TEHNIK MEMBUAT GAMELAN GONG KEBYAR
Posted Under: Tak Berkategori
TEHNIK MEMBUAT GAMELAN GONG KEBYAR
Di dalam pembuatan gamelan Gong Kebyar ada beberapa hal yang perlu di siapkan diantaranya :
- Perapen
- Menyiapkan bahan-bahan bilah gamelan
- Menyiapkan bahan-bahan tungguh gamelan
- Menyiapkan bahan resonator
- Bahan finising untuk tungguh gamel
1.1.Perapen
Perapen dalah sebuah sebuah tempat tungku api atau perapian yang akan di gunakan untuk melakukan pencampuran atau pengecoran logam kerawang yang akan di jadikan bilah gamelan tersebut. Adapun kerawang tersebut adalah kombinasi campuran antara Timah dengan Tembaga yang campurannya telah di sesuaikan sehingga mendapatkan lentingan suara bilah gamelan yang bagus dan nyaring. Disamping itu untuk mendapatkan hasil suara yang baik juga tergantung dari keras dan tidaknya sebuah sepuhan atau pemanasan yang di lakukan di dalam sebuah perapian tersebut. Dalam pengecoran akan memerlukan alat yang akan di panggang bersama dengan bahan timah dan tembaga tersebut sebagasi alat pengecoran yaitu di namakan musa, musa tersebut terbuat dari tanah liat. Selanjutnya bahan yang di butuhkan untuk membuat bara api adalah terbuat dari arang kayu maupun dari batok kelapa, adapun bahan kayu yang biasanya di gunakan untuk pembuatan arang yang akan di jadikan bahan bara adalah kayu kamboja,kayu mangga,kayu badung, kayu cemara. Adapunkeunggulan kayu yang dipilih tersebut adalah agar bara api yang telah menyala jika di tumpukkan dengan material coran tidak mudah mengempes. Kemudian untuk membuat api agar tetap terjaga daya bakarnya maka akan di butuhkan sebuah alat yang sering di sebut pengelamusan yangmana pengelamusan ini sejenis pompa angin yang dapat menghasilkan semburan angin untuk meniup bara api tersebut sehingga baranya tidak pernah mati selama pengecoran berlangsung. Kemudian selanjutnya jika matrial yang di campur tersebut telah berada pada titik pencairan yang di tentukan maka beberapa alatpun di perlukan untuk mengangkat yaitu sebuah sepit yang terbuat dari besi, kemudian campuran tersebut di tuangkan ke sebual alat pencetakan yangmana alat ini biasanya terbuat dari lempengan tanah/paras yang ukurannya telah di tentukan sesuai dengan jenis bilah gamelan yang akan di buat. Akan tetapi setalah proses tersebut selesai pekerjaan di tungku perapian belumlah usai karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus di lakukan di perapian tersebut diantaranya adalah melakukan penyepuhan terhadap bilah coran kerawang tersebut untuk membuat bentuk dan sekaligus menjadikan coran kerawang tersebut menjadi memadat karena didalam proses itu harus menggunakan alat pemukul lempengan yang lasim di sebut hamer/palu yang ukurannya agak besar. Jika lempengan tersebut telah usai di kerjakan maka usailah pekerjaan di perapian itu, dan akan di lanjutkan dengan proses berikutnya.
1.2. Proses pembentukan suara
Di dalam proses ini adalah suatu proses yang amat penting didalam pembuatan bilah gamelan, karena dalam proses ini akan di lakukan proses pembentukan jenis suara/saur bilah yang mana didalam catatan gamelan Bali pada khususnya memiliki beberapa jenis nada diantaranya nada Pelog dan Selendro, Sedangkan dimasing-masing nada tersebut juga ada bermacam macam jenis tinggi rendah nadanya. Berkaitan dengan hal itu maka didalam proses ini amatlah penting karena dalam prosesini kita dapat menentukan jenis suara gamelan yang kita inginkan. Adapun proses tersebut adalah : Jika kita ingin membuat nada yang agak rendah maka kita harus mengikis bilah gamelan tersebut agar menjadi menipis dan apabila kita menginginkan nadanya meninggi atau tinggi maka bilah tersebut kita potong agar bilahnya menjadi lebih pendek. Pada proses ini juga terdapat proses menjadikan bilah gamelan agar menjadi mengkilap maka di dalam proses ini akan di butuhkan sebuah alat yaitu alat penggosok bila yang pada saat ini lasimnya di gunakan gerinda. Perlu di ketahui di dalam proses ini bagi siapapun yang akan melakukan pekerjaan ini harus menggunakan masker penutup hidung hal ini dilakukan karena debu dari matrial yang beterbangan akibat proses ini sangat berbahaya terhadap kesehatan halini telah diakui oleh beberapa narasumber yang mengetahui akan hal ini. Setelah terbentuknya suara di masing-masing bilah ini maka proses selanjutnya dilaksanakan didalam proses pembuatan tungguh gamelan.
