Sejarah Barong Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan

Maret 26th, 2018

Latar Belakang.

Salah satu cerita yang saya dapat dari narasumber yang bernama I Wayan Sugara, pada kesempatan ini saya mengangkat sejarah awal adanya Barong di Desa Pujungan, yang masih dugunakan sampai sekarang. Tapel Barong di desa Pujungan bila di bandingkan dengan tapel Barong lainnya, ternyata tapel yang berada di desa Pujungan memiliki hal yang unik dimana Tapelnya hanya dari kayu dan diberi hiasan cat saja tidak seperti tapel lainnya yang diberi hiasan emas atau perak, berdasarkan hal inilah saya tertarik, sehingga saya pilih sebagai obyek sejarah,sebagaimana termuat dalam judul paper saya ini.

Sebelum saya sampai kepada masalah pokok, kiranya perlu saya jelaskan mengenai tari Telek.

Didalam kamus Bali-Indonesia juga disebutkan bahwa Barong dibutuhkan dua pemain laki-laki.

Dengan demikian jenis kesenian yang dimaksud disini adalah jenis seni tari yang memakai tapel, yang berkarakter halus.

 

Tujuan Penulisan.

Adapun tujuan penulisan dari tugas ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui awal terbentuknya tapel Barong di desa Pujungan.
  2. Untuk mengetahui perkembangannya.
  3. Untuk mengetahui fungsi Barong tersebut.

Manfaat Penulisan.

Beberapa manfaat yang bisa diambil dari penulisan paper ini adalah:

  1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai sejarah Tapel Barong di desa Pujungan.
  2. Menambah wawasan mahasiswa mengenai sejarah Terbentuknya.
  3. Menambah wawasan mahasiswa mengenai perkembangannya.

Tari Barong.

Tari Barong yang merupakan salah satu jenis tari tradisional, dimana asal usulnya tidak diketahui secara pasti, hal ini disebabkan oleh kurangnya data yang mengungkapkan asal mula terbentuknya barong ini, dan saya mengatahui cerita ini berkat satu narasumber yang bernama I Wayan Sugara dari desa Pujungan, dia menceritakan dari awal kisah ada orang yang bernama Nang Rebab dari desa itu sendiri yang memiiliki anak banyak dan anehnya setiap dia memiliki anak pasti akan meninggal dan tidak diketahui apa sebabnya, kejadian it uterus menimpa Nang Rebab dan sampai dia tidak memiliki anak satupun karena semuanya meninggal, setelah lama kemudian karena Nang Rebab tidak tahan dengan semua kejadian yang terus menimpanya dia pergi ke kuburan kecil (setre alit) dia menunggui pohon yang sangat besar di kuburan tersebut yang disebut pohon jabon dengan kedaaan yang emosi , karena dia emosi dia menebang pohon tersebut satu hari satu malam dengan sendirian karena pohonnya sangat besar, setelah pohon itu tumbang dia mempunyai niat membuat tapel Barong dengan kayu yang sudah tumbang tersebut yang sudah dibentuk balok oleh dirinya sendiri dan dibantu oleh saudaranya yang saya tidak ketahui namanya , tetapu dalam proses pembuatan tapel ini niatnya membuat itu ragu-ragu (lagi dikerjakan lagi tidak) dan dalam beberapa hari tapel itupun selesai dibuat tapi masih bewarna polos, dan dia menaruh tapel itu di sebelah Balai Banjar Masyarakat Desa Pujungan, dan walaupun tapel itu belum di berwarana tapi kata narasumber saya tapel itu sudah sering di pakai (Tedun) dan setelah itu Nang Rebab memiliki niat menaruh tapel itu di Pura Dalem Desa Pujungan dan atas kesepakatan masyarakata desa Pujungan , dan sampai saat initapel tersebut masih di Pura Dalem tersebut tapi sekarang sudah ada dua tapel karena tapel yang dulu itu sudah banyak yang rusak kayunya dan umurnya sudah cukup lama, maka dari itu dibuatkan tapel yang satunya, kejadian ini berkisar pada tahun 1917.

Pekembangan Tari.

