Pengaruh Revolusi Industri dalam Desain Interior

oleh
I Kadek Dwi Noorwatha

Perkembangan desain interior khususnya dan desain pada umumnya, baik keilmuan maupun profesi, tidak terlepas dengan revolusi industri. Revolusi industri adalah transisi dalam proses manufaktur yaitu perubahan metode tradisional yang berbasis produksi tangan (hand production methods) ke penggunaan mesin, sistem manufaktur kimia, proses produksi logam, peningkatan penggunaan mesin uap, pengembangan peralatan mesin dan perkembangan sistem pabrikasi. Revolusi tersebut awalnya terjadi di Inggris Raya dan teknologi yang berhubungan dengannya juga berawal dari sana. Revolusi industri pertama diaplikasikan pada industri tekstil di Inggris. Revolusi industri dalam industri tekstil berpengaruh pada sistem kepegawaian, nilai keluaran produksi dan investasi kapital. Revolusi industri (atau disebut juga revolusi industri 1.0) tercatat dalam sejarah berlangsung dari tahun 1760 sampai sekitaran tahun 1820 atau 1840 yang dampaknya dirasakan sampai era kekinian. Revolusi Industri sampai era kekinian telah menuju ke Revolusi Industri 4.0 (baca: tahap keempat).

Kelahiran Mesin Uap 

James Watt (1736-1817)

Lahirnya revolusi industri diawali dengan disempurnakannya mesin uap (steam machine). Mesin uap adalah mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya menjadi energi mekanis.  Mesin uap merupakan mesin pembakaran eksternal, dengan cairan yang terpisah dari hasil pembakaran.  Pembakarannya berasal dari batu bara atau kayu api dengan memanaskan cairan yang menghasilkan uap air. Uap air yang panas tersebut diarahkan untuk menggerakan piston atau turbin yang akan menyebabkan kerja mekanik. Desain mesin uap sebagai artefak yang mempelopori revolusi industri juga mempunyai ceritanya sendiri. Mesin uap merupakan mesin yang prinsipnya telah ditemukan pada abad ke 1 Masehi  oleh Bangsa Romawi ketika menjajah Mesir yang dinamakan ‘aelopile’ atau disebut juga ‘mesin heron’.

Prinsip kerja Mesin Uap Ciptaan James Watt

Pada tahun 1551 pada era kekaisaran Ottoman di Mesir, seorang penemu bernama Taqi al-Din Muhammad ibn Ma’ruf telah mengembangkan mesin uap yang menggerakan roda. Pada tahun 1606 Jerónimo de Ayanz y Beaumont berasal dari kekaisaran Spanyol memperoleh paten dari mesin pompa air. Pada era pra-modern, Thomas Savery pada tahun 1698 mematenkan mesin uap bertekanan atmosferik. Para desainer tampaknya harus berterima kasih kepada para pencipta dan pengembang mesin uap yang nantinya melahirkan revolusi industri. Thomas Newcomen seorang yang berkebangsaan Inggris menciptakan mesin atmosperik (atmospherics machine) secara komersial pada tahun 1712, pertama kalinya diciptakan mesin uap yang menggerakan silinder pada tabung vakum sehingga mampu menggerakan piston. Fungsi awalnya adalah sebagai pompa untuk mengeluarkan air dari tambang. Mesin Newcomen disempurnakan lagi oleh James Watt dari Skotlandia yang pada tahun 1781 yang menghasilkan mesin uap yang lebih kuat dan lebih praktis. Mesin uap yang lebih praktis dan kuat  tersebut pada akhirnya mampu diaplikasikan di pabrik tekstil, yang akhirnya melahirkan revolusi dalam industri tekstil Inggris Raya. Peristiwa tersebut lambat laun memantik Revolusi Industri secara global. Hal yang paling mendasar dari penggunaan mesin uap tersebut adalah mulainya dibangun pabrik di kota besar yang dekat dengan jalur distribusi dan pemasaran. Sebelumnya pabrik dibangun didekat sumber daya alam seperti sungai atau laut sehingga membutuhkan biaya besar untuk berproduksi dan pemasaran. Hal yang lain adalah sumber tenaga manusia dan binatang mulai dikurangi dan digantikan oleh mesin, sehingga para industrialis terhindar dari demo buruh pabrik ketika mendorong lajur produksi tanpa batas waktu.