2.1. Menyiapkan bahan-bahan bilah Gamelan
Seperti yang telah terurai di atas, di dalam pembuatan bilah gamelan ada beberapa hal yang harus di perhatikan didalam menyiapkan bahan-bahan bilah tersebut diantaranya, Bahan Tembaga yang akan digunakan hendaknya tembaga yang memiliki kualitas yang bagus atau sering di sebut jenis tembaga T.S /Tembaga Super. Demikian pula Timah yang akan dijadikan campurannya hendaknya timah yang masih baru atau belum pernah digunakan suatu alat atau timah bekas yang biasanya terdapat pada accu kendaraan. Halini perlu di perhatikan agar didalam sebuah pencampuran bahan baku tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan kualitas suara bilah gamelan kurang maksimal.
3.1. Menyiapkan bahan-baahan Tungguh Gamelan
Dalam hal menyiapkan tungguh gamelan ada beberapa hal yang perlu di perhatikan antara lain bahan kayu yang akan di gunakan sebagai tungguh gamelan. Adapun bahan kayu yang digunakan hendaknya memiliki kualitas yang bagus,keras,padat,memiliki serat tidak mudah pecah dan mudah untuk di kerjakan di dalam proses pembuatannya. Menurut keterangan narasumber yang bernama I Made Rindhi bersama puteranya I Wayan Supartha yang berprofesi sebagai pengerajin gamelan yang beralamatkan di Desa Belahbatuh Gianyar mengatakan kayu yang di pergunakan untuk membuat tungguh gamelan adalah kayu nangka/tewel, hal ini dikatakan bahwa kayu tersebut memiliki kualitas serat yang amat padat dan tidak mudah pecah bilamana kayu tersebut di ukir nantinya. Adapula nara sumber yang bernama I Made Arjo yang beralamatkan di Desa Belahbatuh yang saat ini berprofesi sebagai tukang kayu yang secara khusus menggarap tungguh gamelan mengatakan bahwa kayu nangka tersebut lebih mudah di kerjakan dan memiliki kualitas bagus dalam artian kayu tersebut tidak mudah beruba ukuran pada saat dalap proses pengeringan dan pembentukan tungguh tersebut. Di sisilain ada pula narasumber lain yakni I Ketut Kumara(alm), yang beralamat di Desa Sading, Badung, yang memahami akan filsafat tentang kayu nangka mengatakan bahwa kayu nangka layak di jadikan pelinggih dan sejenisnya, Beliau juga mengatakan bahwa barungan gamelan merupakan periangan Ida Bhatara atau ada yang ngelinggihin, Hal ini terungkap pula dalam sebuah buku salinan dari sebuah Lontar yang bernama PRAKEMPA yangmana buku ini di terbitkan oleh Dr. I Made Bandem. Di katakannya pula oleh I Ketut Kumara (alm) kayu nangka tersebut adalah seorang Maha Patih diantara kayu-kayu yang ada, kemudian beliau pula mengatakan kayu nangka memiliki ikatan sumpah dengan rayap, oleh karena itu kayu nangka jika di letakkan di tanah tak termakan oleh rayap. Oleh karena itu mulai sejak dahulu hingga saat ini kayu nangka di jadikan sebagai bahan dasar pembuatan tungguh gamelan. Akan tetapi ada pula beberapa pengerajin menggunakan kayu lain yang mungkin memiliki dasar pertimbangan-pertimbangan lain seperti lebih ringan jika diangkat dsb.
3.2. Proses Pembuatan Tungguh Gamelan
Selanjutnya setelah terkumpulnya bahan-bahan tungguh gamelan, maka mulailah memproses daripada tungguh itu sendiri, yakni mulai dari membersihkan bahan dengan cara di serut,dan kemudian di buatkan sebuah mal untuk membuat suatu garis agar dasar-dasar/tegak ukiran dari tungguh tersebut sama dengan yang lainnya . Hal ini dilakukaan karena di dalam barungan gamelan gong kebyar ada beberapa jenis ukuran dan bentuknya yang sama diantaranya,dua buah giying dengan ukuran yang sama, duabuah jegogan yang ukurannya sama,dua buah jublag dengan ukuran yang sama,empat buah pemade dengan ukuran yang sama, empat buah kantilan dengan ukuran yang sama,dua buah kenyur/penyacah dengan ukuran yang sama, dan beberapa aadeg-adeg reong beserta trompong yang ukurannya sama. Selanjutnya setelah jadi dalam bentuk kekupakan/lelengisan maka proses selanjutnya adalah proses semi finising atau yang lasim di sebut dengan proses pengukiran tungguh tersebut. Untuk menjadikan suasana dari barungan gamelan itu maka proses inilah yang selanjutnya berperan, dimana para penggarapnya menuangkan seluruh inspirasinya agar barungan gamelan tersebut nantinya terlihat megah dan mengandung berbagai arti jenis ukirannya tersebut, hal ini terhimpun ungkapan dari seorang narasumber yang bernama I Made Rawa yang berpropesi sebagai tukang ukir tungguh gamelan yang beralamat di Desa Belahbatuh. Mengingat lamanya daripada proses ini maka di sela-sela waktu tersebut dapat kita gunakan untuk mempersiapkan atau mengerjakan proses yang lain.
