Gamelan selonding merupakan gamelan sakral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat didaerah Karangasem yaitu di desa Tenganan Pegringsingan dan di desa Bungaya. Diduga juga ada Gamelan Slonding yang di buat dari kayu namun sampai saat ini instrument tersebut belum dijumpai. Nama lengkap dari Slonding Besi di Tenganan, pegringsingan ialah Bhatara Bagus Slonding yang berarti Selonding adalah leluhur yang Maha Kuasa .
Kata
Slonding diduga berasal dari kata Salon dan Ning yang berarti tempat suci.
Dilihat dari fungsinya bahwa Slonding adalah sebuah gamelan yang dikramatkan
atau disucikan. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa Slonding berasal dari kata
Saron dan Ding yang berarti bilah – bilah gamelan dengan nada terendah yaitu
nada Ding . Pendapat terakhir masih belum bisa diterima oleh masyarakat
Tenganan dan Pegringsingan, namun kenyataanya Gamelan itu terdiri dari
bilah – bilah besi yang panjang dan besar , dibandingkan dengan gamelan lainya
yang ada di Bali yang dimulai dengan nada Ding .
Mengenai sejarah Gamelan Selonding ini belum diketahui orang. Ada sebuah Mythology ( Mitos ) menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang – orang tenganan mendengar suara gemuruh dari angkasa dan suara datangnya bergelombang . Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya ( sebelah timur laut Tenganan ) dan pada gelombang kedua suara itu turun di Tenganan Pegringsingan . Setelah suara itu turun ke Bumi , ternyata ditemukan Gamelan Selonding yang berjumlah 3 ( tiga ) bilah . Bilah – bilah itu diturunkan lagi dan kini Gamelan Selonding Tenganan terdiri dari 8 tungguh yang berisi 40 bilah , 6 tungguh masing – masing berisikan 4 bilah , dan yang 2 tungguh berisikan 8 bilah.
Tari Joged adalah suatu tarian pergaulan
(sosial dance) yang sangat populer dan sangat digemari oleh masyarakat Bali
hingga saat ini. Tarian ini tergolong tarian balih-balihan (seculer dance) yang
pementasannya pada musim-musim panen, hari raya serta lannya. Pementasan tarian
joged ini biasanya dilakukan disebuah kalangan yang berbentuk arena dan suasana
pertunjukannya sangat meriah serta bergairah terutama saat mulainya
paibing-ibingan. Tarian joged mempunyai banyak macam yaitu diantaranya : Joged
Bumbung, Joged Pingitan, Joged Gebyog, Joged Pudengan, dan Joged Gandrung.
Dibeberapa daerah di Bali terdapat jenis joged lain dari pada yang disebutkan
disinimaka kelainan dari pada joged itu hanyalah terdapat pada sebutan saja.
Ciri khas pada tarian jogd ini adanya paibing-ibingan yaitu bagian menari
bersama antara penari dengan penonton. Lain dari pada itu perlengkapan kipas
boleh dikatakan tidak pernah dilupakan pada tarian ini.
Joged bumbung di Bali pertama kali muncul
di daerah Bali utara sekitaran tahun 1940 yang kemudian berkembang dengan cepat
keseluruh pelosok pulau Bali.Tarian ini dinamakan joged bumbung karena
mempunyai gerakan tari yang aksentuasinya di ikat oleh aksentuasi gambelan tingklik
bumbung yang belaraskanselendro. Barungan gamelan ini disebut gambelan gegrantangan.
Gerak tari joged bumbung sangatlah lincah. Demostrativ, erotis dan dinamis ysng
kadang kala cabul. Meskipun demikian dalam joged bumbung ini masih ada
unsur-unsur gerak tari bali klasik seperti ngeleyog, ngeleyer, gelatik mapah
dan lain sebagainya namum sudah diterjemahkan kedalam unsur pejogedan.
Namun dengan perkembangan kesenian yang begitu pesat maka pada saat ini gambelan tersebut bias di tambahkan instrument-instrumen lainya sperti ceng-ceng kopyak, kendang sunda, kempul, bass, simbal dan instrument lainya. Tari Joged Bumbung merupakan tarian yang tidak berlakon. Ini dapet di jumpai hampir di seluruh bali. Dalam perkembangan kepariwisataan seperti sekarang ini fungsi joged bumbung sudah bertambah bahwa selain sebagai hiburan di rakyat desa-desa. Joged Bumbung kini sudah bias dipergunakan untuk mengibur para wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Dalam Lontar Purana Jagad Gangsul disebutkan nama-nama Gunung yang ada di Bhumi Bangsul (Pulau Bali), yang berjajar dari timr sampai kebagian barat Pulau Bali. Diantara gunung-gunung tersebut ada disebutkan nama Bukit Rangda.
Adanya gunung-gunung yang diletakkan di
Pulau Bali. Setelah itu bersabdalah Hyang Pasupati, bahwa keberadaan Pucak
Bukit Rangda di berkati semoga menjadi kahyangannya Hyang Ludra, agar disembah
dan disungsung oleh seluruh keturunan orang Bali sampai kelak kemudian hari.
