Kisah Sultan Bajang yang lolos dari kekuatan sakti Mataram dalam Islam

Mataram Islam dianggap sebagai kerajaan Islam terakhir yang menguasai tanah Jawa. Namun sebelum Mataram Islam, tanah Jawa diperintah oleh Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadi Wijaya.

Padahal, Mataram Islam memiliki hubungan baik dengan Pajang. Karena Da Nang Suta Vijaya, pendiri Kerajaan Islam Mataland, diangkat anak oleh Sultan Hadi Wijaya saat masih kecil.

Ia bahkan berjasa menaklukkan Arya Penangsang, raja terakhir Demak. Atas jasa tersebut, Sultan Hadiwijaya menyerahkan tanah Mataram kepada Sutawijaya. Sebelumnya Sutawijaya mendirikan daerah yang menjadi bagian dari kerajaan Parang.

Namun hubungan kedua negara memburuk setelah Sutawijaya dinobatkan sebagai Syariat Mataram yang dikenal sebagai Panembahan Senopati. Melihat hal tersebut, Sultan Hadi Vijayah memimpin pasukan untuk menyerang Kerajaan Islam Mataland.

Secara umum kerajaan Barang bertempur dengan pasukan yang lebih banyak dari Mataland. Namun pada saat itu, tentara Mataram dikabarkan mendapat pertolongan para dewa, dan Barang berhasil dikalahkan.

Dalam bukunya Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Pemekaran Sultan Agung, De Graaf menjelaskan bagaimana Sultan Hadi Wijaya melarikan diri ke Tembayat keramat. Namun saat itu pintu makam tidak bisa dibuka.

“Itu memberinya firasat tentang pemerintahannya dan akhir hidupnya,” kata DeGraaf.

Sultan Hadi Wijaya kemudian melanjutkan penerbangan ke Parang. Namun di tengah jalan, raja terjatuh dari gajah. Raja kemudian melanjutkan perjalanannya dengan tandu hingga sampai di Bajang.

Namun setibanya di sana, kondisi Sultan Hadi Wijaya semakin memburuk. Panembahan Senopati yang mengikuti konvoi tentara Bajang tetap berada di desa sekitar. Dia belum pernah bertemu Sultan Parang, tapi dia juga tidak mau kembali ke Mataram.

Ketika Sultan Hadi Wijaya tiba di Pajang, ia bergabung dengan pasukan kecil dari Panembahan Senopati. Bahkan, Pangeran Benawa, putra Sultan Hadi Wijaya, ingin mengambil kesempatan untuk membunuhnya, namun ayahnya menghentikannya.

Dalam Serat Kandha, raja yang sakit itu percaya pada niat baik Senopati yang mengikutinya dari jauh. Ia sendiri tidak memarahi anaknya, melainkan Adipati Tuban karena menyerang Senopati.

Senopati masih bertahan dan berkemah pada malam ketiga di samping makam kakek Laweyan, Ki Gede Ngenis. Bahkan penguasa Mataram bermimpi Sultan Parang akan segera meninggal.

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, kerajaan Pajang diserahkan kepada Pangeran Benawa. Putra Sultan Hadi Wijaya ini tidak lama memegang kekuasaan sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Panambahan Senopati.
mpo slot
slot5000
mpo slot
slot 4d
gacor77
slot777

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *