Sejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

1094750_10151785627967147_1598841468_oSejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

“Sabha Sawitra”

            Keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula, merupakan salah satu asset dari perkembangan Gong Kebyar yang tersebar luas di Bali. Salah satu bentuk medium seni tabuh, Gong Kebyar di Tejakula juga di manfaatkan selain sebagai sarana kebutuhan estetis secara musikal, juga sebagai sarana lainnya seperti untuk pengiring upacara atau ritual, sarana sosial, dan sarana ekonomi. dari fungsi yang ada sekaligus dimaknai sebagai medium estetis yang bernilai ritual, sosial, dan ekonomi.

Sejarah singkat keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula,menurut penuturan gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula pada mulanya warga Dadia Pinatih Desa Tejakula memiliki seperangkat barungan gamelan Gong Kebyar gaya Bali utara. Seperangkat gamelan tersebut, dipinjamkan kepada desa Tejakula. Pada saat itu kebetulan pemimpin desa atau bapak kepala desanya dari warga pinatih yaitu Bapak I Ketut Arta. Sebelum bapak I Ketut Arta memimpin desa Tejakula, desa tersebut pernah juga dipimpin oleh warga Pinatih.

Perkembangan kesenian di desa Tejakula pada saat itu sangat maju khususnya kesenian Kebyar seperti ada beberapa tarian diantaranya tari Truna Jaya, Margapati, Panji Semirang, Tenun, Wiranata, Oleg Tamulilingan, Cendrawasih, dan tari Kupu-kupu. Adapun mengenai tabuh-tabuhan seperti : Hujan Mas, Bande Sura Kekebyaran, dan Tabuh Galang Kangin kekebyaran. Kesemuanya jenis kesenian tersebut dapat disajikan atau diiringi oleh barungan gamelan gong kebyar milik warga penatih yang dipinjamkan bapak kepala desa Tejakula.

Sebelum dan sesudah gerakan G30 S/PKI pada tahu 1965, seni-seni tersebut khususnya seni tari dan seni karawitan (tabuh) sering pentas mengisi acara permohonan internal desa dan eksternal desa. Internal desa mengisi permohonan masyarakat desa Tejakula dalam kegiatan upacara Panca Yadnya seperti : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, dan Pitra Yadnya. Untuk ekternal mengisi acara di Istana Negara Tampak Siring dalam rangka kunjungan bapak presiden republik Indonesia pada saat itu bapak Soekarno adalah sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. sebelum pentas di Tampak Siring (istana), pentas juga di Patal Tohpati, Balitek, Kapal-kapal besar di pelabuhan Buleleng, HUT Kota Singaraja dan dalam rangka 17 Agustus di alun-alun atas dan alun bawah di kota Singaraja.

Perkembangan seni selanjutnya di desa Tejakula, adanya rekaman dari Yama Sura dari Jepang untuk kepentingan kampus yang sudah barang tentu dikasi dana. Selanjutnya kesenian Gong Kebyar dan kesenian wayang wong pada tanggal 5 sampai dengan 13 September 1993, diajak mengikuti pementasan di Jepang Tokyo oleh Bapak Sardono pada tanggal 16 Mei 1995 dengan materi yang sama pergi ke negara Swedia yang diprakasai oleh bapak Sida Karya alias UlGad dari Swedia. Kepergian rombangan kesenian Tejakula ke negara tersebut dan termasuk rekaman yang dilakukan oleh Yama Sura dari Jepang memakai barungan gamelan gong kebyar tersebut. Para seniman yang mengikuti kegiatan kesenian tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan honor (upah) karena akan ada rencana untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar.

Atas dasar pertimbangan para seniman yang di prakarsai oleh Bapak Nyoman Tusan dan Pande Gede Mustika, sehingga sisa-sisa dana dari ke tiga kegiatan tersebut mencukupi untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar. Gamelan Gong Kebyar yang ada sekarang itu dibeli dengan harga        Rp.15.000.000,00 (limas belas juta rupiah) di Pande gamelan Kubu Jati yaitu Bapak Gede Artha. semula gamelan tersebut tanpa diukir, selanjutnya diukir oleh masyarakat Tejakula dari keluarganya Putu Inten. Gamelan tersebut dibeli pada tahun 1996 Setelah memiliki gamelan baru, gamelan gong kebyar milik warga pinatih yang dipergunakan oleh desa dikembalikan,sehingga gamelan gong kebyar yang ada sekarang di desa administrasi Tejakula berkat jerih payah seniman.

Demikian sejarah singkat keberadaan barungan gamelan gong kebyar yang ada sekarang di Desa Tejakula,sehingga aktifitas seniman khususnya seniman kebyar berjalan sesuai dengan harapan.

 

Bentuk Fisik

 

            Bentuk fisik gamelan Gong Kebyar yang ada di desa Tejakula merupakan barungan gamelan yang terbuat dari kerawang dengan pelawah dari kayu disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk sebuah instrument-instrumen yang kebanyakan berbentuk bilah. Unsur budaya Bali tercemin pada penggunaan instrument dari perangkat gamelan Bali dan busana yang digunakan oleh para penabuh (juru gamel). Budaya local tampak pada penggunaan aspek tradisi Bali seperti bentuk ukiran/ornament pada pelawahnya, menggunakan laras pelog, sesaji, dan para penabuhnya didominasi dengan memakai kostum penabuh tradisi budaya Bali.

