PUUN BALE GALA-GALA.
Posted Under: Tak Berkategori
Di ceritakan Duryodana memiliki rasa iri hati terhadap Panca Pandawa ketika mendengar Sang Panca Pandawa beserta ibunya Dewi Kunti berhasil menjadikan wilayah Warana Wata yang dulunya masih sangat kering,tandus,dan belum terawat menjadi sangat indah. Selain itu berkat kedatangan Sang Panca Pandawa pula, kehidupan rakyat di Warana Wata menjadi sangat tentram dan sejahtera. Sehingga rakyat di Warana Wata sangat hormat bakti terhadap Pandawa. Melihat kejadian seperti itu, rasa iri dan dengki semakin membakar hati Duryodana, dengan didampingi oleh pamannya Sakuni, Duryodana merancang rencana licik untuk membuat para Pandawa sengsara sekaligus membunuh kelima Pandawa. Kemudian Duryodana dan pamannya Sakuni mendatangi keberadaan kakeknya Bhisma, yaitu untuk meminta petunjuk bagaimana dan daya upaya apa saja yang harus dilakukan untuk membuat Pandawa terbunuh. Namun yang didapat Duryodana hanyalah cacian dan kemarahan dari kakeknya, karena Bhisma begitu sayang dengan cucunya Pandawa. Dengan kejadian itu hati Duryodana semakin hancur dan berputus asa, lalu pamannya Sakuni yang dikenal mempunyai seribu satu akal menghibur Duryodana dan menyarankan untuk meminta pertolongan kepada guru besar Drona. Betapa senangnya hati Duryodana setelah Drona bersedia memberikan petunjuk dan membantunya. Atas petunjuk Drona, Duryodana diperintahkan untuk menyuruh Purucana membuat rumah atau istana yang mudah terbakar, dan akan di bantu oleh pasukan raksasa dari Manijoti yang di pimpin oleh raksas Bajra Danta untuk menyerang wilayah Warana Wata.
Sedangkan di Warana Wata, Purucana merasa sangat senang dan tak henti-hentinya berterima kasih kepada Pandawa, karena berkat kedatangan Pandawa, wilayah Warana Wata menjadi sangat tentram dan asri, semua rakyat pun sangat hormat dan bakti terhadap Pandawa. Mengingat berkat kedatangan Pandawa, kehidupan di Warana Wata menjadi sangat sejahtera dengan adanya pembangunan balai desa, jembatan-jembatan,dan lapangan pekerjaan bagi rakyat di Warana Wata.
Ketika sedang berjalan sendirian, Purucana dikejutkan oleh kedatangan Duryodana yang diam-diam masuk ke wilayah Warana Wata tanpa dikawal oleh pasukannya. Disana Duryodana berbicara tentang rencananya semula, yaitu membunuh kelima Pandawa. Purucana bingung, mengingat begitu besar jasa Pandawa terhadap negaranya Warana Wata, Awalnya Purucana menolak permintaan Duryodana karena dia merasa begitu besar hutang negaranya terhadap Pandawa, namun Duryodana yang tahu keadaan Purucana, memberi imbalan harta kekayaan berupa emas, uang, dan menjanjikan sebuah perubahan yang lebih dari yang diperbuat Pandawa terhadap negaranya Warana Wata apabila ia mau membantu Duryodana. Setelah lama berpikir, akhirnya Purucana menyanggupi permintaan Duryodana,dan disanalah kesetiaan dari seorang Purucana hancur, dengan imbalan harta yang melimpah ia rela berkhianat terhadap Pandawa. Setelah melakukan perbincangan mengenai rencana untuk membunuh Pandawa, khirnya Purucana diperintahkan untuk membuat istana yang indah untuk peristirahatan para Pandawa, dan istana itu dibangun dengan bahan-bahan bangunan yang mudah terbakar, seperti lak, minyak kental, dan karung kering. Bahan-bahan yang digunakan untuk melapisi dinding pun dibuat dari bahan yang mudah terbakar. Dengan cerdik ia pasangkan di sudut-sudut istana itu bahan-bahan kering yang mudah tersulut api. Semuanya dipersiapkan dengat sangat rapi supaya para Pandawa tidak menaruh curiga sampai istana itu selesai. Rencananya adalah ketika para Pandawa tertidur lelap, istana itu akan dibakar.
Ditempat lain, untuk mengalihkan perhatian para Pandawa, Duryodana mengirim pasukan raksasa dari Manijoti yang dipimpin oleh raksasa Bajradanta untuk menyerang Warana Wata. Dan akhirnya para Pandawa dikagetkan oleh kedatangan pasukan raksasa yang secara membabibuta menyerang wilayah Warana Wata. Peperangan pun tak dapat dihindarkan, dengan kesaktian yang dimiliki oleh para Pandawa, dengan mudah pasukan raksasa dapat dikalahkan. Bertepatan dengan kalahnya pasukan raksasa, Purucana pun akhirnya selesai membuat istana. Kemudian Purucana mengahadap Yudistira, untuk memberitahukan bahwa ia akan memberikan para Pandawa sebuah istana, mengingat jasanya yang sangat besar terhadap negara Warana Wata. Dan Yudistira menerima dengan senang hati istana pemberian dari Purucana. Dalam pejalanan menuju istana, para Pandawa dikejutkan oleh kedatangan Kenana anak dari Arya Widura, yang telah mendengar bahwa istana pemberian itu adalah sebuah jebakan dari Purucana atas perintah Duryodana. Dan Kenana pun telah membuat terowongan rahasia di bawah tembok yang mengelilingi istana dan terus menjauh menuju hutan belantara untuk para Pandawa melarikan diri, jika suatu saat istana itu dibakar para Pandawa beserta ibunya Dewi Kunti agar melarikan diri melewati terowongan yang dibuatnya. Para Pandawa sangat berterimakasih terhadap Kenana, karena berkat dia para Pandawa tahu rencana busuk Duryodana.
Yudistira yang selalu waspada dapat menangkap sikap Purucana yang mencurigakan. Ia segera memanggil saudara-saudaranya dan mengatakan bahwa saat untuk melarikan diri sudah tiba. Pada hari itu, Purucana mengadakan pesta meriah untuk para Pandawa, maksudnya adalah untuk membuat mereka tertidur karena kekenyangan. Para Pandawa tidak terpengaruh, setelah pesta selesai dan tinggalah beberapa orang penjaga yang sudah tertidur karena kekenyangan. Tengah malam Bima mendahului membakar istana tersebut, para Pandawa beserta Dewi Kunti telah meloloskan diri melalui terowongan rahasia. mereka meraba-raba jalan keluar dalam gelap. Sementara itu api menjalar dengan cepat membakar seluruh istana. Pondok Purucana pun juga terbakar habis berikut dengan penghuninya yang gagal menyelamatkan diri dari rencana jahatnya. Akhirnya Purucana dan lima orang penjaga beserta seorang pembantu perempuan pun mati dalam kejadian itu, rakyat Warana Wata mengira para Pandawa beserta ibunya Dewi Kunti yang sudah menyelamatkan diri ke hutan ikut terbakar bersama Purucana dalam istana itu.
Tema : Iri hati Duryadana terhadap panca pandawa.
Amanat : Sebagai manusia, kita hendaknya dapat mengendalikan diri dari sifat iri hati, dengki, dan selalu menjalankan kebaikan.
TAMAT
Daftar perpus
Pakem Wayang parwa Bali
Diterbitkan oleh: Proyek Pengalian/ pemantapan seni budaya
Klasik dan baru tahun 1986/1987