Trailer vidio pembuatan ogoh-ogoh thun caka 1940

SEJARAH GAMBELAN SEMARANDANA YANG BERADA DIDESA BUALU KUTA SELATAN

Gamelan Semarandana yang pertama di Desa Bualu

Gambelan Semarandana adalah gambelan yang termasuk gambelan golongan ke tiga atau gambelan golongan baru. Gamelan ini berlaras pelog tujuh nada dengan jumlah bilah dua belas bilah yang di ciptakan oleh alm, Bapak Wayan Brata pada tahun 2000. Gamelan ini di ciptakan dengan menggabungkan dua jenis barungan gamelan,yaitu Gamelan Gong Kebyar dan Gamelan Semarapegulingan,mulanya pada pertunjukan fragmen tari biasa menggunakan dua barungan gamelan yaitu Semarapegulingan dan Gong Kebyar,sungguh sangat susah untuk mengatur,menempatkan ,dan memainkan gamelan tersebut secara bersamaan.karena dengan menggunakan dua barungan gamelan seperti itu akan menghabiskan banyak tempat dan waktu. Dengan mempertimbangkan hal ini akhirnya timbulah ide dari Sang Pencipta Bapak Wayan Brata pada tahun 2000 untuk membuat sebuah barungan gamelan baru yang menggabungkan Gamelan Semarapegulingan dengan Gamelan Gong Kebyar dalam satu pelawah,yang di beri nama Gamelan Semarandana,golongan gamelan ini termasuk dalam golongan gamelan anyar/baru.

Tersebutlah di kawasan Nusa Dua,tepatnya di Desa Adat Bualu Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali, terdapat 3 barungan gamelan Semarandana. Barungan gamelan Semarandana pertama kali masuk ke Nusa Dua yaitu pada Bulan September Tahun 2000 tepatnya di rumah Bapak Nyoman Gandum ,di Jalan Pratama ,Banjar Celuk Desa Adat Bualu . Awalnya masuknya gamelan ini ialah karena ada niat si pemilik yaitu I Nyoman Gandum untuk membeli sebuah barungan gamelan jenis baru ,dengan berbagai pertimbangan maka timbulah ke inginannya untuk membeli barungan gamelan Semarandana .Beliau memilih membeli gamelan ini karena praktis,bias di pakai sebagai gamelan Gong Kebyar,biasa di pakai sebagai gamelan Semara Pegulingan,bisa juga di pakai sebagai Gamelan Angklung bahkan bisa juga di pakai untuk mengiringi Tari Nusantara seperti Rantak dan Tari Pakarena. Bapak Nyoman Gandum membeli gamelan ini di salah seorang pande gamelan yang ada di Kabupaten Gianyar,tepatnya di rumah Bapak Gabler bliau membeli gamelan ini seharga sekitar 160 juta. Dengan saih agak kecil ,pelawah di ukir ,ukirannya bercerita,yaitu bercerita tentang Ramayana ,cerita di pelawahnya nyambung,mulai dari gangsa,ugal, hingga jegogan. Pelawah nya di prada Gede. Di bagian tengahnya berwarna hitam.pada saat itu bliau membeli intrumen gangsa empat bilah,ugal 1 bilah,penyacah 2 bilah,jublag 2 bilah,jegogan 2 bilah,terompong menggunakan terompong samara pegulingan yang sekaligus bisa di fungsikan sebagai riong. Berjumlah 14 pencon mulai dari nada ndeng,ndeung,ndung,ndang,ndaing,nding,ndong,ndeng ,ndeung,ndung,ndang,ndaing,nding,ndong. Empat buah kendang,yaitu kendang cedugan berukuran 32,berjumlah 2 buah,lanang dan wadon. 2 buah kendang kerumpungan lanang wadon,gong 2 buah lanang wadon,satu buah kempur ,satu buah cengceng penyu. Satu buah kemong.