Pengaruh Revolusi Industri Secara Global

Lucas (2002) menyatakan bahwa revolusi industri memberikan sebuah titik balik sejarah dunia, yang mempengaruhi aspek hidup keseharian masyarakat dunia. Secara khusus rerata pendapatan dan populasi mulai menunjukkan pertumbuhan yang stabil yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ekonomis menyatakan bahwa pengaruh utama dari revolusi industri adalah standar hidup dari populasi general mulai meningkat secara konsisten untuk pertama kalinya dalam sejarah, meskipun beberapa juga menyatakan hal tersebut meningkat sampai akhir abad 19 dan 20. Pada bidang Seni Rupa dan Kriya juga terjadi perubahan yang radikal yang akhirnya melahirkan ‘keilmuan’ desain. Desain sebelum revolusi industri belum mempunyai eksistensi secara otonom, masih tergabung dalam bidang Seni dan Kriya. Louis Elister (2004) memberikan gambaran mengenai perbedaan antara pre-industrialisasi dan pos-industrialisasi.

Tabel 1. Perbedaan ‘Desain’ Pre-Industrialisasi dan Pos-Industrialisasi

Sofiana (2014) menjelaskan bahwa revolusi industri sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat secara sosial dan budaya di Inggris pada awalnya merambah ke Eropa.  Kelas sosial mulai terbagi menjadi masyarakat bourjouis (mempunyai kapital) dan masyarakat menengah ataupun pekerja (proletar). Gaya hidup masyarakat berubah dan kebutuhan hidup berubah. Salah satu contoh bentuk perubahan gaya hidup sebelum terjadinya revolusi industri.  Pencahayaaan dalam rumah sebelumnya menggunakan lilin atau lampu minyak yang banyak mengeluarkan asap, sehingga akibat paparan asap dan jelaga tersebut dinding ruangan lambat laun akan berwarna gelap. Hal tersebut menyebabkan interior dalam rumah pada masa itu banyak yang menggunakan warna gelap untuk menutupi kotoran ataupun asap yang ditimbulkan oleh pencahayaan buatan tersebut. Usaha untuk memberikan efek ‘terang’ dalam ruangan, dilakukan dengan  memasang kaca dan cermin ataupun material yang memantulkan cahaya dalam ruangan. Hal tersebut lumrah pada masa itu dan baru berubah sekitar satu dekade setelahnya, ketika ditemukan lampu listrik oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1878. Visualisasi interior mengalami perubahan signifikan dengan mulai menerapkan warna cerah dan bermotif dengan membentuk suasana tertentu.

Revolusi Industri dan Desain (Interior)

Dalam konteks seni rupa dan arsitektural, desain yang sebelumnya belum terbentuk secara otonom, keberadaannya makin diperhitungkan, khususnya sebagai metode pemecahan masalah secara teknis, pengembangan dan inovasi produk serta eksplorasi visual untuk industri demi meningkatkan nilai ekonomis produk. Santosa (2005) menjelaskan bahwa sebagai pemecahan masalah teknis maka desain dapat dikaitkan dengan faktor fungsional. Disini desain merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan fungsi-fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini muncul sejak adanya revolusi teknik pada era revolusi industri. Desain bukan lagi dipandang sebagai seni melainkan lebih kepada ilmu teknik (engineering). Desain dipelajari dan dikembangkan secara ilmiah dengan pendekatan-pendekatan empirik untuk memberikan pemecahan masalah (problem solving) secara objektif dan hasil temuannya dapat digeneralisasikan. Hasil atau wujud konkrit dari pemahaman desain sebagai pemecahan masalah teknis adalah desain modern yang mengutamakan fungsi teknis, oleh karenanya desain menjadi bersifat mekanis dan rakitan. Hal ini dapat dilihat contohnya seperti penggunaan bahan-bahan industrial yang standar, homogen dan dapat dirakit secara cepat dan mudah serta hasilnya kuat atau optimum secara teknis. Wujud yang tercipta biasanya bentuk-bentuk standar yaitu geometris, menggunakan bahan, konstruksi, tekstur, pewarnaan dan finishing secara lugas dan produknya homogen.

