budidanaartha

Juli 17, 2014

SEJARAH BALI

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 2:12 pm

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[4] tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi suba untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai titk darah penghabisan atau perang puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali ‘pejuang kemerdekaan’. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang. Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir. Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[5] Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.,tetapi karna semangat masyarakat bali untuk mempertahankan keindahan parwisata dan kebudayaannya sampai saat ini bali sudah mulai bangkit dan semakin di cintai para wisatawan.

TARIAN BALI

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 2:10 pm

Sejarah Tarian Bali Setelah kerajaan Majapahit menaklukkan bali pada abad ke-14, pemerintahan Jawa mulai banyak muncul dan menyatu dengan budaya setempat. Membuat Bali menjadi semakin canggih, dinamis dan lebih hidup. Narasi yang melengkapi tarian atau drama berdasarkan kepada cerita pemerintahan dari kerajaan Majapahit, bahkan cerita-cerita epos dari India, cerita pewayangan yang digemari di atas panggung menyerap banyak kutipan dari Kakawin Jawa kuno. Saat budaya Jawa mulai menghilang di abad ke 16 saat mulai masuknya budaya Islam, budaya jawa kuno masih hidup di bali dan menjadi budaya bali kuno. Saat pemerintah kolonial Belanda masuk ke Bali, seni klasik bali mulai runtuh. Dengan dikalahkannya pemerintahan setempat dan dengan pemimpin baru di Bali, pusat perkembangan seni berpindah ke desa-desa kecil, dan ke pengembangan pariwisata. Tahun 30 sampai 50an adalah dekade terbaik, teater narasi masih bisa bertahan, sementara pertunjukan tari tunggal muncul dimana-mana, didukung dengan musik baru yang lebih dinamis yang disebut dengan gong kebyar. Tren ini berlangsung hingga tahun 60 dan 70-an dengan munculnya sendratari kolosal, menampilkan cerita Jawa dan India kuno yang diadaptasi dengan kebutuhan penonton di Tari Bali tidak bisa dipisahkan dari agama. Sedikit persembahan berupa makanan dan bunga harus disiapkan bahkan hanya untuk tarian yang digunakan untuk menghibur wisatawan. Sebelum memulai pertunjukkan, banyak penari bersembahyang terlebih dahulu di pura yang ada di rumah mereka masing-masing, memohon ́taksu ́ (inspirasi) dari para dewa. Pada tradisi warisan leluhur ini, banyak orang mengatakan bahwa kedamaian dan harmoni berasal dari perlindungan yang diberikan dewa dan leluhur. Tarian dalam konteks ini bisa memiliki beberapa fungsi spesifik seperti : 1. Sebagai sarana tempat untuk dewa yang sedang turun ke dunia, penari akan berlaku sebagai tempat persinggahan dari dewa tersebut. Tari ini termasuk tari Sang Hyang Dedari dengan gadis kecil yang kesurupan, dan tari Sang Hyang Jaran, sebuah tarian api. 2. Sebagai sarana menyambut dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari pendet, rejang 3. Sebagai hiburan kepada dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari topeng dan wayang. Peran dari tarian ini sangat penting dan merupakan kunci dari segala maksud dan tujuan yang didapat dalam sebuah upacara. Pada pertunjukan wayang, sang dalang sering dianggap sebagai sang “pendeta” yang memberikan air suci. Selain berfungsi dalam upacara agama, tarian dan drama juga memiliki isi yang sarat makna religius. sering dikatakan bahwa drama adalah media yang lebih dipilih untuk tradisi warga Bali. Cerita yang dipertunjukkan biasanya terkait dengan upacara yang sedang dilaksanakan. Saat berlangsung upacara pernikahan, akan dipertunjukkan cerita tentang pernikahan. Saat upacara kematian, cerita yang ditampilkan adalah kisah seorang kesatria yang turun ke “neraka”. Para pelawak (penasar) membawakan cerita dengan mengangkat materi tentang keagamaan dan isu- isu sosial yang menggunakan bahasa Kawi (Jawa Kuno). Postur khas