong Luang. Dalam tata letak jenis-jenis tungguhan dalam satu barungan gamelan, gong lanang dan gong wadon selalu berdamppingan karena dimainkan secara bergantian oleh seorang penabuh. Jenis barungan gamelan lainnya juga menggunakan tungguhan gong yang ukuran garis tengahnya relatife lebih kecil yaitu sekitar 70 cm, yang biasanya disebut dengan gong penyalah. Untuk tungguhan gong yang biasanya berbentuk persegi pada umunya terbuat dari besi. Gong ini biasanya disebut gong pulu atau kempul pulu (di jawa disebut gong kemodhong), lazim digunakan pada jenis-jenis barungan gamelan Geguntangan, Pejangeran, Angklung, dan Joged Bumbung. Fungsi tungguhan gong dalam sajian gending adalah memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu yang pali “berat”. Apabila satu barung tidak menggunakantungguhan gong, maka yang memberikan tekanan (sebagai gong) adalah kalimat lagunya.
  2. Istilah gong di Bali pada umunya dapat digunakan untuk menunjukaan satu barungan gamelan. Apabila satu barungan gamelan menggunakan tungguhan gong yang berbentuk bundar dengan ukuran 75-90 cm, maka nama jenis barungan tersebut diawali dengan kata “gong”,seperti gamelan Ging Gede, Gong Luang, dan Gong Kebyar, kecuali jenis barungan gamelan Gong Suling dan Gong Bheri kedu jenis gamelan ini tidak menggunakan jenis tungguhan gong tetapi nama jenis gamelan tersebut selalu diawali dengan kata “gong”. Adapun jenis barungan gamelan yang menggunakan tungguhan gong penyalah, tungguhan gong yang berbentuk persegi panjang, dibuat dari besi dengan menggunakan resonator, dan jenis barungan gamelan yang tidak menggunakan tungguhan gong, namun jenisbarungan gamelan itu selalu di awali dengan kata “gamelan”, seperti  gamelan Semar Pegulingan Saih Lima, gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu, gamelan Selonding, gamelan Genggong, dan Gamelan Gambang. Fugsi tungguhan gong  penyalah dan gong pulu  juga memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu yang paling “berat”sesuai dengan bentuk gendingnya.
  3. Istilah gong juga digunakan untuk menyebut karawitan. Dalam pembicaraan sehari-hari terutama di desa tidak menyebut karawitan tetapi gong, misalnya : “Yo mebalih gong di pura”( ayo menonton karawita di pura). Istilah ini juga terjadi di Jawa misalnya : “ Dhek mbayuku dadi manten, bapak naggap gong”; artinya, ketika kakak menikah, bapak menggunakan karawitan.(Hastanto ,1991 : 72).

Dari ketiga pengertian kata gong tersebut, maka pengertian gong dalam Gong Kebyar adalah menunjukan segi fisiknya (barungannya), yang terdiri dari beberapa jenis maupun bentuk tungguhan yang menjadi satu kesatuan, sedangkan istilah kebyar atau mekebyar digunakan untuk menyebutkan datangnya suara atau sinar yang terang yang datangnya secara tiba-tiba. Istilah kebyar oleh Colin McPhee (1966:328) diartikan suatu suara yang memecah bagaikan peah dan mekarnya sekuntum bunga. Dengan demikian istilah kebyar terkait dengan suara gamelan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh jenis tungguhan dalam waktu bersamaan.

Gong Kebyar dilihat dari segi fisik adalah salah satu barungan gamelan Bali yang sebagian besar tungguhannya berjebis perkusi, dibuat dari perunggu dan menggunakan laras pelog lima nada atau atut lima. Barungan gamelan Gong Kebyar yang ada sekarang menggunakan jenis-jenis tungguhan, yaitu : gangsa guru, pemade, kantil, ketuk, ceng-ceng kecek, ceng-ceng kopyak, kendang (krumpungan, gupekan,dan cedugan), tromping, barangan, penyacah, kenyur, jegogan,suling, rebab, bebende, kenong, kempli, kempul, gong.  Bentuk bilah dalam Gong Kebyar adalah bentuk belahan penjalin atau tungguhan tundun klipes dan bentuk usuk atau kalor. Bentuk bilah belahan penjali dipasang dengan cara dipacek, sedangkan bentuk bilah usuk atau kalor dengan cara digantung. Bentuk bilah bilahan penjalin yang digunakan dalam tungguhan gangsa guru, pemade, dan kantil digunakan pada barungan gamelan Gong Kebyar Bali Utara, sedangkan bentuk bilah kalor digunakan pada gamelan Gong Kebyar Bali Selatan. Jenis tungguhan terompong Gong Kebyar Bali Utara pada umumnya menggunakan bentuk pencon endep, sedangkan tungguhan terompong Gong Kebyar Bali Selatan pada umumnya menggunakan pencon tegeh. Bentuk pencon yang digunakan dalam tungguhan barangan Gong Kebyar Bali Utara pada umumnya berbentuk pencon tegeh, sedangkan tungguhan barangan Gong Kebyar Bali Selatan pada umumnya berbentuk pencon endep.

Gong kebyar dilihat dari segi musikalnya adalah salah satu teknik permainan tungguhan yang dipukul dalam waktu bersamaan sehingga terkesan “byar”. Dalam gending-gending Gong Kebyar terdapat bentuk gending kebyar yang disajikan oleh sebagian besar jenis tungguhan. Bentuk gending kebyar ini terletak pada awal gending atau tengah-tengah bagian gending.

 

Sumber Refrensi   :

Bandem , Dr.I Made Bandem. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali,Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia,1982.

Made Sukerta, Pande. 2009.Gong Kebyar Buleleng : Perubahan dan Berkelanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta : Program Pascasarjana

 

 

Comments are closed.