Pengaruh revolusi industri bagi desain interior khususnya di Inggris adalah adanya tekanan terhadap gaya neoklasisme (neoclassicism) yang sebelumnya berkembang di Inggris. dan mengantarkan ke gaya Pre-Modern atau Proto Modernism Interior. Dalam arsitektur lahir gaya Palladianism, Classical Revival, Greek Revival, Empire Style, Picturesque dan Sublime (Hopkins, 2014). Melimpahnya material bangunan produk industri yang siap pasang, produk populer, berharga murah dan pertumbuhan ekonomi mengantarkan era revolusi industri pada ecleticism (gaya campur aduk) dalam desain interior, yang pada masa itu lebih cenderung ke dekorator interior yang mencerminkan status sosial tertentu. Peran revolusi industri bagi keilmuan desain sebagai bidan yang akan membantu kelahirannya. Terpisahnya desain dari dunia Seni dan Kriya memberikan suatu pengembangan keilmuan yang akan mengarahkan dunia global pada revolusi industri kedua (Industrial Revolution 2.0) (1870-1914).

Marr (2016) menyatakan bahwa dunia pada era kekinian akan menuju revolusi industri tahap keempat yaitu pengaplikasian cyber physical systemsthe Internet of Things (IoT), and the Internet of Systems. Pemaparan di atas menunjukan bahwa desain dari awal kelahirannya sangat dekat dengan industri dan pada perkembangannya juga melahirkan jenis revolusi industri yang baru disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan ekonomi dunia.

Meskipun lahir dari perkembangan revolusi industri, ‘desain’ juga pada akhirnya melawan hegemoni revolusi industri tersebut, yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keilmuan desain itu sendiri. Sofiana (2014) menjelaskan bahwa perubahan terhadap seni dan desain yang terjadi setelah revolusi industri memberikan lebih banyak  dampak positif terhadap perkembangan seni dan desain itu sendiri walaupun terdapat dampak negatifnya. Aliran dan gerakan desain yang muncul baik yang mendukung maupun yang melawan keduanya memiliki kelebihan yaitu berkembangnya ideologi dan filosofi baru dari masing-masing sisi tetapi tetap dapat beradaptasi dengan baik di mana aliran tersebut berasal. Hampir disetiap kota di Eropa muncul aliran dan gerakan baru yang merupakan reaksi terhadap hal baru yang muncul didalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Di lain pihak, aliran mencoba bersikap realistis dengan pemanfaatan tenaga mesin dan teknologi dengan menghasilkan desain-desain baru yang berbeda di eranya serta mencoba untuk bersikap positif terhadap perubahan yang terjadi dengan mencari alternatif desain yang tidak dapat dibuat dengan tangan pengrajin. Sehingga melahirkan desain dengan material-material baru. Nilai keindahan dari sebuah desain diperoleh dari keahlian mengeskplorasi material dan teknologi baru. Kekurangan dari segi artistik dan dekoratif melahirkan bentuk desain baru dengan tampilan yang bersifat struktural dan fungsional. Pada dekade ini aliran Modernisme mulai muncul dan melanda karya-karya desain di negara-negara barat.

REFERENSI

Elister, Louis, 2004, Design & Cultures 1: Week2-The Industrial Revolution & Design Pioneers, artikel internet @http://katsclass.com/10760/designwk02.htm

http://resourcesforhistoryteachers.wikispaces.com/WHII.5

Hopkins, Owen, 2014, Architectural Styles: A Visual Guide, London: Laurence King Publishing

Lucas, Robert E., Jr. (2002). Lectures on Economic Growth. Cambridge: Harvard University Press

Marr, Bernard, 2016, Why Everyone Must Get Ready For The 4th Industrial Revolution, Artikel Internet @ https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/04/05/why-everyone-must-get-ready-for-4th-industrial-revolution/#238bdf313f90

Santosa, Adi, 2005, Pendekatan Konseptual dalam Proses Perancangan Interior, Jurnal Dimensi Interior, Vol. 3, No. 2, Desember 2005: 111 – 123, Surabaya: Universitas Kristen Petra

Sofiana, Yunida, 2014, Pengaruh Revolusi Industri Pada Desain Modern, Jurnal HUMANIORA Vol.5 No.2 Oktober 2014: 833-841



Comments are closed.