Pada tahun 2001 di bentuklah sebuah sanggar ,sanggar ini di gerakkan oleh Bapak Nyoman Gandum itu sendiri. Anggota dari sanggar ini kebanyakan yang masih berusia muda, Anggota dari sanggar ini berasal dari beberapa banjar di desa adat bualu.anggota nya mayoritas dari Banjar Celuk dan Banjar Terora Desa Adat Bualu,karena lokasi sanggarnya berada di tengah-tengah dari kedua banjar ini. Sanggar ini mengguanakan gamelan semarandana sebagai sarana untuk ngayah di pura-pura yang ada di Bali. Beberapa tahun kemudian di belilah beberapa intrumen pelengkap lagi,yaitu penyacah,gentaoran,kendang bebarongan, 1 tungguh ugal lagi,delapan cengceng cakep,dan satu buah bebende.gamelan ini di beli secara lngsung tanpa mengumpulkan bahan-bahan terlebih dahulu,karena jika membeli secara di cicil atau satu persatu,harganya akan menjadi mahal per instrument.bapak nyoman gandum ini termasuk orang yang mampu dalam bidang ekonomi,makanya berani membeli barungan gamelan semarandana sekaligus. Namun, saying beberepa tahun kemudian sanggar ini mulai mengalami kemunduran,satu persatu anggotanya berhenti dari sanggar karena alasan waktu yang kurang cukup,akhirnya gamelan ini di biarkan begitu saja beberapa tahun. Karena kasian melihat gamelan yang sudah tidak terwat lagi Nyoman Gandum pun menjual gamelan semarandana ini dan menggantinya dengan gamelan semarapegulinagan.ia membeli gamelan samara pegulingan di sebuar sanggar di kota denpasar ,yaitu Sanggar Sunari. Ia tertarik pada gamelan samara pegulingan ini karena pernah di gunakan pada PKB tahun 2012,di mana Kabupaten Badung waktu ini di wakili olaeh Sanggar Asti Pradnyaswari Desa Adat Bualu Keluran Benoa,dalam ajang bergengsi yaitu Parade Semarapegulingan Antar Kabupaten se Provinsi Bali.pada saat itulah I Nyoman Gandum mulai tertarik dengan gamelan milik Bapak Putu dari Sanggar Sunari itu. Karena di rasanya memiliki suara yang tidak di ragukan lagi,akhirnya ia membeli barungan gamelan Semara Pegulingan tersebut. Namun, tidak di pakai untuk membuat sanggar lagi,melainkan di sewakan untuk pementasan saja dan gamelan itu masih bagus hingga sekarang.

 

Gamelan Semarandana Yang Kedua di Desa Adat Bualu

Gamelan Semarandana yang kedua terdapat di Desa Adat Bualu ,ialah terdapat di banjar Bualu,gamelan ini di beli dari salah seorang pengrajin di kabupaten Gianyar yang bernama Bapak Pande Sukarta.awal dari ketertarikan membeli gamelan ini ialah untuk kepentingan ngayah di salah satu pura di Desa Bualu, yaitu di pura Dalem Tanjung yang menyungsung petapakan Barong Sampi,pada mulanya iringan sesuunan tarian Barong Sampi ini menggunakan gamelan gong kebyar biasa, oleh karena perkembangan jaman di masa sekarang banyak yang menggunakan gamelan semar pegulingan dan semarandana untuk mengiringi tari Barong. Maka dari itu timbullah ide dari I Wayan Sudiksa dan I Wayan Sumantra untuk membuat inovasi baru gending-gending iringan tari barong. Maka dari itu di belilah barungan gamelan semarandana.  Gamelan ini digunakan untuk mengiringi tari janger,legong lasem, topeng tua, tari telek, tari jauk dan tari Barong. Bilah dari gamelan ini berpelawah di ukir dan di prada gold ( emas ). Dengan jumlah 18 instrument, yaitu : gangsa 4 tungguh, ugal 1 tungguh,kantil 2 tungguh, jublag 2 tungguh, gong lanang wadon, kendang krumpungan lanang wadong, kendang bebarongan ,kendang cedugan lanang wadon, kajar, cengceng penyu, suling dan kemong. Jumlah nada dari instrument gangsa yaitu : 7 nada dan jumblah oktafnya berjumlah 12.

