Archive for the ‘Tak Berkategori’ Category

INSTRUMEN REONG

Senin, Juli 7th, 2014

reong Instumen Reyong Reong adalah instrument yang bentuknya memanjang dan berpencon . Instrument ini pada umumnya memiliki pencon sebanyak 12(dua belas) buah yang diawali dengan nada ndeng dan diakhiri dengan nada ndung. Instrument ini dapat dimainkan atau dipukul oleh empat orang dengan masing-masing ornag memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kanan dan tangan kiri. Keempat orang pemain ini masing-masing dinamakan ; penyorang, pengenter, penyelah dan pemetit. Suara yang bisa ditimbulkan oleh instrument ini adalah suara mati yang diberi tanda O dan suara hidup atau ngelumbar diberikan tanda O. Pukulan ini terletak pada masing-masing moncol. Sedangkan pukulan lambe ditangan kanan diberi  tanda C sedangkan tangan kiri diberikan tandak.  Umumnya reyong dibuat dari bahan kerawang (campuran timah murni dan tembaga) namun ada juga yang dibuat dari bahan besi atau pelat. Warna pencon reyong umumnya berwarna keemasan tergantung bahan yang digunakan.Satu pencon reyong hanya dapat menghasilkan satu nada saja, sehingga pada sebuah instrumen gamelan, satu tungguh reyong terdapat beberapa pencon reyong menyesuaikan dengan banyak nada yang digunakan oleh instrumen gamelan tersebut. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan sebuah pencon reyong ditentukan oleh besar kecil pencon dan cembung cekungnya pencon reyong. Semakin besar pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan, dan semakin cembung pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan.   Pada gong kebyar, satu tungguh reyong menggunakan dua belas pencon reyong dengan wilayah nada 3 oktaf, dengan susunan nada dari nada 5, 7, 1, 3, 4, 5, 7, 1, 3, 4, 5, 7, dibaca ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan ndung. Dua belas pencon reyong tersebut diletakan pada sebuah penyangga yang biasa disebut “Pelawah”. Semua pencon reyong tersebut diikat dengan tali pada lubang “gegorok” (lubang yang ada pada bagian bawah pencon). Penempatan nada-nada reyong berjejer dari nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan ukurannya besar ke kecil (nirus).   Pelawah dibuat dari bahan kayu yang dirangkai berbentuk memanjang menyerupai balok dengan kaki yaitu pada samping kiri, kanan, dan tengah. Pada bagian atas diisi sekat-sekat yang lebarnya disesuaikan dengan ukuran pencon masing-masing nada untuk meletakkan reyong agar tidak berpindah-pindah ketika dimainkan. Tinggi pelawah disesuaikan supaya dapat dimainkan dengan senyaman mungkin, pada umumnya tinggi pelawan sekitar +40cm.   Penyangga dibuat sedemikian indah dari segi bentuk, dan warna. Sisi kanan dan kiri yang langsung menjadi bagian kaki dibuat dengan menyerupai gapura melengkung dari bagian tengah hingga bagian atas, sama seperti kaki pada bagian samping, kaki tengah dibuat dengan bentuk gapura juga. Diukir dengan ukiran-ukiran khas bali misalnya motif wajah rangda. Pada bagian depan juga diukir dengan ukiran bunga. Ukiran-ukiran diwarna sedemikian indah, kebanyakan menggunakan cat prada (cat warna emas) dengan cat dasar warna merah. Reyong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan teknik khusus permainan reyong. Pada gong kebyar, Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh masing-masing mempergunakan dua buah panggul pada tangan kanan dan kiri. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nadanya masing-masing sesuai dengan teknik pukulan yang dimainkan.   Adapun jenis-jenis pukulan pada reong adalah sebagai berikut ;

  1. Pukulan ngeremteb

Adalah nama dari salah satu pukulan reong yang menggunakan pola pukulan yang lebih mementingkan pada pola ritme daripada pola nada. Untuk mewujudkan pukulan ini moncol reyong di pukul dengan cara bersama. Nadanya bisa berbeda antara nada yang satu dengan nada yang lain. Suara yang muncul dalam pukulan ini adalah suara mati ( ditutup ) dan suara  hidup/ ngelumbar ( suara tidak ditutup ).

  1. Pukulan nerumpuk

Adalah nama dari salah satu pukulan reong yang memukul satu moncol atau satu nada yang dipukul oleh tangan kanan dan tangan kiri secara beruntun. Pukulan ini bisa dilakukan atau disajikan oleh keempat pemainnya.

  1. Pukulan norot, ngesot dan ngodot

Adalah nama dari salah satu pukulan instrument reong. Pukulan norot, ngosot dan nngodot ada dua macam yaitu ; Pukulan norot cepat ( gencang ) dan pukulan norot pelan ( adeng ).

