Jan
12
2012
1

Komentar video tari

PATRA YUDHA

Penata Nama : Luh Putu Yuly Suasrini Nim : 200701004 Program Studi : Seni Tari

Sinopsis : Perilaku yang didasari dengan rasa emosi, akan menghasilkan suatu kegagalan dan penyesalan bagi dirinya sendiri. Disinilah rasa tenang dan sikap yang rendah hati, begitu berarti dalam menyikapi suatu masalah. Hal inilah yang dialami oleh Dewi Srikandi, saat perang tandingnya melawan Dewi Larasati dalam mengadu keahliannya memanah satu helai rambut. Dewi Srikandi mengalami kegagalan atas rasa emosi yang berlebihan saat melawan Dewi Larasati. Penata Iringan : I Putu Putrawan Pendukung Tari : Ni Kadek Diah Kartini Dewi Pendukung Karawitan : Sanggar Tripitaka, Desa Munduk Kabupaten Buleleng.

Dalam rekaman ini banyak aspek yang mendukung, diantaranya adalah lighting, sound system, dan pengambilan gambar .

Hal yang perlu di komentari:

Lighting

Dalam video ini pencahayaannya sudah cukup bagus ,tetapi perlu adanya lampu yang  lebih jernih .karena wajah dari penari tidak nampak jelas karena efek lampu yang kurang jernih atau pada penempatannya yang kurang bagus. kurang adanya kombinasi warna yang dimana berfungsi sebagai penambah suasana. Perbaikannya ,seharusnya cahaya lampu yang digunakan lebih terang agar wajah dari penari terlihat jelas.

 

Sound system

Sama halnya dengan sound system dalam video ini sering kali terdengar suara noise dan suara yang ingin ditonjolkan pun menjadi kurang jernih dan kurang jelas suara dari penari diatas. Perbaikannya perlu adanya pengaturan sound system tersebut dan penyaringan suara yang masuk agar hasil rekaman menjadi jernih /bersih dan lebih jelas.

 

Kamera Perekam

Pada saat Pengambilan gambar ,gambar yang diambil kurang memuaskan, karena kurang jelasnya gambar dari pertunjukan tersebut. pengambilan gambar juga tidak lepas dari efek cahaya tersebut ,sehingga pada saat gambarMoment-moment yang ingin ditampilkan pun tidak sepenuhnya terlihat. Perbaikannya pada pengambilan gambar juru kamera harus mengetahui alur dari cerita tersebut . pengaturan cerahnya cahaya,  agar apa yang ingin ditonjolkan/diperlihatkan kepada penonton terhadap hasil video menjadi memuaskan.

Written by in: Tak Berkategori |
Jan
12
2012
343

Profil Seniman Bali

I GEDE DEWA NEGARA

Desa adat Bambang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli menjadi lebih dikenal masyarakat luas di Bali dengan hadirnya seorang seniman tabuh gender bernama  I Dewa Gede Negara.  I Gede Dewa Negara yang lahir, besar dan hingga kini tinggal di desa tersebut bersama istrinya, Made Tirta, sampai saat ini masih aktif dalam kegiatan kesenian, khususnya seni tabuh gender, dan kegiatan pertukangan serta bertani. Usia nya yang sudah 80 tahunan sepertinya tidak berhasil mengurangi semangat hidup I Gede Dewa Negara. Anaknya yang berjumlah 5 (lima) orang sedari kecil sudah terbiasa dengan kegiatan kesenian sang ayah, bahkan beberapa anaknya juga terbiasa terlibat dalam kegiatan tersebut dan 3 orang diantaranya saat ini telah turut melestarikan budaya Bali yaitu I Dewa Gede Darmawan (undagi/pembuat pengusung jenazah), I Dewa Gede Darmayasa (seni tabuh) dan Dewa Ketut Kadiri (seni ukir).

Mengaku tak bisa lepas dari kehidupan adat Bali, sejak muda I Gede Dewa Negara selalu terlibat dalam aktivitas adat dan keagamaan di daerahnya. Keterlibatan yang awalnya sebagai peserta upacara atau penonton pertunjukkan seni, menumbuhkan kecintaannya pada adat istiadat leluhur. Lebih jauh lagi, tertanam dalam benak I Gede Dewa Negara muda untuk ikut serta dalam melestarikan adat istiadat leluhurnya. Hal itulah yang mendorongnya untuk mulai mempelajari tabuh gender sejak usia 10 tahun dengan arahan dari I Wayan Tilar (Bangli) yang membimbingnya selama 5 tahun, kemudian dilanjutkan dibawah bimbingan I Dewa Ketut Tingguh (Gianyar). Setelah menguasai tabuh gender, I Gede Dewa Negara kemudian bergabung dengan sekha wayang wong dan menjadi pengiring setiap pementasan wayang kulit yang dibawakan oleh I Made Wenten (almarhum).

