Pengalaman Saya
Posted Under: Tak Berkategori
Pengalaman saya dimasa SMA saya pernah mengikuti lomba makendang tunggal untuk mewakili sekolah saya dengan harapan bisa mendapatkan hasil yang maksimal . Tetapi kenyataan berkata lain apa yang saya impikan tidak sesuai dengan harapan saya pada saat itu. Padahal saat itu saya sudah mencoba untuk berlatih dengan keras, dengan tekun dan tidak lupa saya berdoa agar pada saat lomba saya bisa di berikan tuntunan yang baik saat itu. Pada saat hari perlombaan itu tibalah giliran saya dengan no undi 8. Diatas panggung saya mencoba untuk tenang agar peerlombaan ini berlangsung dengan harapan saya. Teman teman dan Pembina dari sekolah saya sudah sangant semangat untuk mendukung saya di atas panggung. Saya tampil dengan maksimal. Menurut saya, saya teah melakukan dan menunjukkan hal yang terbaik untuk para dewan juri. Hati dan perasaan saya sangat terasa ringan karena telah dapat menunjukkan penampilan saya yang semaksimal mungkin. Namun saya sempat merasa down karena banyak diantara saya yang sudah berusaha untuk tampil semaksimal mungkin untuk memperoleh juara pertama dan saya yakin diantara para peserta yang mewakili sekolahnya banyak yang telah memahami bagaimana teknik permainan kendang sebenarnya. Sekarang tibalah saatnya pengumuman juara perlombaan tersebut hati dan perasaan saya menjadi gemetar dan deg – degan. Inilah yang harus saya terima dengan iklas ternyata kenyataan tidak sesuai dengan apa yang saya harapakan. Saya mendapat juara Harapan 1 rasa kecewa yang saya rasakan cukup mendalam pada saat itu. Namun teman – teman dan Pembina saya selalu memberikan dukungan agar saya dapat menerima keputusan para dewan juri tersebut. Mulai dari saat itulah saya terus berlajar dan berusaha agar dapat memahami teknik permainan kendang yang sebenarnya. Dan yang ada alam benak saya saat itu hanya “Jadikan ini sebuah pengalaman yang berarti untuk terus berusaha menjadi yang terbaik untuk kedepannya.” Yang menjadikan saya saat ini berada disini semua itu karena pengalaman saya. Saya bertekad untuk menggali ilmu disini agar nantinya saya dapt meraih semua impian saya yang masih tertinggal di belakang sana. Dengan cita – cita tersebut yang akan mampu membawa saya ke masa depan yang lebih cerah yang dapat melestarikan seni dan budaya khususnya daerah Bali yang mempunyai kebudayaan, adat dan istiadat yang beraneka ragam macam. Pengalaman saya yang kedua saat saya dipilih untuk menjadi perwakilan duta Taman Budaya Bali. Pada saat itu Taman Budaya ada acara Temu Karya Taman Budaya Se-Indonesia di Jambi dan saat itulah saya diajak untuk menjadi perwakilan duta Taman Budaya Bali, saat itu Taman Budaya Bali mengambil judul garapan “Dewi Sri” saya berperan sebagai sekaa gong bersama dengan teman – teman. Sebelum acara puncak pementasan dimulai, diawali dengan pawai ke 25 Taman Budaya se-Indonesia. Saya mendapat tugas sebagai duta daerah Bali untuk menampilkan Payas Pengantin mendampingi Kepala Taman Budaya Bali. Taman Budaya Bali mendapat kesempatan tampil pertama kali untuk mengisi acara tersebut. Masing – masing perwakilan Taman budaya terdiri dari 15 personil baik penari dan penabuh dengan jalan ceritanya. Diceritakan pada saat padi mulai menguning para petani pemilik sawah menghalau burung ke sawah dengan membawa peralatan (kerpuakan) ditengah sawah dipasanglah 2 orang – orangan sawah yang tujuannya untuk menghalau burung. Setelah pada menguning pemilik sawah membuat upakara (banten) pebiukukungan disutulah dibuat simbolis Dewi Sri berbentuk cili dengan cara mengetam beberapa helai padi kira – kiranya segenggam tangan dewasa, lalu diisikan prerari atau wajah sang dewi yang terbuat dari janur dan kemudian dihias. Kegembiraan petani pada saat itu menandakan keberhasilan panennya sehingga para pengiringnya bersorak sorai yang ditarikan oleh beberapa gadis dan ada juga yang berperan sebagai burung untuk mengganggu hasil disawah. Sinopsis cerita sebelum memasuki panggung diawali dengan ritual oleh yang berperan sebagai pemangku dengan berpakaian putih, keluar bersamaan dengan mengucapkan nyanyian rohani berupa kidung dan masing – masing penari membawa dupa sampai kepanggung pertunjukan. Setelah dilakukan ritual dipanggung barulah pementasan dimulai. Duta Bali setiap penampilannya selalu mendapat perhatian dari audien karena Bali menjadi ikon seni di Indonesia. Masyarakat penonton dari awal sampai akhir sangat antusias untuk mengikuti lakon yang dimainkan dalam 15 menit penampilan masing – masing Kepala Taman Budaya dimantai pendapatnya oleh pembawa acara tentang keadaan pulaunya mengapa seni bisa eksis dan bagaimana kiat – kiatnya untuk memajukan taman budaya di masing – masing daerah. Setelah selesai pertunjukan baik para pelajar mahasiswa dan masyarakat umum berbondong – bondong ingin berfoto bersama dengan para pendukung tampilan tadi. Keesokan harinya dilakukan acara evaluasi dari tampilan sebelumnya dengan mengambil tema Temu Sastra, masing – masing taman budaya diwakili oleeh 5 personil 2 orang dari unsure seniman penabuh dan 1 orang dari unsure penari, dan 1 orang lagi dari unsure kriya serta 1 orang lagi dari Kepala Taman Budaya. Permasalahan yang diangkat adalah kritik yang dilakukan oleh 2 orang unsure independen 1 orang dari pemkab Jambi dan 1 orangnya lagi dari Kemetrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat. Masing – masing provensi mempertahankan ketika adanya suatu kritikan dari penampilan kemarin. Setelah acara evaluasi dilanjutkan dengan meninjau pameran berupa foto, lukisan, dan patung. Program temu karya Taman Budaya se-Indonesia diadakan setiap tahun di provinsi dengan selalu berpindah – pindah dari satu provinsi ke provinsi yang lain. Tema yang biasa diangkat disesuaikan dengan daerah masing – masing untuk provinsi Bali pada saat Prof.Dr. Ida Bagus Mantra sebagai Direktur Jendral Kebudayaan Taman Budaya Bali sudah pernah terpilih sebagai tempat penyelenggaran Temu Karya Taman Budaya. Untuk menentukan lokasinya biasanya diawali dengan rapat awal ditempat penyelenggaran kegiataan saaat itu. Dengan diadakannya Temu karya tersebut dapat diketahui potensi kesenian masing – masing daerah dan sebagai pertukaran budaya sehingga kita semua tahu seni di masing – masing daerah itu. Pada saat itulah saya melihat keakraban dan rasa persaudaraan sesama taman budaya selama berlangsungnya kegiatan tersebut.