  • Norot cepat ( gencang )

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri yang salah satu pemain ( penyorag )yang memukul sambil menutup atau nekes, yang pelaksanaannya bergantian dan tangan kanan lebih sering.

  • Norot pelan ( adeng )

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain ( penyorag ) yang memukul sambil menutup/ nekes dimana pelaksanaannya bergantian.

  1. Pukulan memanjing

Adalah pukulan reong yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian dimana letak pukulan di bagian muka ( mue ) yang sering juga disebut lambe pada waktu akan membuat angsel-angsel

  1. Pukulan ubit-ubitan ( ngubit )

Adalah sebuah teknik permainan yang dihasilkan dari perpaduan sistem on-beat (polos) dan off-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukan akan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan jalinan atau ubit-ubitan. Pukulan ini biasa juga disebut dengan istilah inter loking. Dalam literatul ubit-ubitan sebuah teknik sebuah teknik permainan gambelan bali yang disusun oleh bapak Dr. I  Made Bandem, ada menyebutkan jenis-jenis  pukulan ubit-ubitan. Contohnya :   Ubit-ubitan nyalimput   Perpaduan antara pemain penyorong yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan pemain pengenter juga dilakukan oleh tangan kanan dan kiri. Sehingga membentuk suatu jalinan (kotekan). Jumlah nada yang dipukul adalah empat nada. Nada dan moncol pertama dipukul oleh tangan kiri bagian penyorong sedangkan nada dan moncol keempat dipukul oleh tangan kanan pengenter, sedangkan tangan kanan bagian penyorong dan tangan kiri bagian pengenter memukul nada / moncol kedua dan ketiga sedhingga dapat membuat suatu jalinan atau kotekan.   Pukulan ubit-ubitan gegelut   Perpaduan antara pemain penyorong yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri sedangkan pemain pengenter juga melakukan dengan tangan kanan dan tangan kiri sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan. Jumlah nada serta moncol yang dipukul berjumlah tiga nada atau tiga moncol yang berbeda. Nada atau moncol pertama dipukul oleh tangan kiri bagian penyorong  dan nada atau moncol kedua dipukul oleh tangan kanan penyorong dan tangan kiri pengenter, sedangkan tangan kanan pengenter memukul nada atau moncol ketiga sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan “neluin”.

  1. Pukulan beburu

Adalah pola salah satu pukulan reong yang membuat suatu pukulan yang saling berkejar-kejaran dengan nada yang beruntun kenada yang lebih tinggi. Pukulan berburu pada instrument reong adalah memukul empat buah nada yang berbeda dipukul oleh dua orang pemain dengan memakai tangan kanan dan tangan kiri. Pukulan tangan kiri penyorong dengan tangan kanan pengenter bertemu sekali dalam waktu yang bersamaan, sedangkan tangan kanan penyorong dan tangan kiri pengenter bertemu sekali tetapi tidak bersamaan.   reong dalam gong kebyar juga mempuyai fungsi sebagai  membuat angsel-angsel yang jenis pukulannya sama dengan cengceng yang  dimana sering menonjol pada tabuh tari-tarian, pada tabuh kreasi terutama pada bagian bapang.           Sumber : I GEDE PANDE MUSTIKA S.Skar