4.1. Menyiapkan bahan Resonator
Kalimat Resonator belakangan ini banyak kita jumpai di berbagai jenis buku kajian para seniman yang khususnya membahas tentang gamelan, akan tetapi pada zaman dahulu Resonator yang dimaksud adalah bumbung reng yang lasimnya di sebut pelawah. Pada tahapan ini juga perlu di ketahui agar kita memilih bahan yang baik, hal ini harus dilakukan dengan teliti dan tepat karena suara yang dikeluarkan oleh bilah gamelan merupaakan satu kesatuan organ dengan pelawah itu sendiri. Bahan-bahan dari resonator yang di maksud adalah Bambu yang sudah tua dan yang telah di keringkan terlebih dahulu. Setelah mendapatkan bahan tersebut kita akan menginjak pada suatu proses penentu suara yangmana pada proses ini kita harus memiliki ketajaman suatu pendengaran. Ada apa dengan pendengaran kita ??.
4.2. Proses pembuatan Ressonator/Pelawah
Ketika memasuki proses pembuatan Resonator ini, maka telah sampailah pada proses yang terpenting setelah beberapa proses yang telah terurai di atas. Maka dari itu didalam proses ini dapat dikatakan juri pinal di dalam pembuatan gamelan karena disamping memiliki pengetahuan yang cukup didalam memahami suatu nada, maka diperlukan pula ketajaman pendengaran untuk mendeteksi ketepatan nada yang di kehendaki. Di dalam proses ini pula amat riskan terjadinya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan tidak berhasilnya di dalam suatu pembuatan gamelan, oleh karena itu hendaklah memiliki kesabaran penuh di dalam proses ini. Di dalam proses ini pula akan terbentuknya suatu nada yang sering di sebut nada PENGUMBANG dan PENGISEP, karena didalam nada-nada barungan gamelan Bali yang pada khususnya Gamelan Gong Kebyar memiliki nada Pengumbang dan Pengisep. Nada pengumbang dan pengisep jika di bunyikan bersamaan maka akan menghasilkan alunan suara yang bergetar seperti orang merintih, demikian pula sebaliknya jika nada yang di pukul memiliki nada sama atau yang di pukul hanya nada pengisep atau hanya nada pengumbang maka alunan nada yang akan di hasilkan adalah bergelombang seperti suara sangka yang terdengar dari kejauhan. Pada saat pembentukan nada/reng gamelan ada beberapa hal yang dapat di lakukan yaitu, jika ingin merendahkan suara maka Resonator yang kita buat agak panjang yang artinya volume dari pada resonator itu di perluas dengan cara menggeser sekatan lubang jika membuat resonator dari paralon, demikian pula sebaliknya jika ingin membuat suara lebih tinggi maka volume resonator itu di per kecil dengan menggeser balik sekatan tersebut. Hal lain yang perlu juga di ketahui adalah masing-masing bilah gamelan tersebut memerlukan lubang yang berbeda pula, yang pada prinsipnya semakin kecil bilah tersebut maka semakin sedikit pula volume yang di perlukan demikian pula sebaliknya jika semakin lebar atau besar bilah tersebut maka semakin besar pula volume resonator yang di butuhkan. Di dalam pembuatan resonator ini terkadang pula menemukan kesulitan yaitu pada bilah gamelan yang ukurannya paling besar dan lebar dimana kesulitan itu adalah tidak tercapainya nada resonator yang di butuhkan oleh bilah itu sendiri karena kehabisan jarak volume yang tersedia dalam artian untuk membuat nada rendah, karena sekatan dari resonator tersebut telah sampai pada titik rendah yang maksimal sehingga sekatan tersebut tidak dapat di geser lagi/mentok pada tungguh gamelan bagian bawah. Kemudian masalah ini dapat di selesaikan dengan cara membuatkan suwer bumbung pada bagian atas resonator tersebut yang tepatnta di bawah bilah gamelan tersebut. Hal itu dilakukan agar mempersempit lubang tampung dari resonator tersebut sehingga dapat menghasilkan nada yang amat lebih rendah, dengan catatan seberapa tebal kita harus membuatkan suwer tersebut agar tercapainya suat nada yang sama dengan bilah itu sendiri. Pada proses ini yang memerlukan