Gamelan Semarandana Yang Ketiga Di Desa Adat Bualu

Gamelan Semarandana yang ketiga terdapat di Banjar Peken Desa Adat Bualu kelurahan Benoa, Kuta Selatan Badung Bali. Gamelan Semarandana di Banjar Peken ini di beli pada tahun 2008 namun gamelan semarandana ini tidaklah lengkap,barungan Semarandana ini hanya memiliki beberapa intrumen saja,yaitu riong berjumlah 9 pencon,kendang lanang wadon,dua tungguh gangsa,dua tungguh jublag,cengceng cakep delapan pasang,kajar satu buah,kempli satu buah ,gong dua buah,kempur satu buah dan bende satu buah barungan. Gamelan ini di beli karena kepentingan untuk lomba ogoh-ogoh iringan fragmen pada tahun 2005. Pada saat ini penggarap I Kadek Loking Arsana mengungkapkan bahwa ia akan membuat satu inovasi bleganjur yang baru,supaya tidak terkesan monoton dari tahun ke tahun.biasanya di desa bualu untuk mengiringi ogoh-ogoh menggunakn gamelan baleganjur riong empat. Maka dari itu di beli lah barungan baleganjur semarandana  yang jumlah riongnya mencapai Sembilan buah. Banjar ini lah yang pertama kali menunjukan penampilan baleganjur Semarandana riong Sembilan pada lomba ogoh-ogoh tahun 2005. Awalnya gamelan ini di sewa di sebuah Sanggar di Denpasar yaitu Sanggar Sunari. Karena mendengar suara gamelan ini sangat bagus maka timbullah rasa ke tertarikan penggarap  I Kadek Loking Arsana ,untuk membeli barungan gamelan Baleganjur Semarandana ini.dengan berbagai pertimbangan pada rapat Sekhee Gong,akhirnya tercapailah keputusan untuk membeli gamelan baleganjur Semarandana riong Sembilan ini. Gamelan ini selain untuk mengiringi ogoh-ogoh,barungan gamelan baleganjur ini juga dapat di gunakan sebagai pengiring ida betara pada saat hari pemelisan ke pantai.di tahun berikutnya dengan menggunakan gamelan baleganjur semarandana ini, I Kadek Loking Arsana selaku penggarap mengatakan “Bahwa ia akan menggarap tabuh-tabuh baleganjur untuk pamelisan Ida batara,ke segara dengan di tambahkan instrument jublag maka jadilah sebuah tabuh baleganjur semarandana menggunakan laras pelog dan selendro”. Gending baleganjur ini cendrung agak pelan,karena si penggarap ingin menciptakan suasana yang hikmat dan hening pada perjalanan pamelisan ida betara ka segara. Sebelum banjar ini menggunakan semarandana riong Sembilan untuk pemelisan,banjar lain hanya menggunakan baleganjur riong empat ,bahkan ada juga yang menggunakan bebatelan.setelah banjar ini menggunakan riong semarandana ,maka di tahun berikutnya banjar yang lainpun mengikutinya,namun bukan dengan menggunankan riong semarandana,melainkan menggunakan riong dan terompong gong kebyar dengan di tambahkan jublag dua buah. Namun, sayang pada beberapa tahun ke mudian gamelan semarandana milik banjar peken ini hilang,entah kemana. Gamelan ini hilang pada saat banjar ini sedang sepi. Walaupun sudah di kunci namun si pencuri biasa berhasil mengambil beberapa intrumen tersebut,yang ilang adalah semua pemero ,seperti:ndeung,ndaing,ndang,nding,ndeng,dan ndong,selain itu yang hilang juga kajar dan kempli.sungguh di sayangkan hal itu biasa terjadi.I Kadek Loking Arsana pun sangat kecewa,karena dia tidak bisa berkarya di Banjar Peken dengan menggunakan gamelan semarandana itu lagi,yang ada hanya tinggal barungan gong kebyar yang di beli dari meminjam uang dengan juragan cina,dan cara untuk mengembalikan  atau melunasi utang tersebut dengan cara memanfaatkan hasil alam yang ada di banjar tersebut. Pada saat itu di banjar tersebuta sangat bnyak terdapat pohon kelapa,hasil dari memetik kelapa itulah yang di gunakan untuk mengembalikan uang dari sidagar cina tersebut,beberapa tahun kemudian banjar ini membeli gamelan gong kebyar yang baru. Gamelan ini pernah di gunakan untuk latihan gong kebyar pada tahun 2007,pada ajang PKB,yang pda saat itu banjar ini mewakili Kabupaten Badung pada Lomba Gong Kebyar Dewasa,banjar ini meraih juara 2 yang di kalahkan Kabupaten Gianyar. Dan sampai sekarang gamelan itu saja yang masih ada di banjar Peken,Nusa Dua Badung Bali.

