Sekilas tentang Banjar Pekandelan.
Posted Under: Tak Berkategori
Sekilas tentang Banjar Pekandelan.
Berawal dari kisah sejarah Desa Sading pada Tahun 1730, dimana Desa Sading mengalami disintegrasi dimana penduduk di masing masing Banjar terpecah belah maka pada saat itu pula terjadi sebuah keajaiban yang saat itu adalah beberapa warga mendapatkan pawisik di sebuah pura yang pada saat itu bertepatan dengan berlangsungnya sebuah upacara. Pada saat itulah muncul sebuah Pawisik agar masyarakat mencari seseorang yang bertujuan untuk di jadikan PACEK JAGAT. Kemudian bergegaslah warga untuk mencari seseorang yang di maksud. Mengawali perjalanan tersebut warga bergegas menuju ke Klungkung sesuai dengan pawisik tersebut. Setibanya warga di Klungkung yang di tuju adalah Ida Dalem Klungkung, maka Ida Dalem Bersabda agar warga mendatangi Puri Mengwi, dengan perasaan gembira karena telah mendapatkan suatu kejelasan maka wargapun langsung mohon pamit untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke Puri Mengwi. Setibanya warga di Puri Mengwi, keinginan warga tidak dapat terpenuhi karena Prameswari kerajaan Mengwi saat itu belum memiliki putra maka beliaupun kembali mengutus warga untuk mendatangi saudara beliau yang berada di Desa Sibang tepatnya kakak beliau memiliki lima orang putera, yang pada saat itu beliau ingin mengambil salah satu putera dari kakanya untuk di peras, maka beliaupun memberikan puteranya untuk di iring ke Mengwi. Setelah tiba di Mengwi di adakanlaah sebuah upacara pemerasan. Setelah upacara tersebut selesai maka beliau pun menyerahkan puteranya kepada warga Sading untuk di iring ke Sading dan akan dijadikan PACEK JAGAT. Setelah beliau di Desa Sading beliau mampu mempersatukan kembali Desa Saading yang terdiri dari beberapa banjar yang dulunya terpecah belah kini bersatu kembali. Mengingat akan pentingnya warga akan keberadaan beliau maka warga mengangkaat beliau untuk menjadi seorang raja,dengan di dukung oleh beberapa Banjar yaitu : Banjar Puseh, Banjar Pengalasan, Banjar Jeroan, Banjaar Pasekan, Banjar Sengguan, Banjar Desa, Banjar Negara dan Banjar Umah Anyar. Karena Pentingnya sebuah kerajaan memiliki orang kepercayaan maka Raja pun memilih orang orang yang dapat di handalkan pada saat itu, maka Raja pun memerintahkan untuk membagi dua Banjar, Banjar Desa yang satunya menjadi Banjar Pekandelan dan yang satunya lagi menjadi Banjar Karang Suwung .
Seiring berlalunya waktu, adalah Banjar pekandelan yang sampai saat ini memiliki jumlah anggota sebanyak 190 orang kepala keluarga yang kemudian didalam Banjar Pekandelan itu pun di pecah menjadi dua bagian yaitu Banjar Pekandelan bedanginan dan Banjar Pekandelan bedauhan. Adapun saat ini Banjar Pekandelkan memiliki seprerangkat gamelan gong kebyar yang asal mulanya adalah kesepakatan keseluruhan anggota warga banjar pengarep di dalam sebuah acara rapat yang di selenggarakan rutin pada setiap bulan yaitu bertepatan dengan hari tumpek yang jatuhnya bertepatan selalu dengan hari sabtu, kemudiaan memiliki sebuah kesepakatan untuk membeli gamelan tersebut berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat. Didalam menjalankan hasil musyawarah tersebuit maka warga banjarpun membuat sebuah susunan panitia kecil yang pada saat itu adalah warga banjar pengarep yang bernama I Made Rai Wiratmaja dan Anak Agung Gede Oko Pustaka yang di tunjuk oleh warga banjar untuk menjadi seorang ketua dan wakil ketua guna untuk memimpin rekan-rekan se paanitia yang pada saat itu memiliki jumlah anggota kepanitiaan berjumlah berkisar 20 orang diantaranya I Ketut Kariana, I Wayan Sumarya, I Ketut Leder, I Nyoman Budiasa, dan beberapa orang lainnya. Setelah terbentuknya anggota kepanitiaan itu maka panitia tersebut langsung bergerak menuju tempat membeli gamelan, karena didalam sebuah proses pembuatan gamelan tersebut membutuhkan waktu yang agak lama maka gamelan tersebut rampung dalam kurun waktu satu tahun setelah bergeraknya panitia tersebut yang tepatnya pada tanggal 18-Maret-2013. Jumlah baarungan gamelan yang di adakan saat itu adalah jumlah barungan jangkep di dalam barungan gong kebyar yaitu : 1 Tungguh Trompong, 1 Tungguh Reong, 2 Tungguh Ugal/Giying, 4 Tungguh Pemade, 4 Tungguh Kantilan, 2 Tungguh Kenyur, 2 Tungguh Calung, 2 Tungguh Jublag, 2 Tungguh Gender Rambat, 1 tatakan Ceng-ceng rincik, 8 Cakep Ceng-ceng Kopyak, 1 Buaah Kempli, 2 Buah Gong, 1 Buah Kempur, 1 Buah Bende, 1 Buah Klemong, 4 Pasang Kendang, Sepasang Gayor/Tungguh Gong, dan sebagai penggenap sarana bilamana ada sebuah upacara tertentu maka panitiapun memutuskan untuk membeli sepasang Gender Wayang. Sebagai seorang warga yang berpijak/bertempat tinggal di Banjar tersebut saya sangat bangga karena saya diberikan kesempatan untuk ikut terlibat di dalam sebuah kepanitiaan tersebut dan mungkin nantinya hal ini akan di kenang oleh regenerasi anggota Banjar Pekandelan berikutnya, dan taidak kalah pentingnya rasa hormat saya kepada anggota Banjar Pekandelan yang telah memberikan saya kepercayaan untuk membina/melatih anggota Banjar yang akan memainkan gamelan tersebut kendatipun telah di ketahui kemampuan saya didalam memainkan gamelan masih sangat kurang. Demikian sekilas tentang Banjar Pekandelan ,Desa Sading, Kec, Mengwi, Kab Badung.***Yang kami cintai.***