ketajaman atau kepekaan suatu pendengartan akan di perlukan pada saat pembentukan nada pengisep dan pengumbang, karena nada pengisep dan pengumbang sangat tipis perbedaannya seperti contoh nada pengumbang deng maka nada pengisep yang di butuhkan adalah diantara nada deng?????deung. Demikian pula jarak nada pengumbang dan pengisep pada bilah yang lainnya. Setelah usai dalam proses pembuatan Resonator ini maka selanjutnya adalah proses pemasangan resonator di masing-masing tungguh gamelan tersebut, dan dalam tahapan ini perlujuga di perhatikan tali yang akan di gunakan untuk menggantung bilah gamelan tersebut agar tali yang di gunakan sesuai dengan besar kecilnya bilah gamelan yang akan di gantung, hal itu di perlukan jika akan membuat suatu gamelan dengan posisi bilahnya di gantung,dan jika ingin membuat gamelan yang pada khususnya menyangkut stiil Singa Raja maka hal yang perlu di ketahui adalah mengukur jarak lubang bilah tersebut karena pada umumnya barungan gamelan yang berasal dari Singa Raja menggunakan paku sebagai pegangan bilah gamelan tersebut, haaaal ini perlu di perhatikan agar bilah gamelan tersebut tida tertekan adanya yang artinya dapat bergetar dengan bebas sehingga dapat menghasilkan suatu nada yang memiliki nada panjang. Jika bilag gamelannya di pasang dengan cara di gantung maka di butuhkan ancang atau potongan bambu yang telah di bentuk bulat panjang hal ini di gunakan atau di selipkan pada lipatan tali yang di masukkan di lubang bilah tersebut kemudian di tarik dan di kencangkan guna untuk di ikatkat pada sisi kiri dan kanan tungguh tersebut, demikian sebaliknya jika bilah tidak di gantung maka diperlukan bahan yang terbuat dari karet guna untuk menahan bilah yang terletak di bawah bilah tepatnya pada paku penyangga bilah tersebut.
5.1.Bahan Finising Untuk Tungguh Gamelan
Tahap akhir dari pada proses pembuatan gamelan ini adalah tahap Finising yaitu memberikan warna pada tungguh gamelkan tersebut agar menambah semaraknnya warna barungan gamelan gong kebyar ini. Membicarakan tentang warna yang mana telah kita ketahui bersama, bahwa barungan gamelan Bali padaumumnnya dan gong kebyar pada khususnnya menggunakan warna emas atau yang sering di sebut Prade. Dalam hal ini perlu di ketahui, mewarnai sebuah tungguh gamelan harus mengetahui sedikitnya tentang ukiran itu sendiri, karena ukiran yang bentuknya tidak sama atau memiliki ciri khas berbeda antara ukiran barungan yang satu dengan yang lainnya. Mengenai ukiran, sedikit di singgung dalam tulisan ini yaitu tentang beberapa jenis ukiran antara lain jenis ukiran Patra Sari, jenis ukiran Patra Punggel, Patra Sai, dsb. Di dalam ukiran tersebut adalah yang dikatakan tampak side yang artinya di dalam sebuah proses finising yang khususnya memberikan warna jenis prade hendaknya tidak mengenai tampak side tersebut yang bertujuan untuk memperjelas corak ukirannya jika di lihat dari jarak yang agak jauh. Untuk memperjelas tampak side tersebut biasanya di berikan warna dasar prade yang menjolok atau yang memiliki warna berbeda dengan warna prade itunsendiri seperti yang telah banyak di gunakan yaitu warna merah atau biru. Sebagai akhir pemberian warna untuk menjadikan warna prade tersebut menjadi mengkilap maka tahapan yang paling akhir dalam proses ini adalah menyemprotkan cairan yang sering di sebut CLEAR FINIS yang juga berguna untuk pelindung warna.
Rumusan Masalah.
- Alat-alat pembuatan gamelan.
- Bahan-bahan secara keseluruhan.
- Prosers Pembentukan secara keseluruhan.
- Proses pembentukan nada.
- Proses finising.
Daftar Pustaka
- Buku Sekelumit cara-cara pembuatan Gamelan Bali, oleh I Nyoman Rembang, dkk.
- Buku Salinan Lontar Prakempa, oleh Dr.I Made Bandem, ASTI 1986.
- Narasumber, I Made Rindhi,I Wayan Suparta, I Ketut Kumara (alm), I Made Arjo.
- Analisis dan praktek oleh I Ketut Kariana.