TARI BARIS TUNGGAL

Senin, Juli 7th, 2014

BARIS TUNGGAL                      TARI BARIS TUNGGAL

Tari Baris Tunggal mengisahkan seorang pemuda yang gagah berani dengan sifat keprajuritan dan kepahlawanan. Tarian ini penuh dengan irama gerak yang mantap dan tegas wujud sikap seorang prajurit. Tari Baris Tunggal Bali ini mengejawantahkan seorang ksatria muda Bali yang sedang meninjau “daerah kekuasaan” ayahnya yang suatu saat akan dipimpinnya. Penutup kepala berwarna putih, menandakan nilai kesucian dan keluhuran sebagai pemimpin.   Tari Baris ini, disunting dari Baris Gede, memberi gambaran kematangan jiwa dan keperkasaan seorang prajurit yang diperlihatkan melalui gerakan-gerakannya yang dinamis dan lugas. Tarian ini mempunyai struktur koreografi yang terdiri dari tiga bagian : Gilak, Bapang, Gilak, dengan perbendaharaan gerak yang cukup kompleks.       Sekitar tahun 1989-an saya berkesempatan mewawancarai Pak Oka Sading; salah satu penari jauk manis yang sangat dikagumi masyarakat Bali. Dalam percakapan akhir tanpa sengaja terjadi percakapan mengenai riwayat Tari Baris tunggal, yang awalnya saya sendiri mengira usia tari ini sangat tua, ternyata tari baris pangalembar kadang juga disebut Tari Baris Solo; disusun koreografinya dan dipentaskan pertama kali sekitar tahun 1932-an; tujuan disusunnya tari baris tunggal ini agar tari baris sakral tidak dieksplotasi oleh turis-turis yang mulai berdatangan ke Bali.       Tari Baris Tunggal   Jadi, di tahun itu masyarakat Bali telah memulai sebenarnya bagaimana caranya melindungi martabat dan harkat berkesenian dari arus jual-beli yang dimenjiwai tourisme. Waktu itu cara yang dilakukan agar tari-tari sakral tidak dipertunjukan sembarangan maka diciptakan koreografi dari inspirasi dari keberadaan Tari Sakral.   Kemudian tahun 1990, kembali saya interview dengan bebrapa tokoh tari; dalam rangka belajar kedek numpuk (tertawa bertumpuk-tumpuk dan terputus-putus) yang dikuasai oleh Ida Bagus Boda atas informasi Ida Wayan Pidada, saya menyusuri jejak-jejak maestro tari bali ini dan tanpa sengaja kemudian mendapatkan informasi mengenai Baris tunggal , yang ternyata berkaitan dengan Ida Bagus Boda. Menurut berbagai keterangan yang muncul dalam percakapan tari baris tunggal (diduga kuat) diambil dari baris malampahan; baris berkisah, yang riwayatanya dimulai kira-kira tahun 1849; saat itu digagas oleh Cokorda Gde Ngurah Saren yang meminta Bape Goya, pelatih tari ternama era itu untuk menyusun baris malelampahan dan pertamakali dipertunjukan di Tugu, kabupaten Gianyar.   Dalam baris malelampahan itu; dialog tidak diucapkan oleh penari, namun dipakai punakawan, mirip cara dialog yang dilakukan oleh tari topeng manca. Dari baris malelampahan kemudian dikenal koreografi yaitu Gabor bagian koreografi Arjuna Wiwaha; kemudian pada tahun 1920-an Anak Agung Ngurah Oka dari Puri Belaluan, Denpasar, mengajak Ida Bagus Boda dan Bape Sariada juga menyusun baris malelampahan; Nah, diperkirakan baris tunggal mengambil dari proses kreatif koreografi Ida Bagus Boda dari baris lelampahan era 1920-an.   Tari Baris malelampahan terinspirasi dari Tari Baris sakral, hanya dimainkan untuk kepentingan upacara di pura atau upacara manusia yadnya. Jenis tari baris jumlahnya puluhan; yang masih hidup sampai kini masih ditarikan untuk kepentingan upacara disebut Baris Gede; seperti Baris perisai, Baris Jojor, Baris Cina, Baris Kuning; dst sedangkan tari Baris Katekok Jago; khusus baris ini untuk prosesi jenazah ke kekuburan. Yang menggembirakan keberadaan tari baris ini sebagai tari wali hingga kini tetap terjaga tidak tercemar oleh perkembangan parisiwata yang demikian pesat. Ini disebabkan pada tahun 1960-an terjadi banyak diskusi para tetua bali yang mengkhawatirkan dampak pariwisata yang secara tidak langsung mulai menurunkan kualitas seni tari bali, baik dari sisi penghormatan maupun perlakuannya.   