Archive for the ‘Tulisan’ Category

Gambelan gong kebyar tertua di desa keramas

Desember 29th, 2011

Nara sumber :

  1. Wayan Sogok (penabuh generasi pertama)
  2. I Gusti Agung Kt Wali (penglingsir puri)
  3. I Gusti Agung Nyoman Putra Winaya. Dr.G. (salah satu pendiri sanggar seni viatikara Surabaya).

Menurut nara sumber I Gusti Agung Kt Wali yang saya temui di kediamannya pada tanggal 18 september 2011, Awal mula keberadaan gambelan ini diketahui sekitar tahun 1940an. Menurut I Gusti Agung Kt Wali selaku penglingsir puri sareng kangin keramas, gambelan ini awal mulanya adalah pemberian dari penglingsi-penglingsir dulu. Adapun gambelan ini dulunya tidak lengkap atau dulu di bilang gambelan sibak hanya setengahnya saja. Adapun instrument yang pertama kalinya ada antara lain adalah:

  • 1 gong
  • 1 kempur
  • 2 pemade
  • Riong sibak

Gambelan ini dulunya di taruh di ancak saji. Di lingkungan puri, ancak saji adalah sebuah tempat untuk mengistirahatkan keluarga puri yang sudah meninggal sebelum di laksanakan prosesi pelebon. Karena dulu di lingkungan puri tidak ada yang memiliki bakat seni ususnya seni karawitan, maka seiring bajalanya waktu supaya gambelan ini tetap terawat, maka di piceyang atau di berikanlah gambelan tersebut kepada sebuah kelompok manyi yang masih sebagai parekan di puri, karena disana banyak terdapat orang-orang yang memiliki bakat seni ususnya seni karawitan.

Karena kekurangan instrument gamelan, para kelompok atau sekee manyi ini berinisiatip untuk mengumpulkan uang dari hasil manyi mereka itu untuk membeli kekurangan-kekurangan gambelan yang di perlukan untuk melengkapi barungan gambelan tersebut. Seiring berjalannya waktu, sekitar tahu 1960an pada era pemerintaha suharto yang pada saat itu menjadi presiden ke dua di Indonesia setelah bung karno.

Pada tahun1960an inilah awal mula terbentuknya sekee gong generasi pertaman yang dulunya bernama skee gong bengkudu, bengkudu diambil dari nama tempat atau wilayah tempat tinggal sekee atau klompok manyi tersebut. Untuk menjaga dan merawat agar gambelan ini tidak cepat rusak, dari pihak puri-puri yang ada di desa keramas berinisiati ikut dalam merawat gambelan ini supaya tidak rusak. Hal ini di lakukan dengan cara setiap ada kerusakan atau perbaikan-perbaikan, dari pihat puri memberikan dana untuk segala macam jenis perbaikannya,tp dengan syarat yaitu bila di lingkungan puri-puri yang ada di keramas, dari pihak puri berhak memakai gambelan serta sekeenya tanpa imbalan, tapi hanya dikenakan batu-batu sebagai sesari.

Dari generasi pertama ini adapun beberapa nama pelatih yang berjasa dalam melatih sekee generasi pertama ini, salah satunya bernama Kak senen yang berasal dari pinda belahbatuh gianyar. Beliau adalah tipikal pelatih yang ulet dan sedikit tempramen. Dari hasil didikan khas Kak senen inilah sekee generasi pertama bisa menjadi sekee yang cukup di perhitungkan pada waktu itu. Karena pada saat itu Kak senen melatih kedesa keramas hanya dengan berjalan kaki dari desa pinda ke desa keramas, maka sekee berinisiatip membelikan beliau sebuah sepeda gayung piyonik yang ngetren pada saat itu untuk membalas jasa-jasa beliau sebagai pelatih. Seiring berjalannya waktu sekitar tahun 1970an, terbentuklah sekee generasi ke dua.