 

Gamelan Semarandana Yang Terakir di Desa Adat Bualu

Gamelan Semarandana yang terakir ada di desa adat bualu ialah terletak di salah satu sekha sanggah di depan Banjar Peken Desa Adat Bualu.tepatnya di gang Rama no 1. Gamelan ini di beli pada tgl 8 September 2010.gamelan ini di beli dari salah satu Sanggar yang ada di Kota Denpasar yaitu Sanggar Sunari. Pada awalnya sekhaa sanggah ini hanya memiliki barungan gamelan bebatelan saja,karena melihat di sekitar nya banyak yang memiliki gamelan maka ada niat dari sekhaa sanggah ini untuk membeli sebuah barungan gamelan lagi. Hal itu juga di karenakan banyaknya minat sekha sanggah yang ingin belajar menabuh. Pada awalnya sempat terjadi perdebatan antara pemuda skha dan penglingsir sekha. Penglingsir di sana menginginkan gamelan samara pegulingan,dan pemuda di sana menginginkan gamelan semarandana dengan berbagi pertimbangan pada rapat sekha,akhirnya tercapailah keputusan untuk membeli gamelan semarandana.alasan untuk membeli gamelan ini ialah biasa di gunakan untuk gamelan apa saja,seperti samara pegulingan,angklung,dan gong kebyar.gamelan ini di beli dengan hasil dari mengontrakkan tanah di jalan pratama nusa dua selama 30 tahun. Pada saat ini tanah tersebut di kontrak oleh Hotel Amaris. Dengan adanya gamelan ini di bentuklah sebuah skha gong yang bernama Tebaswari Nawa Gita.di mana sekhaa ini di pimpin oleh bapak saya sendiri,I Wayan Muliartha. Gamelan ini sering di gunakan untuk ngayah maupun komersil di hotel-hotel yang ada di Nusa Dua. Instrumennya terdiri dari gangsa 4 tungguh,ugal 1 tungguh,kantil 2 tungguh,jublag 2 tungguh,jegogan 1 tungguh,terompong atau bias juga sebagai riong 1 tungguh,kendang jedugan lanang wadon, kendang krumpungan lanang wadon,kendang bebarongan 1 buah,kajar 1 buah,ceng-ceng penyu 1 buah,gentoran 1 buah,klenang 1 buah,gong lanang wadon,di tambah satu gong besi,kempur,dan kemong.di tambah lagi dengan satu barungan baleganjur Semarandana,yang terdiri dari riong berjumlah 10 buah,ceng-ceng kopyak sebanyak 8 cakep. Dan satu buah kempli, ada juga yang unik dari gamelan ini,yaitu pada pelawah terompongnya berbentuk pelawah klasik seperti mempunyai kaki,wana gamelan ini adalah prada emas. Dan dasarnya berwarna merah jambu, bentuk pelawahnya hamper sama dengan yang di miliki oleh Sanggar Asti Pradnyaswari. Namun, yang berbeda ialah nada dari terompong tersebut,nada nya dari oktaf yang besar sudah menggunakan pemero,seperti terompong semrandana pada umumnya.pada saat ini gamelan Semarandana ini masih terawat dengan sangat baik.