Dari hasil proses diskusi mutlistakeholder dengan pemerintah akhirnya, pemerintah Bali mengambil kebijakan untuk perlindungan terhadap tari wali dari eksploatasi perkembangan tourisme dengan mengeluarkan Surat keputusan Seni Sakral dan Profan Bidang Tari pada tanggal 24-25 Maret 1971 oleh proyek Pemeliharaan dan pengembangan Kesenian Daerah Bali. Pertanyaan besarnya, apakah surat keputusan itu masih diingat? Atau jangan-jangan departemennya telah menghapus bidang yang mengurus pemeliharaan dan pengembangan kesenian daerah Bali? Sebab terasa betul ketika berargumentasi soal tari pendet para pejabat seperti kebingungan; dari menggembar-gembor hak paten yang rancu dengan hak cipta;dst…   Padahal jika menilik dari riwayat tari baris tunggal; masyarakat Bali sejak awal telah menyiapkan barikade untuk bersanding dengan perkembangan pariwisata juga perkembangan zaman dengan tindakan, perilaku serta proses kreatif yang sangat indah, elegan dan bermartabat! Bukan dengan demo, bukan dengan omong kosong!   Perhatikankanlah runtutan bagaimana tahapan perlindungan yang dibangun oleh masyarakat terhadap tari baris sakral; lalu pada ujungnya barulah adalah pemerintah. Tapi pertanyaan kita, kalau pemerintah melalui pejabatnya tak memahami riwayat seni budayanya sendiri? Tidak paham apabila proses kreatif dan biaya sosial itu adalah tanggung jawab pemerintah (bandingkan bagaimana peran pemimpin bali sebelum era menjadi wilayah RI dan era 1930-an dalam menjalan tanggung jawabnya sebagai pemerintah!). Kini, apa boleh buat, para pejabat menjadi lucu justru ketika hadir seolah tengah berbela atas negara; seolah-olah cinta seni budaya…padahal, jelas logika yang dipakai adalah jual-beli akhirnya jeri…..aduhai seperti ayam jago yang ke luar dari gelanggang!…aduhai bertaji tapi tak bernyali!   Kiranya belum begitu banyak generasi sekarang yang mengetahui tentang tarian baris,beberapa jenis tarian baris yang ada ataupun yang pernah ada di bali. Demikian pula halnya dengan tarian jauk. Apabila kita layangkan pikiran kita ke masa depan,kita seolah – olah merasa prihatin terhadap ke punahan tarian – tarian tersebut.Apalagi generasi mendatang,generasi sekarang sekarang saja belum begitu banyak mengetahui tentang tari baris.Mudah-mudahan keprihatinan ini tidak terjadi dan warisan budaya tersebut bias di laksanakan secara berkesinambungan. Masyarakat Bali mengenal banyak tari yang berfungsi sebagai seni sakral maupun seni fropan seperti tari truna jaya,margapati,sangiang,joged,gandrung,topeng pajegan,baris,jauk,dan sebagai nya. Biasanya tari – tarian tersebut tanpa menggunakan suatu lakon,sedangkan yang menggunakan lakon atau cerita tertentu seperti legong,topeng prembon,arja,drama gong,calonarang,wayang wong,wayang parwa,cupak granting,dan lain sebagainya.Wayan Warna menguraikan/mengartikan kata baris sama dengan “leret” dan di berikan pula berupa batasan tentang baris,adalah tari tunggal menirukan gerak pahlawan dalam peperangan atau tarian ke agaman yang ditarikan berpasangan dengan membawa alat – alat perang seperti : bandrangan,cendekan,dadap,perisai,tombak,tamiang dan di mainkan oleh laki-laki. Tari baris tunggal merupakan tari baris yang sering di pertontonkan.Di maana tarian ini menceritakan tentang seorang prajurit yang gagah perkasa dan berwibawa.oleh karena itu gerak tari Baris Tunggal,sangatlah tegas dan enerjik.Dalam tari Baris Tunggal,di bagi menjadi 3 babak,yaitu :

