Sep 09

Oleh: I Ketut Murdana (Sri Hasta Dhala)

Hari Saraswati selalu dirayakan di Ashram Lembah Bayam di bawah tuntunan Maha Guru Srijaya Nara, beliau telah menurunkan garis-garis gurupadeca yang menjadi pedoman pelaksanaan sadana sucinya. Adapun sadana suci yang wajib dilaksanakan adalah melaksanakan puasa selama 14 hari. Pelaksanaan puasa dimulai dengan etika yaitu melaksakan upacara pakeling atau mohon berkat kepada Tuhan Shiwa yang dilaksanakan secara bersama-sama sehari sebelum puasa di mulai. Pada tahun ini hari Saraswati jatuh pada tanggal 10 Agustus 2013 sehari setelah hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2013, maka pelaksanaan pakeling  dilakukan tanggal 28 Juli 2013. Dalam upaya memantapkan sarada bhakti selain melaksanakan puasa, para bhakti juga diberikan pelatihan Suara Pranidana, yaitu melaksanakan Wiswa mengelilingi Ashram  dengan Japa Maha Mantram, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Disamping itu pula diberikan pelatihan Yoga dan Yantra oleh Maha Guru melalui pembimbing Yoga yang telah ditugaskan.

Disamping itu pula Sri Sat Guru juga mengalirkan tuntunan yang masuk ke dalam diri dan hadir dalam wujud suara hati yang menggema dalam diri, hal itu dapat dirasakan oleh salah satu bhakta Ashram Vrata Wijaya yang merupakan Ashram dibawah naungan Ashram Lembah Bhayam. Salah satu tuntunan itu berupa petunjuk untuk membangkitkan kewajiban terhadap diri, masyarakat maupun dunia. Hal itu terjadi tiga minggu sebelum Hari Saraswati yang mengisyaratkan kepada para bhakti-Nya di Ashram Vrata Wijaya untuk datang menghadap Guru. Ketika hal itu telah disepakati dan diyakini kebenaran-Nya, maka enam belas orang bhkati diminta untuk melalukan Tirta Yatra ke empat pura di Bali, yaitu: di Pura Uluwatu, yang dilakukan oleh: Dewa Putu Merta, Desak Santhi, Bu Man Singekerta, dan Pak Urip. Di Pura Andekasa oleh; bapak Ketut Sukardana, Ibu Kadek Bawak, Ibu Man Sukardana, dan I Gede Sudarpa. Di Pura Sangeh dilakukan oleh; Pak Mardika dan Bu Mardika, Ibu Gung Putrid an I Gede Robet (Susila Dharma) dan di Pura Batukaru dilakukan oleh  Pak Ida Bagus Arsa Astawa, Pak I Made Bendi Yudha, Ibu Nengah dan Ibu Bendi. Sadana ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2013 secara serentak menyebar menghadap ke empat pura tersebut di atas. Kemudian para bhakti yang lain menyambut kedatangan perwakilan teman-teman yang menghadap. Setelah datang air suci distanakan di depan Padmasana, Kemudian para bhakta yang bertugas menyampaikan temuan petunjuk-nya, Guru menerima hal itu semua dan tugas dilanjutkan lagi setelah ditanya kepada para bhakti mereka siap untuk melaksanakan untuk melanjutkan permohonan air suci berkat dari Ibu di laut dan Bapak di Gunung yang dilakukan oleh empat orang bhakta sebagai perwakilan; Ida Bagus Arsa Astawa, I Made Mahardika, I Dewa Putu Merta dan I Ketut Sukardana. Selanjutnya mereka memilih pantai Watuklotok Klungkung dan Pura Indra Kila di Payangan Gianyar dan pelaksanaannya pada hari Kemis tanggal 8 Agustus 2013. Mereka kembali dan tiba di Ashram Vrata Wijaya jam 11 malam. Air suci disambut dengan doa suci, tabur bunga, cendana dan api suci jiotir, serta segehan manca warna.  Selanjutnya air suci di persembahkan di Ashram Vrata Wijaya dan disambut oleh bhakta dengan pakaian ungu lengkap yang diwakili oleh seorang bhakta wanita (Ibu Mahardika), para bhakti yang lain menyambut dengan lantaran putih kuning dengan tabur bunga dan diringi alunan lagu puja-puji Dewi Gangga dengan iringan music yang menyayat hati membangun suasana penuh religious mengiringi perjalanan air suci menuju Arca Shiwa dan mengelilingi sebanyak tiga kali putaran lalu air suci distanakan di depan Arca. Getaran suasana religious sangat menggema yang  mengakibatkan para bhakta meneteskan air mata penuh keharuan, harapan, kerinduan bersatu dalam pertemuan spirit, sehingga ekspresi spontan tercipta dengan sendirinya berupa gerakan tari,  ucapan mantram-mantram suci dalam bahasa rohani yang tidak terjangkau oleh alam pikir menjadikan suasana pemujaan penuh kekhusukan mengantarkan seluruh jiwa mencapai pendakian spiritual dan penyatuan dalam sekejap. Ketika proses pendakian telah mencapai puncaknya, suasana kembali berangsur-angsur tenang pulih kembali ke alam jasmani.