Bentuk Instrumen

Gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula sudah barang tentu mempunyai suatu kekhasan sendiri. Barungan gamelan Gong Kebyar Tejakula, bentuk instrumennya ada yang berbentuk bilah dan ada yang berbentuk pancon (moncol). Menurut Brata, instrument yang berbentuk bilah juga dapat dibagi menjadi dua yakni bilah yang berbentuk dengan istilah; metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin, dan bulig.

Bentuk Repertoar

            Bentuk adalah susunan dari suatu bagian atau struktur yang merupakan suati sehingga membentuk atau mewujudkan suatu bentuk nyata. Bentuk repertoar ditentukan oleh jumlah bagian, struktur, dan permainan dari suatu instrument.Dalam repertoar gending-gending gong kebyar di desa Tejakula terdapat beberapa bentuk repertoar gending yaitu bentuk repertoar gending gilak (gegilakan), tabuh telu, tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh-tabuh untuk iringan tari-tarian lepas. Masing-masing bentuk repertoar gending, merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing bentuk mempunyai urutan sajian bagaian gending yang berbeda-beda.

Adapun urutan dari bagian-bagian bentuk repertoar gending dari masing-masing bentuk repertoar adalah sebagai berikut :

1.  Bentuk repertoar gending gilak (gegilakan) terdiri dari bagian gending-gending  kawitan dan pengawak.

2.  Bentuk repertoar gending tabuh pisan terdiri dari bagian gending kawitan, pengawak, ngisep ngiwang, pengisep, dan pengecet.

3.  Bentuk repertoar gending tabuh telu, terdiri dari bagian gending kawitan dan pengawak.

4.  Bentuk repertoar gending tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh kutus mempunyai bagian gending yang sama yaitu kawitan (pengawit), pengawak pengisep (pengaras), dan pengecet. Pada bagian gending pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah kawitan, pemalpal, ngembat terompong, pemalpal tabuh telu, pengawak tabuh telu. Alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam pengecet adalah kawitan, pemalpal, ngembat trompong, dan gilak atau gegilakan.

5.  Gending-gending untuk iringan tari-tarian lepas pada umumnya dikomposisikan sedemikian rupa disesuaikan dengan bentuk tari yang diiring

 

identitas diri

IMG01478-20131224-0846 - CopyPande Gede Widya Supriyadnyana itulah nama yang telah diberikan oleh kedua orang tua saya semenjak saya lahir. Saya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang dilahirkan di Tejakula pada tanggal 12 Desember 1994. Saya dilahirkan dari sebuah keluarga berdarah seni. Ayah saya bernama Pande Ketut Widana,BA, ia merupakan seorang guru Seni Budaya di SMP Negeri 1 Tejakula, dan penggemar musik khususnya gambelan Bali ,dia merupakan mahasiswa lulusan ASTI Denpasar. Ni Nengah Narki itulah nama ibu saya yang merupakan mahasiswi lulusan UNIPAS Singaraja, yang kini bekerja sebagai guru Pembimbing di SMP 4 Tejakula. Saya tinggal disebuah rumah yang sangat sederhana, disebuah kompleks perumahan BTN, dusun Suka Dharma, desa Tejakula, kecamatan Tejakula, kabupaten Buleleng. Dulu keluarga saya hidup dengan berkecukupan.Bermain gambelan merupakan kegemaran saya dari kecil. Dari umur 7 tahun saya sudah mulai belajar bermain gambelan karena ketertarikan saya terhadap gambelan dan ingin memiliki wawasan yang luas serta keterampilan yang baik dalam memainkan gambelan. Kendang merupakan salah satu instrument gambelan yang saya sangat sukai, meskipun cara memainkannya lebih sulit dibandingkan dengan instrument gambelan yang lainnya. Ketika berumur 5 tahun saya sudah di sekolahkan di Taman Kanak-kanak Udayana, desa Tejakula dari tahun 1999 – 2001, dan dilanjutkan dengan menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD No. 8 Tejakula dari tahun 2001 – 2007. Pada saat tinggal di sekolah dasar banyak pengalaman yang saya dapatkan. Dari beberapa pengalaman saya yaitu saat ada kegiatan Apresiasi Seni Budaya yang dilakukan di Taman Kota. Saya menjadi anggota dalam apresiasi mewakili sekolah ditunjuk untuk mengikuti baleganjur dan kecak.