Tari Barong ini merupakan tarian tradisional yang cukup terkenal di Bali. Dalam perkembangannya, tarian ini sekarang tidak hanya dipertunjukan untuk masyarakat lokal dalam acara tertentu saja, namun juga ditampilkan dalam berbagai acara kepariwisataan. Selain sebagai bagian daya tarik wisata, hal ini juga merupakan suatu wujud usaha masyarakat Bali dalam melestarikan tradisi dan budaya mereka., meskiipun kita sudah mengetahui bahwa sekarang ini sudah banyak tercipta gerak-gerak  baru, namun tari Barong sendiri yang sudah tercipta cukup lama, hingga sekarang masih ada juga yang menarikannya., sampi sekarang ini masyarakat di desa tersebut masih mempercayai bahwa tari Barong itu sendiri mampu menangkal berbagi wabah penyakit muncul di desa tersebut. Tarian ini ditarikan setiap ada upacara agama di Desa Pujungan sekali dan di tarikan pada saat tertentu.

Fugsi Tarian Barong.

Menurut Keputusan Seminar Seni Tari Sakral dan Provan Bidang Seni Tari memutuskan, bahwa tari-tarian Bali dapat diklasifikasi menjadi tiga golongn, antara lain:

Seni Tari Wali (sakrall, religuis dance) adalah seni tari yang di lakukan di pura-pura dan di tempat yang ada hubungannya dengan upacara agama sebagai pelaksana upacara dan upakara agama yang pada umumnya tidak membawa lakon.

Seni Tari Bebali (ceremonial dance), adalah seni tari yang berfungsi sebagi pengiring upacara dan upakara di pura-pura serta pada umunya membawakan lakon.

Seni Tari Bali-Balihan (secular dance), adalah segala jenis Tari Bali yang mempunyai unsur-unsur dasar dari seni tari yang tidak tergolong tari wai atau bebali dapat dimasukkan ke dalam kelompok tari balih-balihan/tontonan.

Tari Barong ini selain sifatnya yang sakral juga bisa menjadi hiburan bagi masyarakat. Untuk Tari Barong yang ditampilkan sebagai bagian dari upacara di Pura, biasanya dilakukan dengan serius. Karena berhubungan dengan makna spiritual yang ada sehingga dilakukan secara sakral. Sedangkan Tari Barong yang ditampilkan untuk hiburan, biasanya diselingi dengan adegan-adegan yang lucu. Selain itu ada juga penampilan atraktif dari penari seperti pertunjukan ilmu kekebalan yang membuat decak kagum para penonton.

Kostum Barong.

Kostum yang digunakan setiap jenis Tari Barong berbeda-beda, karena setiap jenis barong memiliki perwujudannya sendiri-sendiri. Untuk kostum barong ket, merupakan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Kostum barong ket ini biasanya digunakan oleh dua orang penari, sama halnya dengan barongsai namun bentuk kostumnya berbeda.

Pada bagian badan dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan kaca atau cermin, dan bulu-bulu yang terbuat dari serat tanaman jenis pandan atau bulu gagak. Sedangkan pada bagian kepala menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan untuk membuat topeng Tari Barong ini merupakan kayu khusus yang biasanya diambil dari tempat angker. Karena itulah kostum Tari Barong dianggap benda yang sakral.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tari Telek Jumpai

Maret 14th, 2018

 Latar Belakang.

Salah satu dari beraneka ragam kesenian yang masih hidup dan berkembang di Kabupaten Kelungkung adalah Tari Telek. Pada kesempatan ini saya menyelidiki dan mencoba untuk menjelaskan dari salah satu tari Telek yang ada di Kabupaten Kelungkung yaitu tari Telek di desa Jumpai, yang hidup dan berkembang sampai sekarang. Telek Jumpai bila dibandingkan dengan tari Telek yang ada di tempat lainnya , ternyata Telek Jumpai mempunyai keunikan atau khas terendiri. Berdasarkan hal inilah saya tertrik, sehingga saya pilih sebagai sebagai judul obyek penelitian sebagaimana termuat dlam judul paper ini.

Sebelum saya sampai kepada masalah pokok, kiranya perlu saya jelaskan mengenai tari Telek.

Tari Telek adalah sejenis tari Jauk, hanya perbedaanya terletak pada bentuk tapelnya yang menunjukkan roman muka yang lebih halus. (Bandem, 1983;  139-140).

Didalam kamus Bali-Indonesia juga disebutkan bahwa Telek adalah pemain pemain topeng laki-laki pada tariang “Barong”.

Dengan demikian jenis kesenian yang dimaksud disini adalah jenis seni tari yang memakai tapel, yang berkarakter halus, sejenis dengan tari Jauk.

Sejarah Tari.