dari tarian bali adalah posisi kaki yang setengah tertekuk, dada diangkat ke satu sisi dengan siku yang diangkat dan diturunkan dalam gerakan yang menampilkan kelenturan tangan dan jemari. Dada diangkat secra simetris dengan lengan. Bila lengan ke kanan, maka dada diangkat ke kiri dan begitu juga sebaliknya. Selain dari kostum yang dikenakan, tokoh pria dan wanita bisa dikenali dari penekanan pada gerakan -gerakan tertentu. Kaki dari para wanita ditekuk dan dirapatkan, telapak kaki dibuka, jadi akan memberikan kesan tubuh melengkung kebelakang yang sensual. Kaki para pria dibuat melengkung dan bahu mereka diangkat, dengan gerakan yang lebih dominan untuk memberikan kesan kekuatan. Gerakan tarian ini saling mengikuti antara satu sama lain dengan gerakan terus menerus tanpa istirahat dan tidak ada gerakan melompat (kecuali untuk beberapa karakter setan Setiap gerakan dasar (agem), seperti pada pembukaan tirai atau saat memegang kain, telah berubah ke bentuk agem lain melalui kesuksesan gerakan lain yaitu tandang. Perkembangan dari satu seri ke seri lain dan perubahan gerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya ditandai dengan hentakan kecil yang disebut angsel. Ekspesi ini disempurnakan dengan mimik wajah : tangkep. Bahkan mata pun ikut menari, seperti yang terlihat pada tari Baris dan Trunajaya. Tari Tambulilingan atau tari lebah. Warga Bali seperti perpaduan sebuah keseriusan dengan lelucon yang kasar dimana semuanya terlihat dari tari-tariannya. Pada umumnya tarian ini sederhana dan lurus seperti komedi untuk para bangsawan dimana anda bisa bersorak dan menjauh dari panggung saat tokoh jahat muncul. Beberapa tarian memiliki unsur lawakan yang mengimbangi keseriusan karakter yang rendah hati. Tokoh pelawak biasanya membawa alur cerita ke penonton, biasanya tokoh utama yang rendah hati menggunakan bahasa jawa kuno dan sang pelawak (biasanya pelayan dari sang pelawak) menggunakan bahasa sehari-hari. “Cak-cak-cak.” Suara obsesif dari paduan suara yang tak lekang dimakan zaman tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. Kegelapan kemudian menyelimuti panggung. Ratusa pria bertelanjang dada duduk melingkar dibawah cahaya lampu minyak yang berkelap-kelip. “Cak-Cak”. Mereka kemudian mulai menari dengan suara yang dihasilkan dari teriakan mereka, tangan diangkat ke udara dan tubuh mereka digerakkan bersama-sama. Ini adalah Tari Kecak yang unik, tari yang paling terkenal diantara tarian Bali yang lainnya. Tari Barong dan Kris seperti tari Kecak. Tari Barong dan Kris ini adalah pertempuran antara roh kebaikan melawan roh kejahatan. Barong bisa mengambil berbagai bentuk, namun pada tarian ini mengambil bentuk Barong Keket, Barong yang paling suci diantara barong lainnya. Barong Keket adalah makhluk yang aneh, setengah anjing berbulu lebat dan setengah harimau yang dimainkan oleh dua orang. Musuhnya adalah Rangda. Barong memiliki kepribadian yang baik dan melindungi desa dari Rangda, tapi Barong juga merupakan sosok yang jahil dan penyayang. Barong muncul ke halaman pura, menghentakan rahangnya seiring gamelan, menari dan menikmati dukungan beberapa lelaki yang membawa keris. Rangda kemudian menampakkan wujudnya, lidahnya yang panjang menjulur, payudaranya yang panjang beroyang-goyang, isi perut manusia melingkar di lehernya, taring yang panjang keluar dari mulutnya dan cakarnya yang panjang melayang di udara. Tari legong adalah tarian yang paling anggun diantara tarian Bali yang lainnya dan bagi penikmat tari Bali, tarian ini adalah yang paling menyedot perhatian. Penari Legong adalah gadis kecil yang beruisa delapan atau sembilan tahun. Sebuah hal penting yang melekat pada penari Legong adalah dia akan terus dikenang sebagai penari legong yang hebat meski masa keemasannya lebih dari 50 tahun yang lalu. Tarian para pejuang atau dikenal dengan nama tari Baris adalah penyetara dari tari Legong yang feminim dan berkat yang didapatkan akan memberikan jiwa yang energik, siap bertempur