 

DAFTAR IFORMAN

 

Nama : I Wayan Macring

Alamat: Jln Pratama , Nusa Dua

 

 

Nama: I Kadek Loking Arsana

Alamat:Banjar Peken ,Nusa Dua

 

 

 

 

 

TOPENG SIDAKARYA

Tari topeng sudah ada sejak jaman prasejarah yang biasanya digunakan untuk upacara adat atau untuk menceritakan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Tari topeng tetap lestari hingga saat ini tak terkecuali tari topeng yang ada di Pulau Bali. Bali yang kental dengan tradisi dan adat istiadatnya tetap melestarikan tari topeng. Apalagi pada tanggal 2 Desember 2015 di Windhoek (Namibia), Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO menetapkan 9 tari Bali yang diakui sebagai warisan budaya dunia yang salah satunya adalah tari topeng sidakarya.

Tari Topeng Sidakarya merupakan salah satu Tari Bali yang ditarikan untuk pelengkap dari ritual keagamaan sehingga tari disebut sebagai tari wali. Tarian ini ditarikan oleh laki-laki dengan ciri-ciri topeng berwarna putih, mata sipit, gigi tonjos, wajah setengah manusia setengah demanik, rambut panjang sebahu, dan memakai krudung merajah. Penari biasanya membawa bokoran berisi canang sari, dupa, beras kuning, dan sekar ura. Bagaimana sejarah munculnya Tari Topeng Sidakarya? 


Sesampai di tempat tujuan, istana Gelgel dalam keadaan sepi karena sang raja sedang berada di Pura Besakih dan hanya disambut oleh beberapa pemuka masyarakat yang ada di istana. Karena raja tidak ada di istana maka pemuka masyarakat yang menyapa tersebut mempersilahkan Brahmana Keling menuju Pura Besakih. Sesampainya di Pura Besakih beliau disapa oleh masyarakat para pengayang yang ada di pura dan brahmana tersebut mengatakan ingin menemui saudaranya yakni Raja Waturenggong dan penasehat raja yakni Dang Hyang Nirartha. Karena dalam keadaan compang-camping selayaknya seorang pengemis, maka masyarakat sangat tersinggung karena mereka beranggapan tidak mungkin orang seperti ini sebagai saudara sang raja sehingga warga melarang bertemu sang raja. Tetapi Brahmana Keling bersikeras ingin bertemu sang raja.
Tari Topeng Sidakarya erat kaitannya dengan Raja Waturenggong yang merupakan Raja Gelgel (Klungkung) pada abad XVI. Pada saat akan melaksanakan upacara Eka Dasa Rudra (dirayakan setiap 100 tahun sekali) di Pura Besakih, datanglah seorang brahmana (pendeta Hindu) dari Keling ke Pualu Bali untuk menemui raja Klungkung di istana Gelgel. Keling merupakan nama suatu daerah di Jawa Timur. Karena berasal dari Keling maka brahmana tersebut dikenal dengan sebutan “Brahmana Keling”.

Dalam menunggu sang raja beliau duduk di tempat suci yang bernama Pelinggih Surya Chandra. Di atas sana beliau duduk berstirahat sejenak, untuk melepas penatnya. Tak berselang beberapa lama datanglah sang raja dan melihat orang dengan pakaian compang camping duduk di atas tempat suci. Alangkah terkejutnya hati beliau serta merta dengan marah lalu memanggil prajurit untuk menanyakan siapa gerangan orang itu yang telah berani duduk di atas sana. Mendengar apa yang dilaporkan oleh para prajurit, bahwa orang tersebut mengaku sebgai saudara raja maka bertambah murkanya sang raja lalu memerintahkan para prajurit untuk segera menyeret keluar orang yang disangka gila itu. Sesuai perintah sang saja, prajurit mengusir sang brahmana dengan suara sorak sorai dari Pura Besakih dan raja tidak mengakuinya sebagai saudara.

