Ogoh-ogoh dalam Rangkaian Hari Raya Nyepi di Banjar Petapan Kelod, Desa Pergung

Posted by Arsa Wijaya on Maret 07, 2012
Tulisan

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan (biasanya dalam wujud Raksasa).

Selain wujud Raksasa, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Surga dan Neraka, seperti: naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan Dewa. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar ogoh-ogoh. Contohnya ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Dalam fungsi utamanya, ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Di setiap banjar baik di kota ataupun desa, tampil ogoh-ogoh dengan aneka macam bentuk dan rupa. Di satu banjar, mereka tak hanya membuat satu ogoh-ogoh. Ada yang dibuat oleh seka teruna (kelompok pemuda) ada pula yang dibuat oleh seka anak-anak (kelompok anak-anak).

Begitu juga dengan Banjar Petapan Kelod, Desa Pergung, seka teruna dan seka anak-anak membuat ogoh-ogoh yang berwujud Raksasa. Ogoh-ogoh itu dibuat tiga minggu sebelum hari pengrupukan. Ogoh-Ogoh digelar sebagai salah satu rangkaian acara perayaan Hari Raya Nyepi.

Ogoh-ogoh di Banjar Petapan Kelod ini berfungsi sebagai sarana ritual untuk menetralisir sifat negatif manusia atau alam menjelang datangnya Tahun Baru Saka dengan harapan sifat buruk manusia bisa dibersihkan sehingga pada Hari Raya Nyepi seluruh umat Hindu di Banjar Petapan Kelod ini dapat menyongsong kehidupan baru yang lebih bersih, baik dan damai sejahtera dan juga berfungsi sebagai upacara Bhuta Yadnya yang dilakukan untuk menyucikan keseimbangan alam. Selain itu, ogoh-ogoh juga berfungsi sebagai hiburan untuk menyemarakkan malam pengrupukan.

Sebelum di arak, ogoh-ogoh dipajang di pinggir jalan. Ogoh-ogoh yang diusung dan diarak keliling banjar itu diiringi suara gambelan Baleganjur yang bertalu-talu serta tingkah riuh sorak yang mengandung makna mengusir roh-roh jahat dan menetralisasi alam semesta. Setelah ogoh-ogoh di arak, ogoh-ogoh itu dibakar di perbatasan banjar.

56 Comments to Ogoh-ogoh dalam Rangkaian Hari Raya Nyepi di Banjar Petapan Kelod, Desa Pergung