            Tari Telek yang merupakan salah satu jenis tari tradisional, dimana asal usulnya tidak diketahui secara pasti, hal ini disebabkan oleh kurangnya data yangmengungkapkan asal mula tarian ini. Namun saat ini baru tari Telek anak-anak di desa Jumpai yang diketahui sejarah terciptanya tarian. Tetapi informasi yang di dapat masih akan dibandingkan dengan sumber-sumber iterator yang ada kaitannya dengan tari Telekdi Bali. Yang mana sejarah dari tari Telek anak-anak di Desa Jumpai itu sendiri adalah di awali dari I Sweca alias Nang Turun menemukan kayu terdampar (kampih) di pantai sudah berbentuk calonan (sebuah kayu yang belum berwujud ) Rangda. Sambil membawa pahat dan temutik (pisau peraut kayu). Nang turun membawa kayu tersebut sambil menggembala sapi. Ketika itu cuaca sangat panas dan ia pun berteduh di Pura Dalem Kekeran. Semasih ia sadar, ia mendengar suara “tempe kai” (tirulah aku) dan dating suatu bayangan berwujud Rangda. Dengan segera ia meniru bayangan tersebut, baru selesai wajahnya dan belum bertelinga, bayangan Rangda itu sudah menghilang, sehingga perwujudan Rangda sampai sekarang tidak ada telinganya. Oleh karena tapel tersebut dianggap terlalu besar setelah selesai dibuat oleh Nang Turun dan memiliki kekuatan magis yang terlalu besar (misalnya saat di pentaskan /mesolah aura magis dari tapel tersebut menimbulkan pagar-pagar rumah masyarakat di sekitar tempat pementasan roboh), atas petunjuk seorang yang kesurupan di buatlah tapel yang baru dengan meminta ijin pada penunggu pohon Pole ke setra akah dan membawa sesajen.

Namun, sebelum itu, pada suatu masa di Desa Jumpai mengalami wabah penyakit hingga rakyat yang berjumlah 800 orang tinggal 300 orang. Karena banyak yang mati dan ada pula yang meninggalkan desa mengungsi ke Badung, Seseh, dan Semawang, dan banjar menjadi menciut dari 5 banjar menjadi 2 banjar. Saat itu masyarakat Desa Jumpai menganggap kejadian tersebut di akibatkan oleh daya magis yang di timbulkan oleh Rangda, Barong, dan Telek yang setiap mesolah menggunakan tapel yang di buat oleh Nang Turun dari kayu yang di temukan di tepi pantai. Kemudian, oleh masyarakat Desa Jumpai tapel-tapel tersebut di hanyutkan kembali ke pantai. Akan tetapi, tapel-tapel tersebut dating kembali diusung oleh makhluk halus (gamang) di tempatkan di pinggir pantai lagi. Berselang beberapa hari, tapel-tapel tersebut di temukan oleh sekelompok masyarakat Desa Jumpai di pinggir pantai. Selanjutnya, masyarakat Desa Jumpai meyakini bahwa tapel-tapel tersebut memang untuk Desa Jumpai dan masyarakat di Pura Dalem Penyimpenan(sampai sekarang).

Oleh karena tapel tersebut terlalu besar daya magisnya, maka atas kesepakatan tetua-tetua di Desa Jumpai , di buatkanlah tapel baru lagi dengan fungsi yang sama, yaitu menghindari Desa Jumpai dari wabah penyakit. Adapun yang membuat tapel-tapel (Barong, Rangda, dan Telek) bernama Kaki Patik bersama Tjokorda Puri Satria Kanginan. Upacara pamlaspas dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Griya Batu Aji yang berasal dari Puri Satria dan diselenggarakan di Desa Akah. Pada saat iu pula, selesai dibuat tapel Barong,Rangda dan Telek secara bersama untuk di Desa Akah dan untuk di Desa Muncan dengan warna tapel yang berbeda-beda (Desa Akah warna tapelnya putih, Desa Muncan berwarna hitam, dan Desa Jumpai berwarna merah), sehingga kini Bhatara Gede di Desa Akah dan di Desa Jumpai dianggap masemeton.

Seperti yang diuraikan di atas, maka jelaslah proses terjadinya Telek.

Akan tetapi , dalam penjelasan tersebut tidak dijelaskan kapan peristiwa itu terjadi. Demikian pula dengan halnya mula pertama timbulnya Tari Telek anak-anak di Desa Jumpai yang sampai saat ini belum di ketahui secara pasti, bahwa Tari Telek anak-anak di Desa Jumpai sudah ada begitu saja atau sudah diwarisi secara turun-temurun.