  1. Papeson
  2. Pelayon
  3. Pekaad

Busana yang di gunakan adalah sangat lengkap terdiri dari :

  1. Badong
  2. Awir
  3. Lamak
  4. Celana panjang
  5. Baju bludru
  6. Stewel
  7. Gelang kana
  8. Gelungan
  9. Keris

10.   Kamben   11.   Angkeb tundu   Gambelan yang di gunakan untuk mengiringi tari Baris Tunggal,yaitu :

  1. Gong kebyar
  2. Semar pegulingan
  3. Palegongan
  4. Angklung kebyar
  5. Gong suling
  6. Gong gede
  7. Cumang kirang
  8. Gambelan pajogedan
  9. Gambelan pegandrungan

Komposisi tabuh yang di gunakan untuk mengiringi tari Baris Tunggal biasanya terdiri atas :

  1. Gilak papeson
  2. Gilak bapang
  3. Gilak pekaad

Demikian lah yang bisa saya sampaikan sedikit tentang tari Baris Tunggal,kalo ada kesalahan dan kekurangan,saya memohon maaf.Terimakasih     Sumber Tari Baris Tunggal :   Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar (Bali), Akademi Seni Tari                        

BARONG LANDUNG

Senin, Juli 7th, 2014

BARONG LANDUNG   BARONG LANDUNG   Sekilas Eksistensi Barong Landung di Banjar Brahmana Bukit Desa Cempaga Bangli. Berdasarkan hasil  wawancara saya dengan pihak pengurus atau pengempon  Pura setempat, menunjukan bahwa Barong Landung sampai saat ini masih di pentaskan oleh penduduk setempat karena dipercaya bahwa Barong Landung mempunyai nilai-nilai sakral yang sangat tingi oleh sebab itu masyarakat desa setempat sangat menyucikan dan mensakralkan Barong Landung tersebut, seperti Taksu Barong landung yang di percayai oleh masyarakat bias menimbulkan sebuah tapakan (orang kesurupan), dan juga dipercayai sebagai penolak bala dan lain-lainnya. Di setiyap hari raya Galungan dan Kuningan Barong Landung Juga di tarikan berkliling Desa (ngelawag) oleh masyarakat setempat karena dipercaya untuk mengusir para Bhuta Kala (unsur negatif yang selalu ingin mengganggu kehidupan manusia). Nilai -Nilai yang Terdapat dalam Barong Landung. Begitu juga hasil wawancara saya dengan pihak Kepala Desa, mendapatkan informasi bahwa Barong Landung ini mempunyai  nilai-nilai kesakralan sebagai berikut :

  1.   Nilai Religi

Nilai keagamaan yang dapat diambil adalah dimanifestasikan Raja Sri Jaya Pangus dengan istrinya yaitu Kang Cing We sebagai Barong, karena kedua pasangan ini sosok seorang pelindung. Kedua pasangan ini merupakan sosok seorang pelindung dimana semasa pemerintahan kerajaan Balingkang menjadi makmur, aman dan tentram dan selalu mengenang jasa-jasa Sang Raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan untuk memanifestasikan kedalam sebuah Barong.

  1. Nilai Sosial

Masyarakat bali mampercayai bahwa tari Barong Landung mempunyai nilai religi dilain hal bahwa Barong Landung juga mempunyai nilai estetika yang sering dipentaskan bukan hanya semata dalam upacara tertentu, tetapi juga sering dipentaskan pada saat  lomba tari tradisional Bali sebagai satu cerminan pelestarian kebudayaan Bali. Dengan adanya lomba tari tradisional Bali memunculkan nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat. Dimana tari khususnya tari tradisional Bali bisa dijadikan wahana pemersatu yang mencerminkan nilai kebersamaan, dan dengan adanya tarian-tarian tertentu masyarakat akan mempunyai antusias tinggi dan mempunyai rasa memiliki akan tarian tersebut seperti halnya dengan adanya lomba-lomba tarian tradisional yang sering diselenggarakan oleh pemerintah setempat seperti pelaksanaan PKB (Pesta Kesenian Bali) bisa memberikan hiburan dan dapat mengundang rasa keingin tauan warga untuk menyaksikan tarian tersebut. Dengan demikian banyak kalang yang hadir pada saat itu dan bukan hanya kaum seniman yang bisa menikmati tarian tersebut tetapi juga kaum-kaum masyarakat umum dan bahkan kalangan-kalangn diluar masyarakat Bali yang antusias menikmati tarian-tarian tersebut, maka  dari itu kebersamaan antar beberapa golongan muncul ditengah-tengah pementasan tarian tradisional bali ini, khsusnya tarian Barong Landung.   Instrument Barong Landung. Adapun yang dipakai mengiringi Barong Landung adalah gamelan batel dengan instrumenny sebagai berikut :

  1. Kendang krupung Lanang wadon, yang berfungsi sebagai mengatur cepat lambat dan perubahan dinamika.
  2. Kempur, berfungsi sebagai gong dan menentukan akhir dari pada gending.
  3. Kajar , berfungsi  memperkaya ritme dialam beberapa bentuk gending.
  4. Klenang, berfungsi  bermail imbalan / alternating dengan kajar.
  5. Ricik ( cengceng kecil  ), memperkaya ritme.
  6. Tawa-tawa ( lebih banar dari kajar ), berfungsi sebagai memegang mat.

Nama-nama penabuh atau pemain masing-masing instrument dapat kami sebutkan sebagai berikut :

  1. Ida Bagus Nyoman Putra
  2. Ida Bagus Putu Raka
  3. Ida Bagus Eka
  4. Ida Bagus Suard
  5. Ida Bagus Baskara dan lain-lainnya.

Pada umumnya tabuh yang dipakai dapat dibagi menjadi dua macam,antara lain :

  1. Tabuh petegak, yang berguna untuk memanggil para penonton bahwa pertunjukan akan segera dimulai . Disamping juga untuk bersiyap-siyap seperlunya sebelum pertunjukan dimulai.
  2.  Tabuh sesandaran, yaitu untuk mengiringi selama pertunjukan hanya saja berubah dalam ke ras dan lirihnya atao cepat lambatnya yang di perlukan oleh penari itu, karena pada dasarnya tabuh berfungsi untuk mengikuti tari “tembang”  seperti juga dalam pengarjaan. Pada umumnya tembang-tembang yang dipakai seperti “sekar ali” diantaranya:

 

