Gender Wayang merupakan alat musik Bali yang tergolong dalam gamelan tua. Gender wayang memiliki 10 bilah yang berlaras slendro. Tungguhan ini di beri nama gender wayang mungkin karena digunakannya tungguhan tersebut untuk mengiringi pertunjukan wayang, yaitu wayang wong dan wayang kulit parwa maupun ngrameyana. Bilah gender wayang di buat dari perunggu dan menggunakan bumbung sebagai resonatornya. Tiap tungguh gender wayang dipukul oleh satu orangdengan menggunakan dua buah panggul yang terbuat dari kayu. Panjang panggul gender adalah sekitar 26 cm dan pada bagian ujungnya atau bagian yang dipukulkan pada bilah genderwayang, berbentuk bundar. Ada dua jenis gender wayang yaitu gender Pemade atau pengede dan gender wayang barangan. Perbedaannya adalah dari ukurannya yaitu pada gender wayang pengede ukurannya relatif lebih besar dari pada gender wayang barangandengan perbedaa larasan sebesar satu gembyang atau oktaf. Pada dua tunnguh gender wayang pengede terdapat satu tungguh yang menggunakan nada pengumbang dan satu tunnguh lainnya menggunakan nada pengisep akan menimbulkan suara ombak atau gelombang. Makin jauh jarak nada pengumbang dan pengisepnya, makin cepat atau keras pula ombaknya, seperti misalnya pada Gong Kebyar, Semar Pegulingan, dan sebagainya.
Ada empat macam tabuhan gender wayang dilihat dari tabuhan tangan kanan dan tangan kirinya yaitu :
1. Tabuhan Gembyang : pukulan dua buah nada yang sama yang mengapit empat buah nada secara simultan.
2. Tabuhan Ngempyung : pukulan dua buah nada yang berbeda yang mengapit dua buah nada secara simultan.
3. Tabuhan Tangan kiri menggarap bantang gending dan tangan kanan menggarap bantang gending dengan berbagai pola jalinan (candetan).
4. Tabuhan Debyung : memukul dua buah nada yang berbeda yang mengapit satu buah nada secara simultan.
Dalam menggarap suatu gending, ada salah satu penabuh yang menggarap tabuhan polos dan satu penabuh menggarap satu tabuhan nyandet atau nyangsih. Kedua tabuhan ini tidak ditentukan oleh nada pengumbang maupun nada pengisep. Dalam penyajian gending, salah satu penabuh gender pengede bertugas memberikan aba-aba awalan dan akhiran suatu gending. Bentuk aba-abanya antara lain berupa gerakan kepala dan volume tabuhan.
Gender wayang pada dasarnya dapat diwujudkan adanya dua perangkat gamelan, yaitu perangkat gender wayang parwa dan ngrameyana (bebatelan).
Kata Parwa yang digunakan sebagai nama dari perangkat gamelan gender wayang ini adalah diambil deri nama lakon yang disajikan pada pertunjukan wayang dengan menyajikan lakon yang bersumber dari epos Mahabharata. Perangkat gamelan gender Wayang Parwa menggunakan satu jenis tungguhan, yaitu Gender Wayang sebanyak dua atau empat tungguh. Di daerah-daerah tertentu Gender Wayang Parwa menggunakan dua tungguhan gender wayang pengede dan di daerah lainnya menggunakan empat tungguh Gender wayang yang terdiri dari dua tungguh gender wayang pengede dan dua tungguh gender wayang barangan. Di Kabupaten Buleleng adanya pertunjukan wayang kulit yang hanya menggunakan dua tunguhan gender wayang pengede yang semata-mata karena alasan transportasi jenis angkutan yang digunakannya. Sarana transportasinya adalah dokaryang cukup untuk dua tungguhan Gender wayang beserta peralatan pekeliran dan seluruh personil pertunjukannya, yang seluruhnya berjumlah empat orang, yaitu satu orang dalang, satu orang pembantu dalang, dan dua orang penabuh. Penataan tungguhan pada gender Wayang disesuaikan dengan kebutuhan dan tempat yang di sediakan. Di bawah ini adalah tersaji dua alternatif penataan tungguhan Gender Wayang Parwa adalah:
|
|
Alternatif 1
|
|
Keterangan :
1 dan 2 adalah tungguhan Gender Wayang Pengede,
3 dan 4 adalah tngguhan Gender Wayang Barangan.