Di usia senjanya kini, aktivitas I Gede Dewa Negara tetap tidak bisa lepas dari seni dan adat istiadat Bali. ia juga tidak segan-segan membagi ilmu dan keahliannya kepada orang lain dengan memberikan pelatihan penguasaan tabuh gender. Telah banyak seniman tabuh gender yang lahir dan besar melalui arahannya; beberapa diantara yang bisa disebutkan yaitu Ngakan Putu Warna, Ngakan Kompiang Sinep, Ngakan Nyoman Baragan (Alm), Ngakan Made Kutha Pariana, Nyoman Jati Dan Made Tulya. Hanya saja waktunya kini lebih banyak dihabiskan di sanggar sebagai pelatih tabuh gender atau mengikuti kegiatan keagamaan.

Selain berkiprah sebagai seniman tabuh gender yang di masa jayanya kerap berpartisipasi dalam pertunjukan seni di luar daerah maupun di luar negeri, I Gede Dewa Negara juga memiliki keahlian lain, yaitu sebagai undagi. sebagai undagi, I Gede Dewa Negara mampu membuat bade tempat pengusungan jenazah ke kuburan maupun memimpin dan meyelenggarakan upacara pembakaran mayat (ngaben). Ia merupakan salah satu dari sedikit orang yang mampu melaksanakan upacara ini sekaligus mengatur dan membuat segala perangkat yang diperlukan dalam upacara.

Dalam menjalani segala jenis aktivitasnya tersebut, I Dewa Gede Negara berpegang teguh pada filosofi hidupnya yaitu bekerja secara ikhlas (ngayah). Konon menurutnya, jika dibarengi dengan ikhlas, maka ia bisa menjalani segala aktivitas dengan baik meski saat ini kepekaan pendengarannya telah berkurang.

Dibalik semua kiprahnya dalam dunia seni tabuh tradisional, khususnya tabuh gender, I Gede Dewa Negara senantiasa berharap seni kesenian tradisional bali dapat bertahan di tengah perkembangan jaman yang semakin cepat dan banyaknya pengaruh dari budaya luar Bali. sehingga masyarakat Bali khususnya maupun masyarakat dunia umumnya dapat mengenal kekayaan seni budaya Bali. Ia menyadari bahwa harapannya tersebut tidak bisa lepas dari peran serta pemerintah dalam memfasilitasi perkembangan seni Bali. Pemerintah, harapnya, tidak hanya harus rajin memfasilitasi pertunjukkan kesenian Bali ke luar daerah maupun ke luar negeri, tetapi juga menjamin kehidupan para seniman yang telah mengabdikan hidupnya demi menjaga, mengembangkan dan melestarikan kesenian Bali. sementara itu, di tengah kreativitas dalam mengembangkan kesenian bali sedemikian rupa, I Gede Dewa Negara berharap kepada generasi muda untuk tetap mempertahankan seni tradisional Bali, sesuai dengan aturan-aturan dasar maupun pakem-pakem yang diwariskan leluhur secara turun termurun.

Written by in: Tak Berkategori |
Jan
11
2012
166

Sejarah Gong Kebyar

SEJARAH GONG KEBYAR

DI BANJAR GUNAKSA BANGLI

            Karawitan adalah salah satu seni budaya yang ada di Pulau Bali ini. Karawitan atau sering disebut dengan gambelan sangat di sakralkan dan memiliki arti seni yang sangat tinggi. Dengan perpaduan suara dari gambelan dengan nada-nada yang estetis dan membuat para pendengar menjadi terkagum – kagum dan terkesima menyaksikan mendengar seni budaya ini. Gambelan ini juga memiliki sejarah tersendiri dalam pembentukan gambelan, antara lain

Seperti di Banjar gunaksa yang berada di Desa cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sejarah pembentukan gambelan di Banjar gunaksa di mulai dari tahun 1973.semua warga di Banjar gunaksa pada saat itu. Dari hasil peparuman tersebut dapat di ambil keputusan mengumpulkan dana untuk membeli gambelan dengan sistem peturunan dan donatur. Sehingga dapat membeli 1 barung gamelan gong kebyar.