dan bisa membela diri. Tarian tunggal, penari Baris harus bisa menyampaikan pemikiran dan emosi dari seorang prajurit yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke medan pertempuran dan bertemu dengan musuh di medan perang. Para penari harus bisa menampilkan perubahan emosinya tidak hanya melalui gerakan tariannya tapi juga dari mimik wajah yang ditampilkan. Ksatria, kebanggaan, kemarahan, kecakapan dan pengampunan (perang adalah hal buruk, bahkan di Bali) semuanya harus bisa ditampilkan dengan baik. Kebyar adalah tari tunggal pria seperti tari Baris, tapi lebih menekankan pada kemampuan pribadi sang penari. Perkembangan tari Kebyar masa kini di persembahkan oleh seniman tari perang Mario. Ada banyak bentuk dari tarian ini termasuk Kebyar Duduk dimana tarian dilakukan dalam posisi duduk dengan gerakan tangan, lengan dan dada ditambah ekspresi wajah yang sangat penting. Kebyar Trompong adalah tarian dimana sang penari ikut dalam menabuh gamelan dengan memainkan alat musik yang disebut Trompong sambil terus menari. Covarrubias dan Hickman dalam bukunya menyebutkan sebuah tarian, hampir tidak mencirikan tarian bali, sebuah tarian yang tiba-tiba ada pada tahun 1920an dan 1930an. Hari ini tarian tersebut tidak lagi sebuah tarian yang asing. Tarian ini memiliki beberapa kesamaan dengan tarian lain yang ada di Bali termasuk Tari Sanghyang dimana suara lembut dari para wanita sangat kontras dengan suara keras yang dibuat oleh para pria. Pada tari Janger, formasi 12 wanita dan 12 pria duduk dan menari dimana gerakan dan suara lembut para wanita berpadu dengan gerakan tegas dan suara yang keras dari para pria. Kata topeng berarti menempel di wajah. Tari topeng adalah tarian dimana sang penari harus mengikuti karakter topeng yang ia mainkan. Sebagai contoh Topeng Tua, adalah sebuah tarian tunggal klasik yang menggunakan topeng seorang lelaki tua dan menuntut sang penari menirukan gerakan seorang pria renta. Pada tarian lain, penari harus menirukan berbagai tokoh dan karakter yang ada pada topeng. Koleksi lengkap seorang penari topeng bisa berjumlah 30 Pendet adalah tarian yang berlangsung setiap hari di pura, prosesi sederhana yang dilakukan sebelum menghaturkan sesajen di pura, tidak memerlukan latihan khusus. Anda mungkin sering melihat tari Pendet dilakukan oleh seorang wanita yang membawa persembahan saat upacara keagamaan di pura, tapi kadang-kadang juga dilakukan sebagai tarian pembuka dan penutup dari pagelaran pentas seni tari yang lainnya. Tarian ini pada awalnya bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dari desa. Sanghyang adalah roh suci yang sementara mengambil tempat di tubuh sang penari yang kerasukan. Tari Sanghyang Dedari ditampilkan oleh dua gadis muda yang menari seperti pada tarian Legong. Para penari tidak dilatih khusus dalam tarian ini dan terlebih lagi tarian ini dilakukan dalam irama dan gerakan yang sempurna tetapi dalam keadaan mata penari yang benar-benar tertutup. Paduan suara wanita dan suara kecak dari para pria mengiringi tarian ini namun saat suara-suara tidak lagi terdengar, para penari pun jatuh pingsan. Seperti di Sumatra dan Jawa, Musik di Bali juga berdasarkan pada orkestra Gamelan. Keseluruhan orkestra gamelan dikenal dengan nama gong. Gong tua disebut dengan gong gede dan gong yang lebih modern disebut dengan gong kebyar. Ada bentuk gong yang bahkan lebih tua yang disebut dengan gong selunding, masih dimainkan di desa Bali Aga seperti desa Tenganan. Walaupun instrumen musiknya hampir sama, gamelan bali akan terdengar berbeda dari yang anda dengar di Jawa. Sebagai contoh gamelan Jogja, gamelan yang bersifat khusus, formal dan mungkin yang terlembut dan terhalus dalam gamelan. Sementara gamelan Bali kadang terdengar seperti setiap orang memukul instrumennya bersamaan. Gamelan Jawa jarang diperdengarkan kecuali dalam upacara atau hal-hal khusus, sementara di Bali anda seperti bisa mendengar Gamelan kapan saja dan dimana saja anda berkunjung.

