Sejarah perkembangan desa Sidembunut sebagai desa penyaji seni
Posted Under: Tak Berkategori
Sidembunut adalah desa tua. Ada sedari tahun 833 Saka (911 M). Demikian tertera pada prasasti Kehen A yang dikeluarkan oleh Kerajaan Singamandawa. Isi prasasti itu, pemberian izin pada para bhiksu dan orang-orang di Simpat bunut (sebelum bernama Sidembunut) dibawah pemerintahan Hulukayu dengan Kuil Hyang Api dan Kuil Hyang Tanda. Pada prasasti tersebut juga disebutkan batas kuil tersebut. I Nyoman Singgin Wikarman dalam Bangli Tempo Doeloe (Dalam Kajian Sejarah) (2013, 21-22) menuliskan, ketiga kuil itu mungkin saja ada hubungannya dengan Pura Penataran Sidembunut yang disebut dalam prasasti Hyang Karimana. Sedangkan Hyang Api adalah Pura Kehen dan Hyang Tanda Pura Pucak Bukit Bangli yang disebut sebagai Pura Pucak Bangli.
Kerajaan Singamandawa sendiri adalah Kerajaan Bali Kuno tertua, tercatat sejak 804 Saka. Para ahli sejarah memperkirakan Singa Mandawa kelanjutan Kerajaan Sanjayawasma di Jawa Tengah dan Kerajaan Dinoyo di Jawa Timur.Kerajaan in nampaknya hanya bertahan hingga 888 (966 M) Saka karena didesak dan dikalahkan oleh Kerajaan Warmadewa. Menurut cerita orang-orang tua di Sidembunut,di Masa Kerajaan Singamandawa para penduduk Sidembunut bertugas sebagai Penyedia Seni,seperti seni pertunjukan, patung, rupa, undagi (desain Bangunan) dan ukir-ukiran dari kayu hingga cangkang telur dan gading gajah. Sampai sekarang, jejak kesenian masih kuat di Sidembunut. Masih Banyak warga desa yang termasuk wilayah adminstratif Kelurahan Cempaga ini menggeluti kerajinan seni ukir (cangkang telur, gading, logam, kayu, emas, perak, tembaga,kuningan,dan lainnya), anyam-anyaman , paying tradisional dan lainnya. Dalam senyap publikasi, warga Sidembunut bekerja sebagai pekerja seni.
Dalam sejarah itulah terdapat juga peninggalan berupa prasasti dan arca yag ada kaitannya dengan terbentuknya desa Sidembunut yang kini dikenal sebagai desa Penyedia seni khususnya di daerah Bangli.