  1. Sinom
  2. Durma
  3. Pangkur
  4. Ginada
  5. Tembang eman-eman dan lain-lainny

BIYODATA NARA SUMBER NAMA  : Ida Bagus Nyoman Rai PEKEJAAN :  Petani UMUR : 48 TEMPAT TANGGAL LAHIR : Bangli, 17-09- 1966 ALAMAT : Banjar Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga  Bangli JENIS KELAMIN : Laki-Laki  

Artikel gamelan salukat

Sabtu, Juni 21st, 2014

 

 

 

 

 

SEJARAH GAMELAN SALUKAT

 

 

 

Kata Salukat  ditemukan oleh Idewa Ketut Alit pada saat beliau melukat di salah satu pura yang terdapat air mancur atau pancoran di sebuah desa di Bali, yang bernama desa Kramas. Pura atau pancoran ini dinamakan “PURA SLUKAT”, yang katanya barang siapa yang  melukat pada pacoran ini atau nunas tamba pada pura ini, bahwa diyakini  segala wabah penyakit akan sembuh dan itu sudah dibuktikan oleh beliau sendiri. Lalu setelah mengamati secara cermat pura “SLUKAT” tersebut, beliau membuat sebuah komposisi musik gamelan di Jepang yang diberi nama “SLUKAT”. Oleh ketertarikan beliau dengan kata tersebut.Akhirnya barungan gamelan beliau dinamakan “Salukat” bukan “Slukat”.Gamelan  Salukat dirancang dan dibuat pada tahun 2004. Kemudian gamelan ini selesai pada tahun 2006. Lalu mulai membuat group gamelan (sekeha)  yang juga bernama “Salukat” pada tahun 2007. Kemunculan gamelan ini disebabkan oleh senangnya beliau terhadap sifat yang eskprimental atas dasar pertimbangan dalam konteks gamelan Bali, banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dengan pasti.Selain itu juga, ide diciptakan barungan gamelan ini, beliau sangat suka berkomposisi dengan menggunakan gamelan 7 nada. Sebelum adanya barungan gamelan ini, gamelan yang menggunakan laras pelog 7 nada telah ada. Misalnya barungan gamelan semarandhana, semar pegulingan, selonding, gong luang dan lain sebagainya.Tetapi menurut beliau, jika berkomposisi menggunakan barungan tersebut, beliau merasa terbatas dan kurang puas. Oleh karena nada-nadanya hanya terdiri dari satu oktaf , kecuali patutan selisir yang terdapat dalam barungan gamelan semarandhana.

 

“Salukat”, dalam arti kata “Salu” artinya rumah dan “Kat” artinya melebur atau  menyucikan kembali. Artinya dalam konteks ini, rumah merupakan tempat pergi dan kembalinya orang untuk melaksanakan segala kreativitas dalam konteks berkeluarga. Jika dijabarkan juga sesuai dengan arti kata yang lain, “Sa” = Selonding, “Lu”= Luang, “Kat”= menyucikan kembali. Sehingga selonding, gong luang, merupakan jenis gamelan yang disakralkan di Bali sesuai dengan konteksnya. Barungan gamelan  ini dimainkan oleh 30 orang penabuh. Itu juga tidah harus berjumlah segitu.Tergantung juga dalam kebutuhan berkomposisi.Kalau dilihat dari wujud fisiknya, barungan gamelan ini sangat minimalis tetapi berisi. Maksud dari berisi ini, barungan ini mempunyai banyak makna dan maksud tertentu yang mempunyai alasan  yang edukatif. Bentuk tungguhan pada barungan gamelan ini tidaklah sama seperti halnya bentuk tungguhan yang sudah lumrah pada gamelan Bali. Bentuk tungguhan gamelan ini simple dan praktis untuk di bawa kemana-mana.Tetapi meskipun bentuk tungguhan barungan ini kecil, tidak ada sedikitpun berpengaruh terhadap suara gamelan. Yang anehnya juga tuning pada gamelan ini khusus untuk pemade, ngumbang isepnya dibagi menjadi empat dimensi, yang di bali biasanya hanya 2 dimensi. Tujuannya adalah pada barungan gamelan ini lebih banyak mengacu pada sistem bunyi.Disamping itu juga dalam barungan gamelan ini, menggunakan 5 gong dan 2 kempur. Maksudnya dalam  logika matematika, 5 + 2 = 7. Ini menunjukan bahwa gamelan ini berlaras 7 nada, tetapi gong atau kempurnya tidak dituning secara pasti sesuai dengan nada gamelan. Hanyalah dicari dimensinya saja, agar menimbulkan getaran atau suara yang diinginka. Adapun instrument yang terdapat pada barungan “Gamelan Salukat” yaitu terdiri dari :