PENYAKIT WANITA

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 2:09 pm

Kanker payudara sudah tidak asing lagi di telinga kita, hampir setiap orang mengenal penyakitini. Mendengar nama kanker yang terdapat dalam pikiran tentu saja sebuah nama penyakit yangsangat berbahaya dan mengerikan serta momok yang sangat menakutkan. Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada jaringan payudara, dimana biasanya terbentuk di dalam saluran yang membawa susu ke punting susu atau kelenjar yang menghasilkan susu pada wanita. Kanker jenis ini umumnya terjadi pada kaum hawa. Kanker payudara atau istilah medisnya kanker mamae merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang menyerang wanita Indonesia. Utamanya menyerang wanita yang telah berumur 40 tahun ke atas. Wanita yang belum pernah melahirkan, mengalami kehamilkan pertama di atas usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak, mengalami siklus menstruasi yang panjang (mendapat haid pertamka kurang dari 12 tahun dan menopause lebih dari 50 tahun), pernah mendapat radiasi pada payudara, mengalami trauma pada payudara, mempunyai keluarga yang menderita penyakit ini, memiliki risiko tinggi untuk menderita kanker payudara.

JENIS PEMERIKSAAN KANKER PAYUDARA

PARAMETER FUNGSI PEMERIKSAAN

Ca.15.3 Monitoring terapi kanker payudara

CEA Screening tumor marker, follow up therapy

USG Mammae Melihat adanya kelainan pada jaringan mammae

PA Jaringan Mammae Menentukan keganasan jaringan mammae

Mammografi Test Melihat adanya kelainan pada jaringan mammae

Beberapa ciri fisik dan tanda awal dari penyakit kanker payudara yaitu adanya benjolan kecil pada jaringan di sekeliling payudara, terasa keras, tampak kerutan-kerutan pada kulit payudara, keluarnya darah atau nanah pada punting susu, perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar dan tertarik ke dalam, dapat menjadi tanda-tanda kemungkinan terjadinya kanker payudara. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi factor yang memegang peranan terjadinya kanker ini adalah hormone estrogen. Memeriksakan perubahan yang terjadi pada payudara secara rutin perlu dilakukan, sehingga jika terdeteksi ada kelainan dapat segera diantisipasi. Untuk mendeteksi dini kanker payudara dapat melakukan pemeriksaan sendiri pada payudara (SADARI) setiap bulan (5-7 hari setelah haid). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan kelainan atau tidak pada payudara. Sejumlah tanda tersebut di atas memang merupakan ciri-ciri kanker payudara. Walaupun demikian, jika mengalami satu atau lebih hal tersebut, belum tentu menderita kanker payudara. Cobalah periksakan diri ke dokter dan lalukan tes mammografi. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu harus secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap payudara sendiri. Semakin sering memeriksakan payudara, maka semakin lebih “mengenal” kanker payudara serta akan lebih mudah untuk menyadari jika terdapat hal yang tidak normal. Pemeriksaan payudara merupakan langkah penting untuk deteksi dini kanker payudara.

MAKEPUNG DI DESA JAMBRANA

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 2:05 pm

Makepung adalah tradisi bali sama seperti karapan sapi hanya saja makepu menggunakan hewan kerbau. Mekepu berasal dari kabupaten jembrana, bali. Makepung artinya berkejar-kejaran inspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai Bajak Lampit Slau. Saat ini mekepung di jadikan ajang perlombaan yang menarik. Berbeda dengan dulu saat ini pakaian joki makepung sudah berubah hanya menggunakan kaos berkerah lengan panjang, pengikat kepala dan celana panjang. Sistem pertandingan makepung sangatlah unik berbeda dengan karapan sapi yang di mainkan di lapangan yang datar. Makepung di mainkan di jalanan yang datar dan lebar yang relatif hanya muat 1 makepung. Sistem pertandingan makepung adalah apabila makepung yang di depan bisa menjaga jarak 10 meter dari makepung yang di belakang maka makepung depanlah yang menang dan apabila mekepung yang di depan tidak bisa menjaga jarak 10 meter dari makepung yang di belakang maka makepung belakanglah yang menang. Pesan moral yang dapat di ambil dari tradisi makepung adalah kerja keras, keberanian, dan kerjasama.