Selanjutnya pemujaan dilakukan, diawali dengan arcanam Puja-Puji memuliakan kebesaran-Nya dan sekaligus memohon petunjuk selanjutnya. Permohonan petunjuk diawali dengan pemujaan sesuai dengan garis-garis gurupadeca dan selanjutnya air suci diusung oleh para bhakti dan distanakan di depan Arca Dewi Gangga di Beji. Doa-doa suci dilantunkan dan diiringi lagu-lagu dan musik puja-puji Gangga  untuk memuliakan Tuhan Shiwa dalam manifestasinya sebagai Dewi Gangga yang dilengkapi dengan persembahan bunga catur warna yang dimasukkan ke dalam air, melalui etika yang telah digariskan. Setelah beberapa menit kemudian air suci dimuliakan lagi oleh perwakilan bhakta melalui mantram yang diucapkan secara bersama-sama. Akhirnya air suci dapat diberkati untuk penyucian alam, lingkungan tempat tinggal dan penyucian diri. Untuk penyucian diri telah dilaksanakan dan dipercikkan kepada seluruh bhakta dan yang lainnya di bawa untuk penyucian tempat tinggal. Untuk pelaksanaannya di alam akan menunggu petunjuk lebih lanjut. Pelaksanaan sadana ini digunakan sebagai bahan renungan suci menyambut hari besar turun-Nya pengetahuan Suci Saraswati, hari Jumat, tanggal 9 Agustus 2013, bertempat di Ashram Vrata Wijaya.

Renungan sastra dimulai jam 21.00 sampai 01. 25  wita yang dihadiri oleh 50 orang bhakta, dan juga hadir Guru Sri Jaya Narendra yang bertugas membina umat di Lombok. Selesai renungan suci para bhakti melaksanakan pekemitan ngemit Tirta Suci yang masih distanakan di Beji untuk penyucian diri pada hari Banyupinaruh dan Tirta Suci yang akan dipersembahkan untuk penyucian alam di darat dan di laut yang akan dilaksanakan Senin malam di dua tempat yaitu pantai Goa Lawah Klungkung dan pantai Merta Sari, Sanur Denpasar.

Berbagai permasalahan pengetahuan yang mengalir dari dalam diri dan di luar diri, sebagai upaya penghayatan dan pemaknaan pengetahuan Jnana Buda Siwa dan implementasinya dalam menuntun prilaku kehidupan dibahas secara bersama-sama.

Pengetahuan yang mengalir sebelum dan pada saat melaksanakan sadana bhakti Tirta Yatra tanggal 5 dan 8 Agustus 2013, dapat disaksikan oleh para bhakti melalui:

1). Darsan-darsan dalam wujud-Nya sebagai: Shiwa, Ibu Parwati, Dewi Gangga, Sri Nandini,  Shiwa Bharuna bertangan empat mengibaskan kain putih dengan sinar aksara suci yang keluar dari tangannya, Ibu Dewi Durga memeluk dengan penuh kasih, Maha Guru beserta Ibu Guru, Guru, Alam Semesta, air danau mengelilingi pura saat pemujaan, dengan berbagai sinar dan kemahakuasaan-Nya, menuntun, memberkati dan mebebaskan kegelapan jiwa kita.

Darsan-darsan dari para leluhur dapat disaksikan dalam senyuman bahagia disertai permintaan air suci untuk penyempurnaannya.