I Wayan Marpa, mengatakan, bahwa Tari Telek anak-anak di Desa Jumpai diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 1935 hingga sekarang.

Tarian ini dipentaskan 15 hari sekali, yaitu setiap rahina kajeng kliwon, dan setiap ada upacara piodalan di pura yang ada di linkungan Desa Jumpai.

Tari Telek ini biasanya di tarikan 4 orang penari dan penarinya boleh laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting masih anak-anak. Tarian ini tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa dirangkaikan dengan Tari Jauk, Tari Topeng Penamprat, Bhatara Gde(Barong), Rarung dan Bhatara Lingsir(Rangda). Seluruh unsur tarian ini berpadu membangun satu kesatuan cerita yang utuh dengan durasi sekitar 2 jam. Akhir pertunjukan diwarnai dengan atraksi narat/ngunying yaitu menusuk keris ke dada Bhatara Lingsir.

 Perkembangan Tari.

           Meskiipun kita sudah mengetahui bahwa sekarang ini sudah banyak tercipta tari kresi baru, namun tari Telek sendiri yang sudah tercipta cukup lama, hingga sekarang masih ada juga yang menarikannya. Seperti yang terlihat di Desa Jumapi Kelungkung, sampi sekarang ini masyarakat di desa tersebut masih mempercayai bahwa tari Telek itu sendiri mampu menangkal berbagi wabah penyakit muncul di desa tersebut. Tarian ini ditarikan setiap 15 sekali dan di tarikan pada saat rainan Kajeng Kliwondengan penari yang berjumlah empat orang anak-anak laki-laki atu perempuan. Telek masih berkembang di daerah-daerah tertentu , walaupun jarang terlihat dn sedikit orng yang mengetahuinya.

Fungsi Tari.

            Menurut Keputusan Seminar Seni Tari Sakral dan Provan Bidang Seni Tari memutuskan, bahwa tari-tarian Bali dapat diklasifikasi menjadi tiga golongn, antara lain:

  • Seni Tari Wali (sakrall, religuis dance) adalah seni tari yang di lakukan di pura-pura dan di tempat yang ada hubungannya dengan upacara agama sebagai pelaksana upacara dan upakara agama yang pada umumnya tidak membawa lakon.
  • Seni Tari Bebali (ceremonial dance), adalah seni tari yang berfungsi sebagi pengiring upacara dan upakara di pura-pura serta pada umunya membawakan lakon.
  • Seni Tari Bali-Balihan (secular dance), adalah segala jenis Tari Bali yang mempunyai unsur-unsur dasar dari seni tari yang tidak tergolong tari wai atau bebali dapat dimasukkan ke dalam kelompok tari balih-balihan/tontonan.

 Ragam Gerak Tari.

            Secara umum gerak tari Bali yang dapat digolongkan menjadi empat yaitu: agem, tandang, tangkep dan tangkis. Agem adalah sikap pokok dalam tari Bali. Tandang adalah gerak-gerak dalam tari Bali yang sesuai dengan watak daripada  tokoh yang diperankan. Tangkep adalah penjiwaan dalam tari Bali. Tangkis adalah gerak peralihan dalam tari Bali. Namun Telek sendiri mempunyai beberapa gerak yang merupakan cirri khas dari tari itu, dan gerak-gerak tersebut antara lain:

Gerak Dasar Tari Telek.

Gerak dasar tari Telek sebagai berikut:

  • Agem :

Gerakan ini banyak dipergunakan pada tari Telek yaitu pada sikat berdiri yang sesuai dengan karakter yang dibawakan,dan dikenal dengan adanya agem kanan dan agem kiri. Agem kanan dari tari Telek adalah posisi tangn kanan sejajar mata ngepel kipas, sedangkan tangan kiri kirang susu, pandangan ke depan, kakitapaksirang renggang kira-kira dua genggam tangan. Begitu pula sebaliknya dengan agem kiri.

  • Nyalud :

Gerakan tangan ke samping bawahdengan posisi tangn ngemudra.

  • Nyeregseg Ngembat :

Gerakan kaki dengan langkah ke samping cepat dan bisa digerakan ke segala arah. Posisi tangan, satu sirang susu dan satu lagi ngembat.

  • Aras-arasan :

Gerakan leher ke kanan dan ke kiri mulai dengan lambat kemudian cepat. Mearas-arasan menurut I Made Santa selaku kordinator tari Telek Anak-Anak ini adalah sama dengan pengipuk, yaitu ekspresi cinta yang diungkapkan melalui tarian atau gerak tari.