Setelah lulus SD, saya melanjutkan pendidikan di bangku SMP dan bersekolah di SMP Negeri 1 Tejakula dari tahun 2007 – 2010. Ketika itu, saya pernah mengikuti Pelatihan Dasar Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Pelatihan Dasar Internet. Keikutsertaan saya dalam pelatihan dasar tersebut memberikan banyak manfaat bagi diri saya.Waktu SMP, Saya memilih Ekstrakulikuler tabuh,Kegiatan ekstrakurikuler tabuh pun menjadi salah satu pilihan bagi saya di sekolah. Namun, dalam bermain instrumen gambelan bagi saya tidaklah begitu sulit, mungkin ini sudah merupakan bakat seni yang secara turun temurun sudah tumbuh dan melekat pada diri saya khususnya dalam bermain gambelan. Berlanjutnya waktu terus ada lomba rindik se-Bali, dari Kabupaten Buleleng saya di tunjuk untuk mewakili lomba tersebut. Pada saat itu juga saya sendiri di tunjuk untuk mewakili sekolah dan kabupaten. Hari pun berlangsung untuk melakukan latihan demi tercapainya sebuah kebanggaan bagi kabupaten,sekolah yang lebbih penting bagi diri saya sendiri. Ada banyak cerita yang dapat kami peroleh dari keikut sertaan dalam perlombaan tersebut, antara lain : 1. Pada saat menuju ke tempat perlombaan berlangsung, 2. Pada waktu makan yang begitu serempak dalam satu gedung, 3. Pada waktu lomba berlangsung,pada saat itu pula saya tidak bisa menjaga keegoisan saat lomba tersebut berlangsung. Setelah lomba berlangsung pembagian juara dari masing-masing kabupaten di umumkan, saya mendapatkan harapan 4 dari sembilan Kabupaten yang ada. Betapa senangnya meski tidak mendapat juara yang diharapkan sesuai keinginan pribadi saya. Setelah mencapai kelulusan di SMP, saya pun berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMA dan bersekolah di SMA Negeri 1 Tejakula dengan mengikuti Test Potensi Akademik dan dari hasil TPA.Semasa SMA, saya pun melanjutkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tabuh untuk belajar lebih dalam lagi mengenai cara-cara bermain gambelan dengan baik. Kegigihan saya kali ini tidaklah terbuang dengan percuma, dari umur 11 tahun saya sudah mampu memainkan gambelan dengan baik dan mulai melakukan pementasan-pementasan yang sudah tidak terhitung jumlahnya, seperti dalam acara resepsi pernikahan, pawai ogoh-ogoh, pawai pembangunan, dan lain-lain.

Pada waktu SMA saya membuat sekelompok perkumpulan kolaborasi yang terdiri dari beberapa dari teman yang sering saya ajak menabuh dan juga pada waktu SMA pun saya pernah mengikuti lomba ogoh-ogoh, baleganjur Se_ Kabupaten Buleleng, pada saat itu juga waktu lomba ogoh-ogoh mendapat juara 3 dari beberapa kecamatan yang ad di Kabupaten Buleleng dan untuk lomba baleganjurnya di Kabupaten Buleleng mendapatkan juara 2. Untuk meraih itu tidak mudah melakukan beberapa latihan meski hujan-hujanan harus dilewati selama 1 bulan 2 minggu. Setelah tamat SMA tahun 2013, saya bercita-cita sejak saya diam di sekolah dasar ingin melajutkan menimba ilmu setelah tamat SMA di sekolah seni yang dulunya bernama ASTI dan yang berganti ISI, dan cita-cita saya pun berhasil bisa melajutkan study di sekolah seni dengan melalui memasukan lamaran, terus dilakukannya test untuk penyaringan mahasiswa. Setelah menunggu beberapa hari untuk menunggu hasil dari test, dan doa yang di berkati saya bisa diterima di ISI. Saya melanjutkan study di ISI karena ingin melestarikan seni budya yang ada di desa saya sendiri dan mengikuti jejak bapak saya yang dulunya melanjutkan jenjang pendidikan di Akademi Seni Tingkat Indonesia ( ASTI ). Saya mengambil jurusan kerawitan ,karena keinginan dan hobi saya ada di kerawitan yang didalamnya salah satunya menabuh ‘megambel”. Saya berharap kelak nanti saya bisa berguna di kalangan masyarakat dan bisa melanjutkan pendidikan dengan lancar tanpa halangan apapun yang mengganggu perjalanan pendidikan saya dan selesai melajutkan perkuliahan tepat pada waktunya.

Sekarang saya sudah melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi dan di percaya dalam keluarga kecil saya untuk bisa memberi bimbingan terhadap adik-adik saya yang masih kecil. Dan waktu kuliah saya berlangsung saya memiliki banyak kisah yang terjadi dalam perkuliahan contohnya , latihan sama teman sekelas untuk mencari tabuh-tabuh yang ada, dan untuk dipakai ngayah-ngayah kegiatan di luar kampus. Seiring berjalannya waktu latihan ada teman sekelas saya dikasi untuk ngayah pertama kali di Pomogan. Dari sana saya bisa petik bahwa dari perkumpulan sekecil nanti kebahagiaan akan muncul lebih. Kebahagiaan dari teman itu lebih memberikan motivasi untuk berkembang menjadi manusi yang sangat nantinya berguna bagi saya untuk mencapai kesempurnaan dalam melakukan perkuliahan.

 

Demikian pemaparan tentang kehidupan saya , semoga berguna bagi para pembacana.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!