Apa sebabnya dinamai Bukit Rangda. Bukit berarti buket, buket bermakna sakti
tanpa tandingan. Rangda berarti rangdu, rangdu sama dengan kepuh. Itulah asal
muasalnya dinamai Bukit Rangda, sebab (disana dulu) ada pohon kepuh sakti tanpa
tandingan, yang juga disebut anget. Tentang saat mulainya Bukit Rangda pada
tahun saka eka tangbhumi, yakni tahun saka 111 ata tahun 189 masehi.
Dengan berjalannya waktu, pada tahun saka 1315 atau tahun 1393 Masehi, adalah seorang petapa yang bernama Dukuh Mayas Puri, yang berpasraman di Gedong Purwa, dengan putra-putranya, yang bernama I Muncaling beserta saudara-saudara, bernama Ratu Ngurah Tangkep Langit, adiknya bernama I Ratu Wayan Teba, adiknya bernama I Made Jelawung, adiknya bernama I Nyernama Ratu Ngurah Tangkep Langit, adiknya bernama I Ratu Wayan Teba, adiknya bernama I Made Jelawung, adiknya bernama I Nyoman Pengadangan, yang bungsu bernama I Ketut Petung, adikmya perempuan bernama Ni LuH Rai Dharani, Semasih Berada di Majapahit, diberikan ajaran oleh Bhagawan Dwijendra. (setelah tamat, I Mucaling) lalu mengubrak-abrik Desa Lalang Lalanglinggah, melalui kegiatan anesti, aneluh anranjana meluluhlantakan Desa Lalanglingah. Itlah Itulah sebabnya Rsi Markandya mengumkan yang beliau kengetahui tentang prilaku I Mucaling anesti, lalu beliau mengadakan pemujaan untuk memperoleh tirtha utama, yang menyebabkan I Mucaling yang berada di Pucak Bukit Rangda kebingungan seperti tertusuk duri paang. Itulah sebabnya I Mucaling lalu pergi menuju Jungut Batu, Selanjutnya lalu menuju Dalem Peed. Tetapi Ratu Ngurah Tangkep Langit, I Wayan Teba, I Made Jelawung, I Nyoman Pengadangan, Ketut Petung dan Ni Luh Rai Dharani, masih berada disana menghambakan diri kepada saang Rsi, di sana di Penataran Gunung Pucak Bukit Rangda. Dengan demikian ada sabda sang Rsi, agar merestorasi kahyangan ida bhatara, sebagai sthanya Bhatara Hyang Rudra. Tidak diceritakan tentang kegiatan orang-orang yang merestorasi kahyangan tersebut, diceritakan telah selesai dan diupacarai sebagaiana mestinya, sesuai dengan urutan upacara yang termaktub dalam kitab Adhigama, selanjutnya dihaturkan upacara disertai melaksanakan upacara ngenteg linggih di kahyangan tersebut, pada tahun saka 1340 atau tahun 1418 masehi, dinamakibelan Kahyangan Penataran Pucak Bukit Rangda. Sebab perbuatan I Mucaling ketahuan (katangehan) merusak pekraman, lalu ada sungai yang dinamakan Tukad Petangahan, sebab dari sanalah (perbuatan I Mucaling) terlihat oleh sang rsi. Itu juga sebabnya ada Desa yang bernama Suryabrata (sekarang Surabrata), sebab (seluruh) disaksikan oleh Sanghyang Surya.
• Rindik adalah alat musik tradisional masyarakat Bali yang terbuat dari potongan-potongan bambu. Bambu yang digunakan untuk membuat Rindik ini biasanya merupakan bambu pilihan, sehingga tidak mudah pecah dan menghasilkan suara yang baik. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat tabuh secara bergantian sehingga menghasilkan suara yang merdu.
•Fungsi Alat Musik Rindik
Di Bali sendiri, Rindik ini merupakan salah satu alat musik tradisional yang cukup terkenal. Rindik ini biasanya ditampilkan sebagai salah satu alat musik pengiring pertunjukan joged bumbung. Selain itu Rindik juga sering ditampilkan untuk mengiringi upacara pernikahan atau resepsi. Alunan suaranya yang khas sangat cocok dan membuat suasana dalam acara tersebut semakin terasa romantis.
•Bentuk Alat Musik Rindik
Rindik merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang sudah dipotong-potong dan ditata sesuai ukurannya. Jumlah potongan bambu tersebut biasanya terdiri dari 11 buah sampai 13 buah. Setiap buah bambu memiliki ukuran yang berbeda dan nada yang berbeda pula. Semakin besar ukuran bambu maka semakin bernada rendah, sebaliknya semakin kecil bambu tersebut maka semakin tinggi nada yang dihasilkan. Bambu tersebut ditata diatas tempat (pelawah) dimulai dari nada paling rendah di sudut kiri hingga nada paling tinggi di sudut paling kanan. Nada-Nada yang dihasilkan oleh Rindik ini merupakan nada Pentatonic atau Laras slendro, yang berarti hanya memiliki 5 nada utama. Rindik ini dimainkan dengan menggunakan 2 buah alat pemukul yang terbuat dari karet dan memiliki ukuran yang berbeda. Pemukul berukuran besar biasanya digunakan di tangan sebelah kiri begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan nada paling kiri lebih rendah sehingga saat dimainkan terdapat sebuah keseimbangan nada.