Barungan Gender Wayang
Gender Wayang merupakan alat musik Bali yang tergolong dalam gamelan tua. Gender wayang memiliki 10 bilah yang berlaras slendro. Tungguhan ini di beri nama gender wayang mungkin karena digunakannya tungguhan tersebut untuk mengiringi pertunjukan wayang, yaitu wayang wong dan wayang kulit parwa maupun ngrameyana. Bilah gender wayang di buat dari perunggu dan menggunakan bumbung sebagai resonatornya. Tiap tungguh gender wayang dipukul oleh satu orangdengan menggunakan dua buah panggul yang terbuat dari kayu. Panjang panggul gender adalah sekitar 26 cm dan pada bagian ujungnya atau bagian yang dipukulkan pada bilah genderwayang, berbentuk bundar. Ada dua jenis gender wayang yaitu gender Pemade atau pengede dan gender wayang barangan. Perbedaannya adalah dari ukurannya yaitu pada gender wayang pengede ukurannya relatif lebih besar dari pada gender wayang barangandengan perbedaa larasan sebesar satu gembyang atau oktaf. Pada dua tunnguh gender wayang pengede terdapat satu tungguh yang menggunakan nada pengumbang dan satu tunnguh lainnya menggunakan nada pengisep akan menimbulkan suara ombak atau gelombang. Makin jauh jarak nada pengumbang dan pengisepnya, makin cepat atau keras pula ombaknya, seperti misalnya pada Gong Kebyar, Semar Pegulingan, dan sebagainya.
Ada empat macam tabuhan gender wayang dilihat dari tabuhan tangan kanan dan tangan kirinya yaitu :
1. Tabuhan Gembyang : pukulan dua buah nada yang sama yang mengapit empat buah nada secara simultan.
2. Tabuhan Ngempyung : pukulan dua buah nada yang berbeda yang mengapit dua buah nada secara simultan.
3. Tabuhan Tangan kiri menggarap bantang gending dan tangan kanan menggarap bantang gending dengan berbagai pola jalinan (candetan).
4. Tabuhan Debyung : memukul dua buah nada yang berbeda yang mengapit satu buah nada secara simultan.
Dalam menggarap suatu gending, ada salah satu penabuh yang menggarap tabuhan polos dan satu penabuh menggarap satu tabuhan nyandet atau nyangsih. Kedua tabuhan ini tidak ditentukan oleh nada pengumbang maupun nada pengisep. Dalam penyajian gending, salah satu penabuh gender pengede bertugas memberikan aba-aba awalan dan akhiran suatu gending. Bentuk aba-abanya antara lain berupa gerakan kepala dan volume tabuhan.
Gender wayang pada dasarnya dapat diwujudkan adanya dua perangkat gamelan, yaitu perangkat gender wayang parwa dan ngrameyana (bebatelan).
Kata Parwa yang digunakan sebagai nama dari perangkat gamelan gender wayang ini adalah diambil deri nama lakon yang disajikan pada pertunjukan wayang dengan menyajikan lakon yang bersumber dari epos Mahabharata. Perangkat gamelan gender Wayang Parwa menggunakan satu jenis tungguhan, yaitu Gender Wayang sebanyak dua atau empat tungguh. Di daerah-daerah tertentu Gender Wayang Parwa menggunakan dua tungguhan gender wayang pengede dan di daerah lainnya menggunakan empat tungguh Gender wayang yang terdiri dari dua tungguh gender wayang pengede dan dua tungguh gender wayang barangan. Di Kabupaten Buleleng adanya pertunjukan wayang kulit yang hanya menggunakan dua tunguhan gender wayang pengede yang semata-mata karena alasan transportasi jenis angkutan yang digunakannya. Sarana transportasinya adalah dokaryang cukup untuk dua tungguhan Gender wayang beserta peralatan pekeliran dan seluruh personil pertunjukannya, yang seluruhnya berjumlah empat orang, yaitu satu orang dalang, satu orang pembantu dalang, dan dua orang penabuh. Penataan tungguhan pada gender Wayang disesuaikan dengan kebutuhan dan tempat yang di sediakan. Di bawah ini adalah tersaji dua alternatif penataan tungguhan Gender Wayang Parwa adalah:
|
|
Alternatif 1
|
|
Keterangan :
1 dan 2 adalah tungguhan Gender Wayang Pengede,
3 dan 4 adalah tngguhan Gender Wayang Barangan.