budidanaartha

Juli 17, 2014

TARIAN BALI

Filed under: Tak Berkategori —— budidanaartha @ 2:10 pm

Sejarah Tarian Bali Setelah kerajaan Majapahit menaklukkan bali pada abad ke-14, pemerintahan Jawa mulai banyak muncul dan menyatu dengan budaya setempat. Membuat Bali menjadi semakin canggih, dinamis dan lebih hidup. Narasi yang melengkapi tarian atau drama berdasarkan kepada cerita pemerintahan dari kerajaan Majapahit, bahkan cerita-cerita epos dari India, cerita pewayangan yang digemari di atas panggung menyerap banyak kutipan dari Kakawin Jawa kuno. Saat budaya Jawa mulai menghilang di abad ke 16 saat mulai masuknya budaya Islam, budaya jawa kuno masih hidup di bali dan menjadi budaya bali kuno. Saat pemerintah kolonial Belanda masuk ke Bali, seni klasik bali mulai runtuh. Dengan dikalahkannya pemerintahan setempat dan dengan pemimpin baru di Bali, pusat perkembangan seni berpindah ke desa-desa kecil, dan ke pengembangan pariwisata. Tahun 30 sampai 50an adalah dekade terbaik, teater narasi masih bisa bertahan, sementara pertunjukan tari tunggal muncul dimana-mana, didukung dengan musik baru yang lebih dinamis yang disebut dengan gong kebyar. Tren ini berlangsung hingga tahun 60 dan 70-an dengan munculnya sendratari kolosal, menampilkan cerita Jawa dan India kuno yang diadaptasi dengan kebutuhan penonton di Tari Bali tidak bisa dipisahkan dari agama. Sedikit persembahan berupa makanan dan bunga harus disiapkan bahkan hanya untuk tarian yang digunakan untuk menghibur wisatawan. Sebelum memulai pertunjukkan, banyak penari bersembahyang terlebih dahulu di pura yang ada di rumah mereka masing-masing, memohon ́taksu ́ (inspirasi) dari para dewa. Pada tradisi warisan leluhur ini, banyak orang mengatakan bahwa kedamaian dan harmoni berasal dari perlindungan yang diberikan dewa dan leluhur. Tarian dalam konteks ini bisa memiliki beberapa fungsi spesifik seperti : 1. Sebagai sarana tempat untuk dewa yang sedang turun ke dunia, penari akan berlaku sebagai tempat persinggahan dari dewa tersebut. Tari ini termasuk tari Sang Hyang Dedari dengan gadis kecil yang kesurupan, dan tari Sang Hyang Jaran, sebuah tarian api. 2. Sebagai sarana menyambut dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari pendet, rejang 3. Sebagai hiburan kepada dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari topeng dan wayang. Peran dari tarian ini sangat penting dan merupakan kunci dari segala maksud dan tujuan yang didapat dalam sebuah upacara. Pada pertunjukan wayang, sang dalang sering dianggap sebagai sang “pendeta” yang memberikan air suci. Selain berfungsi dalam upacara agama, tarian dan drama juga memiliki isi yang sarat makna religius. sering dikatakan bahwa drama adalah media yang lebih dipilih untuk tradisi warga Bali. Cerita yang dipertunjukkan biasanya terkait dengan upacara yang sedang dilaksanakan. Saat berlangsung upacara pernikahan, akan dipertunjukkan cerita tentang pernikahan. Saat upacara kematian, cerita yang ditampilkan adalah kisah seorang kesatria yang turun ke “neraka”. Para pelawak (penasar) membawakan cerita dengan mengangkat materi tentang keagamaan dan isu- isu sosial yang menggunakan bahasa Kawi (Jawa Kuno). Postur khas dari tarian bali adalah posisi kaki yang setengah tertekuk, dada diangkat ke satu sisi dengan siku yang diangkat dan diturunkan dalam gerakan yang menampilkan kelenturan tangan dan jemari. Dada diangkat secra simetris dengan lengan. Bila lengan ke kanan, maka dada diangkat ke kiri dan begitu juga sebaliknya. Selain dari kostum yang dikenakan, tokoh pria dan wanita bisa dikenali dari penekanan pada gerakan -gerakan tertentu. Kaki dari para wanita ditekuk dan dirapatkan, telapak kaki dibuka, jadi akan memberikan kesan tubuh melengkung kebelakang