Pada saat itu sekee benggkudu berubah nama menjadi sekee gong bedanyah, itu dikarenakan adanya rapat subak yang menginginkan agar terjadinya perubaahan nama dari sekee generasi pertama ke generasi ke dua. Pada generasi ke dua ini, bisa dikatakan sebagai sekee yang sukses pada era itu karena pada waktu itu sekee generasi ke dua ini sangat sering mendapatkan undangan-undangan pemerintah untuk melakukan pementasan di wilayah jember, Surabaya, malaisya dan yang terakhir adalah undangan untuk pertukaran budaya ke Bangkok.

Pada waktu skee megambel ke jember, ada kejadian yang mungkin bisa dikatagorikan kedalam kejadian unik, yaitu pada saat berangkat ke jember, salah satu istri dari sekee yang ikut berangkat ke jember sedang hamil tua, dan pada saat suaminya pulang dari jember, dia sudah mengtahui bahwa anaknya sudah lahir, tapi belum memiliki nama. Nah karene dia baru datang dari jember maka dia berinisiatip memberikan nama jember kepada anaknya itu. Dan sampe sekrang pun anaknya itu masih mengingat kejadian unik  itu.

Menurut nara sumber yaitu I Gusti Agung Nyoman Putra Winaya. D.r.G, beliau adalah adik dari I Gusti Agung Kt Wali. Beliau  bisa di bilang sebagi orang yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan sekee generasi ke dua pada saat itu, karena beliau adalah seorang penari propesional yang mengajak sekee generasi kedua untuk melakukan pertukaran budaya ke beberapa daerah di Indonesia sampai ke mancan Negara. I Gusti Agung Putra Winaya. D.r.G juga adalah salah satu pendiri sanggar seni Viatikara pusat yang bertempat di Surabaya. Beliau belajar menari secara otodidat, Karena niat dan keinginan beliau yang sangat besar ingin menjadi seorang penari professional.

Menurut I Wayan Sogok yang saya temui di rumahnya pada tanggal 20 september 2011,  beliau sedikit memaparkan bahwa Pada saat itu juga, sekitar tahun 70an, arja RRI dps juga pernah melakukan rekaman pertama mereka di desa keramas dengan iringan dari sekee gong bedanyah generasi ke dua. Arja RRI dps yang pada saat itu di pelopori oleh Kak Monjong yang berperan sebagai wijil. Arja RRI sangatlah terkenal dikalangan arja-arja yang ada di bali kususnya di gianyar. Atas saran Kak Monjong, setiap ada pementasan arja RRI ini, harus selalu di iringin oleh gambelan sekee bedanyah ini.

Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1990an, berdirilah sekee gong generasi ke tiga. Pada saat itu juga sekee gong bedanyah berganti nama lg dengan nama sekee Gong Wardita Kumala. Nama ini diberikan oleh salah satu tokoh seni di keramas yaitu I Gusti Agung Wiyat s.ardi. Beliau adalah salah satu tokoh seni yang membidangi di seni tari olah vocal dan  pedalangan. Beliau juga mengajar sebagai guru bahasa inggris di smk saraswati gianyar. sampek sekarang sekee gong wardita kumala masih tetap berjalan seperti mana biasanya.

Demikianlah sedikit pemaparan saya tentang  gambelan gong kebyar tertua di desa keramas, jika ada kekurangan dalam penyampaiannya, mohon di permaklumi dan di maafkan. Sekian dan terimakasi.

Posted in Tulisan | Comments (55)

MENGOMENTARI GARAPAN YANG BERJUDUL KUALIT

Desember 28th, 2011

 

 

 

 

 

Judul garapan : Kualit

Penata                  : I Gusti Ngurah Alit Supariawan

NIM                      : 2007 02 011

Program Studi : Seni Karawitan

Sinopsis :

Kualit berasal dari kata kual dan alit, kual berarti nakal dan alit berarti kecil, kualit yang dimagsud adalah sebuah tingkah laku anak – anak sering memberikan kenangan yang indah. kenakalan masa kanak – kanak terserbut menjadi inspirasi yang cukup menarik bagi penata untuk digarap kedalam komposisi karawitan. Garapan ini menggunakan media ungkap angklung kebyar dengan mengolah unsur – unsur musikal seperti melodi ritme dan tempo sehingga melahirkan komposisi karawitan tradisi baru yang berjudul kualit.