Sejak saat itu Banjar gunaksa sudah memiliki gambelan tepatnya tanggal 4 september 1974 dan di bentuklah sekaa gambelan (sekaa gong). Gamelan ini juga mengalami renovasi total yaitu ukiran kayu gambelan, pada awalnya belum diukir hanya kelihatan klasik dan juga di prada agar gambelan terlihat indah dengan warna – warni prada. Lokasi pengukiran pada saat itu diukir dibalai Banjar gunaksa tepatnya di Pura manik tirta. Pengukiran tersebut diukir oleh warga gunaksa sendiri yang mempunyai usaha ukiran yaitu I Ketut arka dan karyawannya. Gambelan inipun berkembang dan generasi muda mulai belajar memainkan gambelan ini. Saya beserta pemuda di banjar gunaksa melaksanakan latihan gambelan, untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan ini kami laksanakan secara rutin agar tidak pakumnya kesenian menabuh di Banjar gunaksa, kami mencari tabuh-tabuh seperti lelambata,  dan saya beserta pemuda juga dapat mementaskan tabuh tersebut pada saat odalan atau upacara di pura – pura.

Gambelan ini  selain digunakan untuk upacara di pura – pura juga dapat digunakan dalam acara – acara tertentu seperti : mengiringi pementasan tari – tarian, calonarang, tari lepas, tari topeng dan segala jenis pertunjukan seni lainnya yang menyangkut karawitan. Karena warisan budaya ini nantinya akan diwariskan kepada kami. Itulah sejarah karawitan di  Banjar gunaksa. Seni budaya di Bali sangat beraneka ragam dan sangat di sakralkan. Para generasi muda harus bisa menjaga dan melestarikan budaya ini agar tidak hilang ditelan jaman. Narasumber I Nyoman arsana.

foto gamelan gong kebyar di br. gunaksa

Written by in: Tak Berkategori |
Jan
11
2012
37

Komentar video Karawitan

TABUH KREASI BEBARONGAN
‘’MEPADA’’ 


SINOPSIS : Mepada merupakan suatu ritual upacara agama hindu pada umumnya dibali, dengan cara mengelilingi pura sebanyak 3 kali putaran dengan mengusung berbagai alat-alat seperti pratime, acara-acara dan ada yang berupa barong. Inspirasi tersubut menggugah untuk menjadikan sebuah tabuh petegak bebarongan, dengan mengolah tempo, melodi, dinamika dan ritme yang tidak lepas dari musik tradisional.
tabuh kreasi bebarongan
“MEPADA”
tabuh kreasi bebarongan ”MEPADA” merupakan garapan ujian TA mahasiswa ISI Denpasar, yaitu Sang Komang Merthadi tahun 2011. Dalam pementasan ini banyak aspek yang mendukung, diantaranya adalah lighting, sound system, dan pengambilan gambar yang baik.
Hal yang perlu di komentari:
LIGHTING
Dalam video ini pencahayaannya yang kurang merata hanya fokus pada satu titik tertentu,  seharusnya cahayanya mencangkup kesemua sisi dan kurangnya efek – efek cahaya. Hal itu menjadikan moment yang begitu ingin ditampilkan/ditonjolkan menjadi kurang memuaskan/kurang jelas karena kurangnya cahaya lampu. menjadikan pementasan tersebut monoton, karena cahaya lampu yang kurang terang.
Perbaikannya ,seharusnya cahaya lampu sorot yang digunakan harus sangat terang dan semua cahaya mengenai seluruh penabuh, tidak hanya terfokus pada satu titik.
SOUND SYSTEM
Sama halnya dengan SOUND SYSTEM disini terjadi ketidakstabilan antara suara kendang dengan suara instrument lainnya. dan suara suara yang tidak ingin ditonjolkan pun ikut terdengar seperti suara penonton , dan noise.
Perbaikannya perlu adanya pengaturan sound system tersebut dan penyaringan suara yang masuk.agar hasil rekaman menjadi jernih /bersih.
KAMERA PEREKAM
Pada saat Pengambilan gambar ,gambar yang diambil kurang memuaskan,,karena pada saat pengambilan gambar , gambar yang diambil terlalu dekat hanya terlihat beberapa penabuh saja dan tidak terlihat menyeluruh .
Perbaikannya pada pengambilan gambar kameraman harus mengetahui tepat suasana dari pementasan tersebut .Dimana pada saat gambar diperjauh dan diperdekat atau pada pengambilan gambar lainnya, agar apa yang ingin ditonjolkan/diperlihatkan oleh pencipta tabuh terhadap hasil video menjadi memuaskan.

Written by in: Tak Berkategori |
Jan
09
2012
0

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!

Written by in: Tak Berkategori |

Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com