  • Ngeliput :

Pegangan kipas du ujung jari tangan (nyungsung) dengan gerakan yang bernama utul-utul, yaitu pergelangan tangan diputar.

  • Malpal :

Gerakan berjalan menurut mat atau kajar dalam suatu lagu gamelan. Dalam gerakan ini jatuhnya kaki tetap tapaksirang pada. Begitu pula gerakan malpal yang terdapat pada tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai.

  • Ulap-ulap :

Posisi lengan agak menyiku dengan variasi gerak tangan seperti memperhatikan sesuatu.

  • Ngumbang :

Gerakanberjalan pada tari dengan jatuhnya kaki menurut matut gending atau pukulan kajar : Ngumbang ada dua macam yaitu, ngumbang ombak segara dan ngumbang luk penyalin. Ngumbang ombak segara adalah berjalan ke depa, ke belakang dengan posisi badan ngeed (rendah) dan kelihatan seperti ombak segara. Sedangkan ngumbang luk penyalin adalah berjalan membentuk seperti garis lengkung kanan dan kiri, kelihatan seperti lengkugnnya rotan. Begitu pula dengan ngumbang yang terdapat pada Tari Telek yaitu ada ngumbang ombak segara dan ngumbang luk penyalin.

  • Gerakan Kambing Buang :

Gerakan ini seperti gerakan ngitir yaitu, dilakukan lebih cepat dari ngegol, dilakukan di tempat dengan posisi tangan kiri ngembat, sedangkan tangan kanan ngepel kipas. Gerakan ini berpusat pada lutut yang bergetar.

  • Gerakan Ngotes Oncer Gelungan :

Gerakan ini adalah gerakan tangan kiri mengibaskan oncer pada gelungan, semacam ngotes rambut pada Tari Gambuh hanya saja putarannya ke depan.

  • Gerakan Angkih-Angkih :

Gerakan mengatur nafas sehingga gerakan badan menjadi naik turun.

Struktur Gerak dan Pola Lantai Tari Telek.

Struktur gerak dan pola lantai Tari Telek adalah sebagai berikut :

 

Tari Telek yang terdapat di Desa Jumpai kabupaten Klungkung mempunyai struktur gerak dan pola lantai yang cukup sederhana, yaitu sebagai berikut:

Pepeson (pembukaan)

Setelah diawali dengan tabuh pembukaan, munculah 4 orang penari Telek dengan gerakan malpal atau berjalan menyilang, tangan kanan memegang kipas ngeliput, tangan sirang susu.

Kemudian mengambil tempat masing-masing yaitu dibagikan depan 2 orang penari dan di bagian belakang 2 orang penari, dengan gerakan agem kanan, mengatur nafas, diikuti kipekan dan sledet, dan dilanjutkan dengan gerakan agem kiri yang gerakannya sama seperti agem kanan. Gerakan ini dilakuka 2 kali beturut-turut.

Pengawak (isi)

Nyregseg bersama-sama ke kanan dan ke kiri sebanyak 4 kali, agem kanan di teruskan dengan berjalan kemudian bertukar tempat lalu melakukan gerakan kambing buang atau ngitir, kemudian nyeregseg lagi, dilanjutkan dengan agem kanan.

Mearas-aras, yaitu 2 orang penari jongkok dan 2 orang penari lainnya berdiri. Ini dilakukan secara bergantian.

Pekaad (penutup)

Kemudian para penari telek ini mencari tempat semula dan duduk dengan kipas ngeliput. Maka datanglah dua orang penamprat yang melakukan gerakan agem kanan agem kiri, ngupak lantang, berjalan malpal, kemudian para penari telek bangun malpal menjadi satu baris menghadap ke blakang.

Setelah itu, dua orang penari telek nyeregseg ke kanan dan tiga orang penari lainnya ke kiri. Ini dilakukan bergantian dengan gerakan ngeliput, tangan kiri sirang susu, dan penari atau penamprat pulang.

Busana / Kostum Tari.

            Kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalam tari Bali. Busana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam tari Bali. Secara umum busana mempunyai fungsi dan tujun sebagai berikut :

  • Membantu menghidupkan perwatakan pelaku.
  • Membedakan peran seorang pemain dengan peran lain.
  • Memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku.