yang sensual. Kaki para pria dibuat melengkung dan bahu mereka diangkat, dengan gerakan yang lebih dominan untuk memberikan kesan kekuatan. Gerakan tarian ini saling mengikuti antara satu sama lain dengan gerakan terus menerus tanpa istirahat dan tidak ada gerakan melompat (kecuali untuk beberapa karakter setan Setiap gerakan dasar (agem), seperti pada pembukaan tirai atau saat memegang kain, telah berubah ke bentuk agem lain melalui kesuksesan gerakan lain yaitu tandang. Perkembangan dari satu seri ke seri lain dan perubahan gerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya ditandai dengan hentakan kecil yang disebut angsel. Ekspesi ini disempurnakan dengan mimik wajah : tangkep. Bahkan mata pun ikut menari, seperti yang terlihat pada tari Baris dan Trunajaya. Tari Tambulilingan atau tari lebah. Warga Bali seperti perpaduan sebuah keseriusan dengan lelucon yang kasar dimana semuanya terlihat dari tari-tariannya. Pada umumnya tarian ini sederhana dan lurus seperti komedi untuk para bangsawan dimana anda bisa bersorak dan menjauh dari panggung saat tokoh jahat muncul. Beberapa tarian memiliki unsur lawakan yang mengimbangi keseriusan karakter yang rendah hati. Tokoh pelawak biasanya membawa alur cerita ke penonton, biasanya tokoh utama yang rendah hati menggunakan bahasa jawa kuno dan sang pelawak (biasanya pelayan dari sang pelawak) menggunakan bahasa sehari-hari. “Cak-cak-cak.” Suara obsesif dari paduan suara yang tak lekang dimakan zaman tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. Kegelapan kemudian menyelimuti panggung. Ratusa pria bertelanjang dada duduk melingkar dibawah cahaya lampu minyak yang berkelap-kelip. “Cak-Cak”. Mereka kemudian mulai menari dengan suara yang dihasilkan dari teriakan mereka, tangan diangkat ke udara dan tubuh mereka digerakkan bersama-sama. Ini adalah Tari Kecak yang unik, tari yang paling terkenal diantara tarian Bali yang lainnya. Tari Barong dan Kris seperti tari Kecak. Tari Barong dan Kris ini adalah pertempuran antara roh kebaikan melawan roh kejahatan. Barong bisa mengambil berbagai bentuk, namun pada tarian ini mengambil bentuk Barong Keket, Barong yang paling suci diantara barong lainnya. Barong Keket adalah makhluk yang aneh, setengah anjing berbulu lebat dan setengah harimau yang dimainkan oleh dua orang. Musuhnya adalah Rangda. Barong memiliki kepribadian yang baik dan melindungi desa dari Rangda, tapi Barong juga merupakan sosok yang jahil dan penyayang. Barong muncul ke halaman pura, menghentakan rahangnya seiring gamelan, menari dan menikmati dukungan beberapa lelaki yang membawa keris. Rangda kemudian menampakkan wujudnya, lidahnya yang panjang menjulur, payudaranya yang panjang beroyang-goyang, isi perut manusia melingkar di lehernya, taring yang panjang keluar dari mulutnya dan cakarnya yang panjang melayang di udara. Tari legong adalah tarian yang paling anggun diantara tarian Bali yang lainnya dan bagi penikmat tari Bali, tarian ini adalah yang paling menyedot perhatian. Penari Legong adalah gadis kecil yang beruisa delapan atau sembilan tahun. Sebuah hal penting yang melekat pada penari Legong adalah dia akan terus dikenang sebagai penari legong yang hebat meski masa keemasannya lebih dari 50 tahun yang lalu. Tarian para pejuang atau dikenal dengan nama tari Baris adalah penyetara dari tari Legong yang feminim dan berkat yang didapatkan akan memberikan jiwa yang energik, siap bertempur dan bisa membela diri. Tarian tunggal, penari Baris harus bisa menyampaikan pemikiran dan emosi dari seorang prajurit yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke medan pertempuran dan bertemu dengan musuh di medan perang. Para penari harus bisa menampilkan perubahan emosinya tidak hanya melalui