 

  •          4 tungguh pemade yang daunnya berjumlah masing-masing 14 bilah
  •          4 tungguh kantilan yang jumlah daunnya masing-masing  berjumlah 14 bilah
  •          2 tungguh calung yang jumlah daunnya masing-masing berjumlah 11 bilah
  •          2 tungguh jegog yang jumlah daunnya masing-masing berjumlah 11 bilah
  •          1 tungguh ugal yang jumlah daunnya 14 bilah
  •          1 tungguh reong yang jumlah penconnya 17.
  •          1 buah kajar
  •          1 buah kempli
  •          1 buah cengceng ricik
  •          1 tungguh gambang
  •          5 gong dan 2 kempur
  •          Beberapa buah kendang yang terdiri dari kendang gegupekan, palegongan dan   jedugan.
  •          8 buah suling
  •          1 buah rebab

 

Ini merupakan gamelan yang mempunyai sifat evolusioner dan radikal.Dalam barungan gamelan ini, bisa dimainkan berbagai jenis lagu (gending) dari jenis repertoar musik yang ada di Bali. Misalnya gending-gending yang ada dalam barungan gamelan selonding, gong luang, angklung, gong gede, semar pegulingan, bebarongan, semarandhana dan lain sebagainya bisa dimainkan di dalam barungan Gamelan Salukat ini. Gamelan ini sungguh enerjik, baik dilihat dari konteks komposisi dan instrumentasinya.

 

Berikut karya-karya komposisi yang lahir dari Gamelan Salukat ini antara lain :

 

  •          Salju
  •          Aes
  •          Murwe Daksina (Persimpangan Jalan)
  •          Salugambuh
  •          Pangenter Alit
  •          Semesta
  •          Ginetik

 

 

 

Salukat Sebagai Gamelan Evolusi

 

 

 

Teori Evolusi memiliki pengertian sebagai perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori evolusi disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen suatu organisme atau makhluk hidup yang akan diwariskan kepada keturunan dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.

 

Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh sang induk. Sifat baru tersebut dapat diperoleh dari perubahan gen akibat terjadinya sebuah mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang mengalami reproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dapat terjadi oleh adanya rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme.Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan yang terwariskan dalam peristiwa ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.Seleksi alam dan hanyutan genetik merupakan dua faktor utama yang mendorong terjadinya teori evolusi.

 

Tanggapan Mayarakat Terhadap Munculnya Gamelan Salukat

 

 

 

Apresiasi masyarakat khususnya di Bali sangatlah mati ketika muncul karya-karya baru yang original.Hal ini bisa saya lihat ketika Salukat melakukan beberapa kali pementasan.Terbukti lebih antusias orang asing yang cendrung lebih perhatian daripada masyarakat dalam. Meskipun pertunjukan ini dilaksanakan secara gratis dan terbuka,tetap jumlah penonton tidak begitu banyak dari kalangan masyarakat intern.Mungkin hal ini terjadi oleh kebiasaan masyarakat dengan menyaksikan Festival Gong Kebyar.

 

 

 

 

 

BIYODATA NARASUMBER

 

 

 

 Nama : I Dewa Ketut Alit

 

Banjar : Pengosekan kaje Ubud

 

Pekerjaan : Komposer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 gamelan salukat

 