2). Petunjuk-petunjuk suci yang berkaitan dengan cara permohonan dan etika seorang bhakta dalam melaksanakan sadana suci. Tuntunan ini menegaskan kepada umat manusia kembali menegakkan etika dalam setiap tindakan agar menemukan kedamaian dalam hidup.

3). Pengetahuan filsafat yang berkaitan dengan makna keseimbangan empat dan simbol suci warna dapat dirasakan getaran sucinya, meresap ke dalam diri melalui persembahan bunga suci empat warna. Dari resapan pengetahuan yang muncul dari dalam diri dan menemukan penyeimbangnya di luar diri melahirkan sikap tegar, berani mengabdi karena telah meyakini kebenaran. Keyakinan itu tumbuh dan berkembang akibat kegelisahan sang diri untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya. Dengan kuasa pengetahuan dan keyakinan berani membongkar dan melampaui lapisan dinding-dinding tebal yang membelenggu sebuah kebenaran. Pengalaman dan proses pelatihan jasmani yang pernah dialami sebagai pernyataan diri akibat sentuhan pengetahuan yang telah meresap ke dalam jiwa.

Renungan pengetahuan filsafat lainnya yang dibahas adalah filsafat tindakan yang tertuang dalam Wiracarita Mahabharata yang dikaitkan dengan pengetahuan Jnana Buda Siwa. Dalam kisah perang Bharata Yuda, Sri Krishna menjadi kusir Kereta Arjuna dalam perang. Bagaimana kaitannya dengan pengetahuan Jnana Buda Siwa dalam implementasi kehidupan yang sekarang. Guru menjawab bahwa; Maha Gurulah yang menjadi kusir kita sekarang ini, yang dikendalikan dengan ajaran-Nya untuk mencapai tujuan hidup yang sejati.

Pengetahuan lain yang dialami para bhakta berkaitan dengan pelaksanaan sadana rutin sehari-hari yang mengalir dalam wujud sikap kebenaran, kesadaran, etika sopan santun, kejujuran yang berpengetahuan, kesucian dan lain-lainnya menjadi pembahasan yang sungguh-sungguh setelah dialami dalam berbagai ruang dan interaksi social, ekonomi, politik, pekerjaan, sumber daya manusia, perubahan lingkungan alam dan lain sebagainya. Pengetahuan-pengetahuan ini direnungi dan dimaknai secara lebih dalam agar mampu membebaskan diri dari dogma atau kabut misteri yang ada dalam situasi masa kini. Pengetahuan tradisi yang menjadi warisan juga dibahas dengan tujuan mengupas secara apik, agar menemukan kesesuaian fungsi dan maknanya untuk masa kini, karena kita bukan kembali ke masa lalu. Semua perenungan ini dilaksanakan, agar mampu menyiapkan diri menerima turunnya pengetahuan suci pada hari Saraswati melalui Maha Guru Sri Jaya Nara di Ashram Lembah Bhayam.

 

Pemujaan Saraswati Sabtu Tanggal 10 Agustus 2013 di Ashram Lembah Bhayam.

Pemujaan diawali dengan menyambut kehadiran Mahaguru beserta Mahaibu Ashram disertai diiringi dengan music dan lagu-lagu menyambut kehadirannya, kemudian dilanjutkan dengan dharma wacana yang dimohonkan oleh seorang wakil bhakta, yang pada intinya memohon tentang peranan penting makna etika dalam mencapai kesuksesan dan pembebasan melalui pengetahuan Jnana Buda Siwa. Wejangan suci Mahaguru yang dapat diserap secara garis besar tentang, betapa pentingnya etika dan tata susila, yang telah banyak ditinggalkan oleh umat manusia sekarang ini,  oleh karena bagi para bhakta yang telah terdidik patut memegang teguh dan melaksanakan dalam rumah tangga, masyarakat, linggkungan alam.