Pendukung Karawitan : Sekaa Angklung Guna Karya, Br. Adat Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

 

Instrument yang digunakan : Angklung kebyar

Jenis garapan : kreasi angklung kebyar

Hal-hal yang perlu di rivew menurut saya antara lain adalah :

  1. Tata panggung
  2. Lighting/tata cahaya
  3. Penggunaan audio
  4. Kekompaan gerak penabuh
  5. Penggunaan pakaian penabuh pendukung dengan pakean yang ujian

 

 

v Tata panggung, sangatlah penting di dalam mendukung kesuksesan suatu pementasan di panggung, itu dikarenakan dalam penataan panggung yang baik akan memepengaruhi kekompaan dalan melakukan pementasan tersebut. Dalam garapan *kualit*, disini saya melihat penataan panggungnya sudah bagus, karena dengan menggunakan barungan gambelan angklung yang tidak begitu banyak, penatata bisa memanfaatkan penataan panggung semaksimal mungkin, jadinya didalam pementasan para penabuh akan merasa nyaman dalam melakukan pementasan, tapi ada sedikit kekurangan gangsa dengan reong, tempat reong kurang tinggi dari tempat ganggsa, jadinya pemain reong kurang kelihatan.

v Lighting / tata cahaya dalam suatu pementasan tata lampu/cahaya(lighting) sangatlah penting dalam mendukung kesuksesan suatu pementasan, kalau tanpa tata cahaya dalam suatu pementasan, maka pementasan itu tidak akan kelihatan menarik karena semua’n akan tarlihat gelap gulita. Dalam garapan *kualit* saya melihat tata cahaya yang digunakan adalah yang cahaya yang general,  jadinya semuanya kelihatan dengan pembagian cahaya yang sama rata.tapi ada sedikit kekurangan dalam  penggunaan cahayannya, karena penggunaan cahayanya terlalu terang, sehingga penonton menjadi silau dalam menonton pementasan itu.

v Penggunan audio, dalam garapan yang berjudul *kualit* ini, saya dapat menyimpulkan bahwa penggunaan audionya sangatlah kurang dan penempatannyapun kurang bagus, itu menyebabkan banyak instrument dari barungan gambelan angklung yang digunakan menjadi tidak terdengar semuanya, pemerataan suaranya menjadi tidak balance. Misalnya dapat kita dengar pada instrument gong, disini saya tidak mendengar jelas suara gong yang di mainkan, itu mungkin dikarenakan kurangnya pemakaian mikrofon di samping gonk. 

v Kekompakan penabuh, dalam pementasan ini, saya melihat kekompakan terutama kekompakan dalam gerak tubuh penabuh sangatlah kurang, karena saya melihat ada beberapa gerakan yang kurang seragam, itu mungkin dikarenakan kurangnya waktu latihan untuk memantapkan gerak-gerak yang akan digunakan pada saat pementasan, tapi penabuh menyiasati kekurangan itu semua dengan cara selalu tersenyum.

v Penggunaan pakaian penabuh pendukung dengan pakaian yang ujian, disini saya melihat penggunaan pakaian antara penabuh pendukung dengan penabuh yang ujian sama persis, menurut saya pakean penabuh pendukung dengan pakaian penabuh yang ujian musti di bedakan, karena didalam penilaian, para penilai atau para penguji akan lebih mudah mengetahui mana mahasiswa yang ujian dengan yang tidak ujian.

 

 

Demikian sedikit review dari saya tentang garapan TA mahasiswa isi denpasar tahun 2011 yang berjudul *kualit*, sekian dan terimakasi.