.SEJARAH MAKEPUNG

Atraksi Mekepung di sawah ini berkembang sekitar tahun 1930 dan Sais-
nya berpakain ala prajurit Kerajaan di Bali zaman dulu yaitu memakai destar, selendang, selempod, celana panjang tanpa alas kaki dan dipinggang terselip sebilah pedang yang memakai sarung poleng (warna hitam putih). Makepung dibagi menjadi 2 wilayah (blok) yaitu blok barat(hijau), blok timur (merah). Mekepung juga berarti kejar-kejaran, inspirasi berasal dari kegiatan petani pengolahan sawah mereka sebelum mereka menanam benih padi yang bajak lahan basah ke dalam lumpur dengan menggunakan bajak tradisional.Bajak ditarik oleh dua ekor kerbau, kerbau mengenakan alat dekoratif seperti lonceng kayu, sehingga ketika kerbau berjalan menarik bajak akan terdengar suara seperti musik.asal usul dari tradisi makepung ini tidak menggunakan sapi, karena sapi merupakan hewan yang disucikan oleh masyarakat Hindu Bali, maka mereka memilih menggunakan kerbau sebagai hewan pekerja dan tunggangan. Tradisi makepung ini sangat populer di Jembaran, di bagian barat Pulau Bali.

MAKANA MAKEPUNG

1.Mekepung sebagai salah satu tradisi khas dan kegemaran masyarakat Kabupaten Jembrana sampai saat ini.

2.Aset pariwisata yang setrategis dan potensial untuk dilestarikan dan dikembangkan, karena daya tarik dan keunikannya yang tiada duanya di Bali dan bahkan di tingkat nasional dan internasional. serta sebagai ajang promosi Pariwisata Kabupaten Jembrana pada khususnya dan Bali pada umumnya

3.Pelaksanaan lomba mekepung juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap sektor lain seperti pertanian dan peternakan, karena dengan adanya tradisi Mekepung, terbukti mampu mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian, dan di sisi lain masyarakat merasa terpacu untuk memelihara karbau secara intensif guna bisa ikut berpartisipasi dalam lomba mekepung yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun.

MAKEPUNG DI JEMBRANA

Makepung adalah tradisi bali sama seperti karapan sapi hanya saja makepu menggunakan hewan kerbau. Mekepu berasal dari kabupaten jembrana, bali. Makepung artinya berkejar-kejaran inspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai Bajak Lampit Slau. Saat ini mekepung di jadikan ajang perlombaan yang menarik. Berbeda dengan dulu saat ini pakaian joki makepung sudah berubah hanya menggunakan kaos berkerah lengan panjang, pengikat kepala dan celana panjang. Sistem pertandingan makepung sangatlah unik berbeda dengan karapan sapi yang di mainkan di lapangan yang datar. Makepung di mainkan di jalanan yang datar dan lebar yang relatif hanya muat 1 makepung. Sistem pertandingan makepung adalah apabila makepung yang di depan bisa menjaga jarak 10 meter dari makepung yang di belakang maka makepung depanlah yang menang dan apabila mekepung yang di depan tidak bisa menjaga jarak 10 meter dari makepung yang di belakang maka makepung belakanglah yang menang. Pesan moral yang dapat di ambil dari tradisi makepung adalah kerja keras, keberanian, dan kerjasama.

.SEJARAH MAKEPUNG

Atraksi Mekepung di sawah ini berkembang sekitar tahun 1930 dan Sais-
nya berpakain ala prajurit Kerajaan di Bali zaman dulu yaitu memakai destar, selendang, selempod, celana panjang tanpa alas kaki dan dipinggang terselip sebilah pedang yang memakai sarung poleng (warna hitam putih). Makepung dibagi menjadi 2 wilayah (blok) yaitu blok barat(hijau), blok timur (merah). Mekepung juga berarti kejar-kejaran, inspirasi berasal dari kegiatan petani pengolahan sawah mereka sebelum mereka menanam benih padi yang bajak lahan basah ke dalam lumpur dengan menggunakan bajak tradisional.Bajak ditarik oleh dua ekor kerbau, kerbau mengenakan alat dekoratif seperti lonceng kayu, sehingga ketika kerbau berjalan menarik bajak akan terdengar suara seperti musik.asal usul dari tradisi makepung ini tidak menggunakan sapi, karena sapi merupakan hewan yang disucikan oleh masyarakat Hindu Bali, maka mereka memilih menggunakan kerbau sebagai hewan pekerja dan tunggangan. Tradisi makepung ini sangat populer di Jembaran, di bagian barat Pulau Bali.

Halo dunia!

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 5:56 am

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.