Sebelum sang brahmana meninggalkan Pura Besakih, beliau lalu mengucapkan kutukan bahwa upacara yang dilaksanakan di Pura Besakih ini tidak sukses, bumi kekeringan, rakyat diserang wabah penyakit, dan hama akan menyerang. Lalu sang brahmana meninggalkan Pura Besakih menuju Badanda Negara (Desa Sidakarya sekarang) dan di sini beliau membuat pesraman. Tidak berselang beberapa hari suasana Pulau Bali terutama istana Gelgel dan sekitarnya mulai menampakkan situasi yang tidak mengenankan. Semua tanaman pohon pohonan yang berguna bagi pelaksanaan penunjang upacara semua layu dan buahnya berguguran, hama mulai menyerang tanaman petani, bumi seketika mengalami kekeringan, wabah penyakit merajalela menyerang penduduk, antara pengabdi kerajaan bertengkar tanpa sebab dan semuanya dalam keadaan kacau balau. Sehingga jadwal pelaksanaan upacara Eka Dasa Ludra urung dilaksanakan, karena sudah tidak memungkinkan untuk diteruskan.

Singkat cerita berangkatlah rombongan penjemput Brahmana Keling ke Badanda Negara. Sesampainya rombongan di Badanda Negara bertemulah dengan Brahmana Keling lalu menceritakan tentang maksud kedatangannya menghadap Sang Brahmana. Sesuai dengan perintah raja memohon agar Brahmana Keling bersedia datang kehadapan raja sesegera mungkin. Lalu Brahmana Keling setuju dan mempersilahkan utusan raja segera berangkat duluan, Brahmana Keling akan menyusul.Melihat kenyataan itu lalu Dalem Waturenggong mengadakan semedi di Pura Besakih. Beliau mendapat petunjuk bahwa beliau telah berdosa mengusir saudaranya sendiri secara hina dan untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala hanya Brahmana Keling yang mampu melakukan hal itu. Setelah mendapatkan petunjuk, esok harinya raja memanggil perdana mentri, para Patih dan para punggawa untuk mengadakan sidang untuk menjemput sang brahmana yang pernah diusirnya.

Perjalanan kembali Brahmana Keling ke istana Gelgel lanjut ke Pura Basakih tidak ada yang tahu. Beliau sudah ada duluan dengan rombongan penjemputnya di hadapan raja di Pura Besakih. Setibanya Brahmana Keling di Pura Besakih barulah beliau disambut selayaknya tamu kebesaran dan diperlakukan dengan sangat sopan hormat dan ramah.

Dalam percakapan beliau berdua yang disaksikan juga oleh Dang Hyang Nirartha, pada dasarnya bahwa apabila Brahmana Keling mampu mengembalikan keadaan pulau Bali seperti sedia kala maka Dalem Waturenggong berjanji dan bersedia mengakui bahwa Brahmana Keling sebagai saudara raja. Mendengar sabda raja seperti itu, lalu Brahmana Keling dengan senang hati menyanggupinya. Tanpa prasarana dan sesajen apapun beliau hening sejenak,  dengan kekuatan batin yang luar biasa maka keaadaan Pulau Bali kembali seperti sedia kala di mana wabah penyakit seketika sirna, tanaman tumbuh subur, dan hama tidak lagi menyerang tanaman petani sehingga raja mampu melanjutkan pelaksanaan Upacara Eka Dasa Ludra di Pura Besakih.

Berkat jasa Brahmana Keling yang mampu menciptakan kesejahteraan dan hasil bumi yang melimpah ruah, sehingga upacara dapat berjalan dengan aman, nyaman dan sukses sesuai dengan harapan raja lalu Brahmana Keling dianugrahi gelar Dalem. Mulai saat inilah Brahmana Keling mabiseka Dalem Sidakarya. Lanjut dibuatkan upacara pediksan sebagaimana mestinya. Saking gembiranya sang raja karena upacara yang dilaksanakan betul-betul berhasil (Sidakarya), beliau bersabda supaya setiap umat Hindu di seluruh jagat yang melaksanakan upacara suci wajib nunas tirta Penyida Karya yang bertempat di Pesraman Dalem Sidakarya dan wajib mementaskan tari Topeng Sidakarya. 