gerakan tariannya tapi juga dari mimik wajah yang ditampilkan. Ksatria, kebanggaan, kemarahan, kecakapan dan pengampunan (perang adalah hal buruk, bahkan di Bali) semuanya harus bisa ditampilkan dengan baik. Kebyar adalah tari tunggal pria seperti tari Baris, tapi lebih menekankan pada kemampuan pribadi sang penari. Perkembangan tari Kebyar masa kini di persembahkan oleh seniman tari perang Mario. Ada banyak bentuk dari tarian ini termasuk Kebyar Duduk dimana tarian dilakukan dalam posisi duduk dengan gerakan tangan, lengan dan dada ditambah ekspresi wajah yang sangat penting. Kebyar Trompong adalah tarian dimana sang penari ikut dalam menabuh gamelan dengan memainkan alat musik yang disebut Trompong sambil terus menari. Covarrubias dan Hickman dalam bukunya menyebutkan sebuah tarian, hampir tidak mencirikan tarian bali, sebuah tarian yang tiba-tiba ada pada tahun 1920an dan 1930an. Hari ini tarian tersebut tidak lagi sebuah tarian yang asing. Tarian ini memiliki beberapa kesamaan dengan tarian lain yang ada di Bali termasuk Tari Sanghyang dimana suara lembut dari para wanita sangat kontras dengan suara keras yang dibuat oleh para pria. Pada tari Janger, formasi 12 wanita dan 12 pria duduk dan menari dimana gerakan dan suara lembut para wanita berpadu dengan gerakan tegas dan suara yang keras dari para pria. Kata topeng berarti menempel di wajah. Tari topeng adalah tarian dimana sang penari harus mengikuti karakter topeng yang ia mainkan. Sebagai contoh Topeng Tua, adalah sebuah tarian tunggal klasik yang menggunakan topeng seorang lelaki tua dan menuntut sang penari menirukan gerakan seorang pria renta. Pada tarian lain, penari harus menirukan berbagai tokoh dan karakter yang ada pada topeng. Koleksi lengkap seorang penari topeng bisa berjumlah 30 Pendet adalah tarian yang berlangsung setiap hari di pura, prosesi sederhana yang dilakukan sebelum menghaturkan sesajen di pura, tidak memerlukan latihan khusus. Anda mungkin sering melihat tari Pendet dilakukan oleh seorang wanita yang membawa persembahan saat upacara keagamaan di pura, tapi kadang-kadang juga dilakukan sebagai tarian pembuka dan penutup dari pagelaran pentas seni tari yang lainnya. Tarian ini pada awalnya bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dari desa. Sanghyang adalah roh suci yang sementara mengambil tempat di tubuh sang penari yang kerasukan. Tari Sanghyang Dedari ditampilkan oleh dua gadis muda yang menari seperti pada tarian Legong. Para penari tidak dilatih khusus dalam tarian ini dan terlebih lagi tarian ini dilakukan dalam irama dan gerakan yang sempurna tetapi dalam keadaan mata penari yang benar-benar tertutup. Paduan suara wanita dan suara kecak dari para pria mengiringi tarian ini namun saat suara-suara tidak lagi terdengar, para penari pun jatuh pingsan. Seperti di Sumatra dan Jawa, Musik di Bali juga berdasarkan pada orkestra Gamelan. Keseluruhan orkestra gamelan dikenal dengan nama gong. Gong tua disebut dengan gong gede dan gong yang lebih modern disebut dengan gong kebyar. Ada bentuk gong yang bahkan lebih tua yang disebut dengan gong selunding, masih dimainkan di desa Bali Aga seperti desa Tenganan. Walaupun instrumen musiknya hampir sama, gamelan bali akan terdengar berbeda dari yang anda dengar di Jawa. Sebagai contoh gamelan Jogja, gamelan yang bersifat khusus, formal dan mungkin yang terlembut dan terhalus dalam gamelan. Sementara gamelan Bali kadang terdengar seperti setiap orang memukul instrumennya bersamaan. Gamelan Jawa jarang diperdengarkan kecuali dalam upacara atau hal-hal khusus, sementara di Bali anda seperti bisa mendengar Gamelan kapan saja dan dimana saja anda berkunjung.

Komentar ditutup.

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.