Posted in Tulisan | Comments (56)

Br. delodpeken keramas

Juli 1st, 2011

br. delodpeken keramas terletak di desa keramas, kecamatan blahbatuh, kabupaten gianyar, dan memiliki kepala keluarga  sekitar 600 kk. br. delodpeken terbagi menjadi 3 subak yaitu subak kauh, subak kangin, dan subak tengah. setiap hari minggu krama banjar selalu mengadakan bakti sosial seperti membersihkan areal di sekitar pura-pura yang ada di wilayah desa keramas. di sini jg terdapat 4 sekaa gong yang mencakup sekee gong anak-anak, sekee gong remeja, sekee gong tua-tua dan yang terakhir sekee gong wanita atau PKK. di sini juga rutin setiap 2x seminggu diadakan latihan menari bagi anak-anak dan muda-mudi yang senang dalam bidang menari, itu dikarenakan di banjar delodpeken memiliki program untuk menumbuh kembangkan kesenian baik itu seni tari, seni musik/gambelen bagi anak-anak dan muda-mudi br. delodpeken.

dekian sedikit kutipan yang bisa saya sampaikan tentang banjar saya. TERIMAKASI

Posted in Tulisan | Comments (59)

Biodata

Juni 25th, 2011

Nama                                         : I Gst Agung Nyoman Saskara SY

Alamat                                     : Br, Delodpeken, Keramas, Gianyar

Tanggal lahir                       : 01 – Juni – 1990

Jenis kelamin                     : laki-laki

Nama oran tua

Ayah                                          : I Gst Agung Putu Pawitra

Ibu                                              : NI Luh Ketut Netri

Pekerjaan orang tua

                                                                                                   Ayah                                          : Wirasuasta

                                                                                                    Ibu                                              : Guru

Posted in Tulisan | Comments (56)

Manusia dan pandangan hidup

April 11th, 2011
  • Dalam berbagai kepustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, dan semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang-rangsang yang diterimanya. Ini berati bahwa sikap seseorang terhadap obyek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian dari seseorang terhadap obyek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap obyek tertentu.
  • Dalam kurun waktu setengah abad terakhir ini pengkajian terhadap sikap manusia , khususnya yang dilakukan oleh disiplin psikologi sosial, boleh dikatakan cukup menggebu-gebu. Hasil yang segera tampak adalah, munculnya berbagai pengertian tentang sikap itu sendiri. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang erat dengan konstruk-konstruk lain, seprti dorongan motivasi, atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu. T.M. Newcomb mencoba membagankan hubungan tersebut sebagai berikut ini:

Nilai-nilai

Sikap

Motivasi

Dorongan

Dengan dorongan dimaksudkan adalah keadaan organism yang menginisiasikan kecenderungan kea rah aktifitas umum :

Ø  Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan di pelajari  untuk suatu tingkahlaku bermotifasi.

Ø  Nilai nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai tarhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.

Bagan tersebut melukiskan perkembangan seleksi dan degenerasi  tingkahlaku seseorang yang berpangkal pada dorongan dan akhirnya mencapai puncak pada nila-nilainya. Secara demikian dapat dikatakan, bahwa sikap manusia senantiasa berhadapan dengan kekuasaan-kekuasaan yang ada di sekitarnya. Dengan kata kekuasaan di sisni dimaksudkan adalah segala sesuatu yang menyodorkan diri kepada kita dan yang mempengaruhi kita. Kekuasaan itu ada di alam sekeliling, dalam pola-pola social, dalam teknik, seksualitas, kebahagiaan, lingkungan agama, dan segala sesuatu yang tidak termasuk dari pribadi kita naamun justru mempengaruhi kita.

Dalam buku stategi kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan yang dialami oleh manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah :

  • Tahap mistis
  • Tahap ontologism
  • Dan tahap fungsional.

-Yang dimaksud tahap mistis adalah, sikap manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan –kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan keseburan, sebagaimana dipentaskan dalam mitologi-mitilogi bangsa primitive.

-yang dimaksud dengan tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mistis, melainkan yang secara bebes yang ingin meneliti  segala hal ikhwal.

-yang dimaksud dengan tahap fungsional adalah sikap manusia yang merasa didrinya memiliki fungsi  bahwa penguasa atau raja dalam pandangan banyak masyarakat kita dianggap sebagai sumber dan tempat berlalunya keadilan bagi masyarakatya.

Posted in Tulisan | Comments (21)