CV TENTANG DATA DIRI

Jumat, Mei 16th, 2014

FOTO

SEKILAS PROFIL A.A. GD. BRAHMANA PUTRA
Nama saya A.A Gd. Brahmana Putra pada kesempatan kali ini saya akan memperkenalkn diri saya dan asal usul saya , saya A.A Gd. Brahmana Putra saya biasa di panggil dengan nama pangilan Brahmana oleh teman-teman saya, saya anak Ke 3 ( Tiga ) dari pasangan A.A Gd. Raka Suastika dan Ida Ayu Nyoman Putri, saya mempunyai dua kakak A.A Oka Sutresna dan A.A Ayu Suwantari dan Asal saya dari Desa Adat Kawan, Br. Puri Kanginan Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.saya lahir paada tanggal 17 desember 1994 saya menempuh pendidikan sekolah dasar di SD 1 Kawan Bangli dan melanjutkan pendidikan di Smp Negri 1 Bangli dan melanjutkan pendidikan Smk di Smk N 3 Sukawati ( KOKAR ) dan setalah tamat smk saya melanjutkan kuliah di Insetitut Seni Indonesia Denpasar pada tahun 2013 dan sya sekarang baru semester 2. Saya melanjutkan kuliah di isi denpasar karena saya ingin menjadi composer karawitan,saya dari kelas 1 Smp sudah belajar karawitan di desa saya dan saya sangat di dukung oleh ke dua orang tua saya untuk menlanjutkan kuliah di ISI Denpasar karena orang tua saya juga senang dan hobi dengan kesian Karawitan,selain seni karawitan saya juga senang dengan ksenian tari dan vocal, Saya bersukur bias kuliah di Institut Seni denpasar dengan mendapatkan biasiswa bidikmisi karena tanpa biasiswa tersebut saya tidak bisa melanjutkan skolah di ISI Denpasar, Dulu waktu saya Smp saya pernah ikut extra tabuh di sekolah dan saya sangat senang bisa ikut Festival anak-anak pada tahun 2007, dan pada saat saya smp kelas 3 saya pernah mengikuti lomba mekendang barong anak-anak se kabupaten Bangli ,dan saya berhasil mendapatkan juru kendang Terbaik. dan saya sangat senang sekali bisa mendapatkan juara terbaik di tingkat anak-anak se kabupaten Bangli. Dan ke dua orang tua saya sangat senang sekali mendengar saya mendapatkan juara terbaik mekendang, dan akhirnya di belikan sepang kendang yang berukuran besar. Saya sangat senang sekali karna impiyan sya dari kls 2 smp supaya mempunyai sepasang kendang beukuran besar dan kendang barong. Dan setelah saya tamat Smp, saya langsung disuruh melanjutkan ke Smk N 3 Sukawati ( KOKAR ) oleh orang tua saya. Dan saya sangat senang dan bangga bisa berskolah di Smk N 3 Sukawati ( KOKAR ). Slama saya bersolah di Smk N 3 Sukawati sayadapat pengalaman yang sangat banyak tentang seni karawitan, dan saya juga mengikuti sanggar Sloka Wikun Tara yang bertempat di kabupaten Bangli setelah saya lama mengikuti sanggar, akhirnya saya di tunjuk oleh dinas pariwisata kabupaten Bangli untuk mengikuti gong kebyar dewasa untuk mewakili duta kabupaten Bangli ke ajang festival pesta kesenian bali ( PKB ) pada tahun 2011 dan tahun 2012. Saya sangat senang sekali bisa ikut mewakili kabupaten bangli di ajang PKB. Dan pada saat saya naik ke kls 2 Smk saya pernah mengikuti lomba me kendang jauk manis di UNHI dan saya mendapatkan juara III lomba mekendang, saya sanggat bangga karna bisa mendapatkan juara III di ajang festival mekendang jauk manis. Dan saya pernah juga blajar mekendang di batu bulan selama tiga bulan, akhinya saya bisa menjadi tukang kendang sampek sekarang. Waktu HUT Smk N 3 Sukawati saya ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan tersebut, saya dan teman-teman mengadakan lomba bleganjur, mekendang jauk manis dan tari wira ke nata. Setelah saya selesai ulangan semester saya dapet libur selama satu bulan, slama saya libur saya di suruh oleh keliyan banjar untuk mengadakan suatu kegiyatan di banjar melatih seke gong anak-anak dan ibu pkk di banjar saya. Saya sanggat senang karna saya diberi suatu kepercayaan oleh keliyan banjar, dan akhinya saya mengajarkan seke gong anak-anak dan ibu-ibu pkk dengan lancer. Dan akhinya setelah saya menjenjang ke kelas 3 Smk, saya dapat menggarap sebuah tabuh kreasi bersama teman-teman dengan instrumen barungan semaran dana untuk di pentaskan ujian akhir di Smk N 3 Sukawati. Stelah saya tamat di Smk N 3 sukawati ( KOKAR ) saya langsung melanjutkan ke Institut Seni Indonesia Denpasar, karna saya ingin menjadi seorang composer yang handal seperti I Nyoman Windha dan I Wayan Darya. Saya berharap untuk bisa mewujudkan impiyan saya menjadi seorng composer di bidang seni karawitan Bali. Dan saya tidak ingin mengecewakan ke dua orang tua saya yang sudah membesarkan saya dan mendukung saya menjadi seorang seniman karawitan, saya akan tekun untuk memplajari tentang seni karawitan Bali supaya saya bisa lebih dalam memperkenal seni kususnya seni karawitan Bali yang saat ini sedang terpopuler di bali maupun di manca Negara. Dan cita-cita saya, saya ingin menjadi seorng seniman yang berguna di kalangan masyarakat maupun di desa-desa yang membutuhkan seorang composer atu pelatih gamelan Bali. Saya sanggat senang bisa mengenal seni karawitan Bali dan saya bersyukur bisa lahir di dunia ini sebagai seorang seniman karawitan Bali. Sekilas tentang data diri saya, sekian dan trimakasi.