Dalam kontek itu etika memang sejak awal pengetahuan ditirunkan diawali dengan tatakrama yang sangat tertib dan penuh desplin. Desiplin fisik sangat diperlukan untuk menertibkan pikiran perasaan dan pada akhirnya sampai pada ketertiban jiwa, dengan cara seperti itulah pendidikan bisa dijalankan. Ketika proses itu telah berjalan dengan baik barulah guru memberikan pelajaran yang secara berangsur-angsur  mengalirkan pengetahuan yang menggangkat derajat manusia dari kebodohan, kegelapan dan lain sebagainya sehingga manusia menjadi  semakin terbuka menemukan jalan terang. Terbukanya jalan terang salah satunya adalah tumbuh dan berkembangnya etika,  maka yang dikenal oleh manusia pertama kali adalah ibunya, dia memberi susu, makan, berbicara, menuntun berjalan, pengetahuan yang baik dan yang tidak baik yang bisa dilakukan untuk keselamatan dan seterusnya. Melalui peran Ibu yang sangat besar itu, mengakibatkan doa-doanya untuk kesuksesan dan keselamatan, anak-anaknya selalu direstui oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini mengisyaratkan bahwa doa-doa yang menyelamatkan adalah doa-doa perlindungan yang diserahkan kepada Sang Maha Pelindung sendiri, itulah wujud kebesarannya. Oleh karena itu Mahaguru menegaskan kepada para bhaktan-Nya, sayangilah Ibumu, karena dengan menyayangi ibumu berarti menyayangi KasihKu yang terpancar dalam dirinya, dan barang siapa yang tidak menyayangi Ibu dan wanita kehidupannya akan kacau balau.

Demikian pula memuliakan Dewi Saraswati yang mengalirkan pengetahuan patut selalu dimuliakan. Menghormati guru merupakan kewajiban bagi murid, karena tanpa guru sangat sulit untuk mendapatkan pengetahuan untuk hidup, mengerti tentang kebebasan dan selanjutnya untuk mencapai kebebasan itu. Menghormati para leluhur sangat penting karena telah membangun, menata, dan mengajarkan etika dengan nilai-nilai yang sangat tinggi sampai sekarang masih tertenam dan masih banyak yang dipelihara dengan baik. Melalu etika pendidikan dan proses itu berjalan secara perlahan mendewasakan umat manusia baik secara fisik maupun mentalnya, sehingga banyak menghasilkan kebudayaan yang adiluhung. Dengan demikian penghormatan sangat penting dilakukan, itulah wujud etika yang mengalir dalam diri. Cerminan makna itulah yang dapat diserap dalam Dharma Wacana pada malam itu.

Setelah dharma wacana dilanjutkan dengan prosesi sembahyang yang diawali dengan mohon air suci penglukatan, menyanyikan dan menarikan tari Vinayaka diiring alunan music yang halus dan dinamis. Melaksanakan pemujaan diawali dengan Puja Gaya Tri Mantram, sembahyang, meditasi dan seterusnya sampai mohon air suci serta diakhiri dengan pramasanthi. Besok paginya akan dilaksanakan upacara Banyupinaruh, namun para bhakta diberikan kebebasan untuk mengikuti, namun banyak bhakta yang mekemit untuk menyiapkan diri untuk hari esoknya. Bagi bhakta Ashram Vrata Wijaya melaksanakan di Ashram Vrata Wijaya melalui air suci yang telah diberkati oleh Mahaguru dan dilaksanakan pada hari minggu pagi jam 06.30 samapai jam 09.30 wita.

Prosesi  Upacara Banyupinaruh di Ashram Vrata Wijaya.

Prosesi diawali lagu puja-puji Shiwa dan puja-puji Guru, kemudian pemujaan dilakukan sesuai dengan ketentuan garis-garis Gurupadeca, setelah selesai penglukatan dilakukan di Beji diawali dengan permohonan air suci dan restu pelaksanaannya. Kemudian penglukatan dilaksanakan dengan penuh hidmat dan sungguh-sungguh diiringi music dan lagu-lagu Shiwa Gangge, Shiwa Bharuna, Dewi Parwati & Saraswati dilantunkan oleh seluruh bhakta dengan penuh semangat, sehingga melahirkan energy suci yang luar biasa. Dalam suasana doa suci seperti itu masing-masing bhakta menyirami dirinya melalui air pancoran dan Tirta Suci yang telah diberkati dan dilakukan secara bergilir. Dan terakhir guru melakukan penyucian diri dan diikuti oleh para bhakta secara bersama-sama, dalam kondisi religious seperti, Nampak darsan-darsan para leluhur suci yang telah dipanggil oleh Mahaguru. Ternyata Ide yang disampaikan Mahaguru untuk melaksanakan penghormatan untuk para Leluhur Bangsa, dan leluhur Pahlawan yang telah mengorbankan dirinya untuk bangsa ini, ternyata bukan hanya sekedar ide seperti manusia, tetapi telah didengar oleh para leluhur itu sendiri dan siap secara bersama-sama membangun negeri ini melalui kewajibannya masing-masing. Menyaksikan semua kejadian itu para bhakti menangis haru, akibat terjadi sentuhan yang mempertemukan anatara yang tidak nyata dengan yang nyata tercipta dalam suasana pemujaan. Para bhakti mengakhiri pemujaan dengan penuh kebahagiaan, selanjutnya akan melaksanakan satu rangkaian tugas pengabdian, mohon penyucian alam yang akan dilaksanakan di tepi pantai Goa Lawah dan pantai Merta Sari, pada hari senin (some ribek), tanggal 11 Agustus 2013, berangkat dari Ashram jam 17-00 wita. Semoga terberkati…………..