SEJARAH SIAT GENI DESA ADAT TUBAN

SIAT GENI 

Siat Geni merupakan salah satu bentuk ritual religius magis. Kegiatan tersebut terselenggara secara kontinyu pada setiap pujawali Puranamaning Kapat, bertempat di Pura Dalem Kahyangan desa adat Tuban. Adapun permasalahan dalam tulisan yakni melihat Bagaimana bentuk Siat, Sarana dan Prasarana apa saja yang diperlukan dalam Siat Geni serta Apa fungsi dan makna dari Siat Geni tersebut. Sedangkan tujuan dalam penulisan ini adalah mengkaji dan menganalisis serta mendokumentasikan.

Dalam pembahasan dijelaskan bahwa Siat Geni merupakan rangkaian prosesi keagaamaan dalam pujawali di Pura Dalem Kahyangan desa adat Tuban. Ritual Siat Geni dilakukan sebagai pelengkap dari sistem ritual yang menjadi syarat dalam pujawali. Siat Geni dimaknai sebagai sebuah symbol permainan yang dalam dunia niskala atau di luar logika manusia adalah para Buta kala melepaskan kekuatannya yang berupa Api Ludra untuk dipersembahkan sebagai rasa bakti kepada Bhatara Dalem. Dengan pelepasan Api Ludra tersebut, diyakini segala yang berbau negatif terlebur dan dinetralisir, sehingga keseimbangan buana alit dan buana agung dapat harmonis. Siat geni dapat diikuti dan dilaksanakan oleh semua masyarakat desa adat tuban.

      KESIMPULAN

  • Siat Geni merupakan salah satu bentuk ritual religious magis. Yang diselenggarakan secara bersekala setiap pujawali purnamaning kapat. Ritual Siat Geni dilakukan sebagai pelengkap dari system ritual yang menjadi syarat pujawali. Siat Geni dimaknai sebagai symbol permainan yang di dalam dunia niskala atau diluar logika manusia adalah para bhuta kala melepaskan kekuatannya yang berupa Api Ludra untuk dipersembahkan sebagai rasa bhakti kepada Bhatara Dalem

‘BALEGANJUR’

  • PENJELASAN BALEGANJUR

BALEGANJUR salah satu jenis aliran  gambelan di Bali. Baleganjur biasanya diterapkan pada upacara keagamaan dan adat agama Hindu di Bali. Baleganjur ini memiliki ciri khas pada penggunaan  ‘Ceng-Ceng’ istilah baleganjur berasal dari kata bala dan ganjur. Bala yang berarti pasukan atau barisan, dan ganjur yang berarti berjalan. Jadi balaganjur yang kemudian menjadi baleganjur yaitu suatu pasukan atau barisan yang sedang berjalan, yang kini pengertiannya lebih berhubung dengan sebuah barungan gambelan bali.Baleganjur terdiri atas 21 orang penabuh

Gambelan baleganjur ini menggunakan laras pelog 4 (empat) nada yang nadanya :

  • 4 ( ndong )
  • 5 ( ndeng )
  • 7 ( ndung )
  • 1 ( ndang )

 

  • PERIODISASI GAMBELAN BALEGANJUT

Gambelan baleganjur ini termasuk  golongan gambelan tua yang di pekirakan telah ada sebelum abad VX. tepatnya di bali. Di dalam gambelan baleganjur ini ada 2 jenis dan 10 macam instrumennya yang sering kita lihat.

  • Balegajur upacara

Merupakan baleganjur yang digunakan dalam upacara adat agama hindu. Baleganjur ini memiliki gending dan tempo yang cenderung datar, karena bersifat ‘NUNTUN YADNYA’ suatu pelengkap dari suatu yadnya/ upacara.

 

  • Baleganjur kreasi

Merupakan baleganjur yang di gunakan untuk menghibur atau balih-balihan dan sekarang pun baleganjur kreasi ini bisa di lombakan. Yang biasanya sebagai ajang menunjukan kemampuan di baleganjur kreasi ini adalah pengolahan tehnik gebug dan umbang isep dari lagu tersebut.

  • INSTRUMEN BALEGANJUR
  • 1 kendang lanang
  • 1 kendang wadon
  • 4 buah riyong
  • 2 ponggang
  • 8 cakep ceng-ceng
  • 1 kajar
  • 1 kempli
  • 1 kempu
  • 1 pasang gong ( lanang,wadon )
  • 1 bebende