Adapun busana yang digunakan oleh penari Telek pada saat pementasannya adalah antara lain sebagai berikut :

  • Lamak Stewel

 Perlengkapan yang dibawa dan Tapel :

  • Kipas
  • Tapel sana awiran yang sangat sederhana

 

Musik Pengiring Tari.

            Musik pengring adalah alat yang digunakan untuk mengiringi suatu tarian. Adapun fungsi musik dalam tarian, yaitu :

Memberi irama (membantu mengatur waktu).

Irama dalam tari yaitu pengaturan waktu atau tempo yang menentukan cepat lambatnya suatu rangkaian gerak dan saling mengisi dengan ruangan.

Memberi ilusi atau gambaran suasana.Dalam tari suasana atau ilusi berkaitan erat dengan watak tari. Contohnya watak halusatau luruh memerlukansuasana tenang Hiasan Kepala.

Gelungan :

Satu-satunya hiasan kepala pada tari Telek adalah memakai gelungan yang berbentuk cecandian yang terbuat dari kulit. Penyalin, dan benang, kemudin diberi cat prada. Gelungan ini jika dipakai ada benang putih yang melingkar sampaike bahu yang gunanya untuk menjaga agar gelungan tidak jatuh, juga menutupi supaya karet talinya tidak kelihatan kotor. Pada sisi kiri gelungan ada hiasan benang yang disebut dengan oncer.

Udeng Putih :

Udeng yang dipakai saat pementasan adalah selembaran kain berwarna putih yang berukuran 1 meter berbentuk persegi dan berfungsi sebagai penutup kepala.

 Hiasan Badan :

Hiasan badan adalah yang digunakan untuk menutupi badan bagian bawah, yaitu teridiri dari :

  • Celana Putih
  • Baju Putih
  • Gelang Kana
  • Badong
  • Awiran

yang melambangkan kehalusan jiwa.

Membantu mempertegas ekspresi gerak.

Dalam tarian terdapat tekanan—tekanan gerak yang diatur oleh tenaga. Gerak itudipertegas oleh tekanan music agar tiap-tiap bentuk gerak sampai ke seluruh bentuk tariannya agar Nampak lenih baik. Dan sebagaii pengiringnya akan timbul dinamika (dinamika gerak).

Tarangsang (membangkitkanilham dalam diri penari).

Perangsang disini maksudnya karawitan atau iringan dapat menambah atau mmberi dorongan lebih semangat bagi si penari dalam membawakan tariannya dan juga rangsangan (karawitan/pengiringnnya) dapat melahirkan gerak-gerak spontan dari variasi-variasi sering disebut dengan improvisisasi.

Pada Tari Telek sendiri memakai iringan gamelan Tabuh Bebarongan. Tabuh ini diturunkan dari Semar Pegulingan dan mempergunakan laras selendrolima nada. Jika Semar Pegulingan mempergunakan terompong, Tabuh Bebarongan memakai gender rambat sebagai pengganti terompong tersebut. Instrumentasi Tabuh Bebarongan terdiri dari gender rambat, kempur, gangsa, kendang, kemong, penyacah, jegogan, dan rincik. Sedangkan repertoire dari gamelan Bebarongan mengambil lagu-lagu Semar Pegulingan, seperti Tabuh Gari, Jgul, Lasem, Bapang, dan Pelayon. Gamelan Tabuh Barungan yang mengiringi tari Telek terdiri dari beberapa instrument, yaitu :

1 Buah Kempur.

Kempur berfungsi sebagai pemberi tekanan gending pada hitungan tertentu.

1 Buah Kempiung.

1 Buah Kendang Wadon.

Kendang berfungsi sebagai pamurba irama (mengatur irama gending).

1 Buah Suling Bebarongan.

Suling Berfungsi sebagai pemanis lagu dan di mainkan juga secara improvisasi pada bagaian tertentu struktur bapang barong maupun pada bagian lainnya.

  • Tungguh Jegogan.

Jegogan berfungsi sebagai pemangku lagu (pemegang melodi gending)

1 Buah Gong.

1 Buah Ceng-ceng.

Ceng-ceng berfungsi sebagai instrument yang di anggap peramu atau pemersatu instrument lainnya sekaligus juga memberi aksen berupa angsel besma kendang.

  • Tungguh Gangsa.

Gangsa berfungsi sebagi untuk memberi hiasan gending dengan bermain polos dan sangsih.

2 Tungguh Jublag.

Jublag berfungsi sebagai pemangku lagu (pemegang melodi gending).