Acara Permohonan Penyucian Alam diawali dengan memohon tuntunan dan restu dari Sat Guru, di Ashram Vrata Wijaya, kemudian perjalanan menuju pantai Goa Lawah. Sesampainya di pantai Air Suci diiring para bhakta mencari tempat yang cocok untuk pelaksanaan pemujaan, setelah ditemukan para bhakta  sarana upakara digelar, sambil memuliakan Sat Guru, untuk memohon berkat dan tuntunannya, Shiwa dalam manifestasinya sebagai Dewi Gangga, Shiwa Bharuna, Dewi Gangga, Ibu Pertiwi (Pertiwi Jagadhitam dinyanyikan). Mengawali pelaksanaan pemujaan para bhakta membuat gunung pasir, sebagai Linggam Suci untuk memuliakan Shiwa agar berkenan menyinari dan memberkati rangkaian sadana. Selanjutnya gunung pasir dimohonkan penyucian bersama diiring dengan doa-doa suci kepada Shiwa, melalui Shiwa Bharuna Penguasa Laut, lalu memohon disertai mengambil air laut dan dimohonkan penyucia.  Proses penyucian dilakukan dengan menuangkan air suci ke puncak Gunung Pasir (Linggam), tabur bunga, serbuk cendana disertai lantunan doa-doa diiringi tarian suci, lagu dan musik puja-puji Shiwa yang diikuti oleh seluruh bhakta. Saat proses penyuciaan dilakukan, para bhakta merasakan getaran suci, sehingga melahirkan ekspresi gerakan tarian, ucapan-ucapan bahasa kosmik yang beragam, bahkan ada yang langsung berteriak menuju laut dan menyeburkan diri untuk penyucian diri, selanjutnya secara berangsur-angsur suasana hening menyelimuti suasana ritual. Selanjutnya pemujaan dilaksanakan diawali dengan memuliakan Ibu Pertiwi melalui lagu suci Pertiwi Jagadhitam, lagu-lagu memuliakan Guru (Bersama Guru), sembahyang, kemudian tibalah saatnya mempersembahkan air suci dan dialirkan ke laut sebagai lambang ibu dan pada Gunung pasir Linggam Suci  sebagai lambang Bapak. Dalam proses penyiraman air suci di laut dan Lingga terjadi getaran suci yang tiada tara, yang dapat dirasakan sebagai pengalaman spiritual yang sangat membahagiakan. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju pantai Merta Sari Sanur, dan sesampainya di tepi pantai prosesi pemujaan dan persembahan dan mengalirkan air suci di lut dilaksanakan, untuk mohon berkat kedamaian bagi jagat Bali yang sedang konplik menghadapi rencana reklamasi. Setelah usai para bhakta membuka prasadham bersama dipinggir laut disertai diskusi saling menuturkan pengalamannya, sendagurau riang gembira sambil menikmati nasi kuning tumpeng guru, ketipat kacang saur, saling cokot makanan, jajan, sadar sodor bakul yang berisi jajan, pisang, kripik, rempeyek ha..ha…ha…duuuh nikmatnya, akibatnya sing nggeh bangkyange ngedanang……..ya besok puasa lagi ah….

Semogalah kita semua bertanya ke dalam diri sejati, untuk menemukan jawaban yang paling murni dan bijaksana, tentang apa yang kita anggap benar.

Semogalah…….              

 

 

Komentar ditutup.